Saat itu perasaanku sangat galau dan bimbang, bercampur dengan ketakutan yang luar biasa, seumur hidup aku belum pernah melakukan perbuatan seperti itu, mengoral kemaluan laki laki, tapi.. biarlah, demi kebebasan teman-temanku. Walaupun aku merasa sangat terhina di perlakukan seperti itu oleh mereka berdua.
Tiba tiba Paul dengan kasar menarikku dan memaksaku untuk berlutut di depan selangkangannya kemudian dia mendorongkan wajahku ke arahnya sehingga penisnya mengenai bibirku, dengan gemetar kugenggam batang penis si keparat itu, dan mulai kukocok dengan perlahan sambil memalingkan wajahku menahan perasaan jijik. Tapi rupanya Paul kurang puas, dia lalu menjambak rambutku, sambil satu tangannya memasukan batang kemaluannya dengan paksa ke mulutku yang kecil.
"Uurrghh.." aku gelagapan menerima penisnya di mulutku.
"Aahh.. Liaa.. Puasin gua.. kalau nggak.. Ntar elu gua perkosa.. Sshh.. Enak banget Liaa.." desah Paul meracau sambil memaju mundurkan pantatnya mengocok batang penisnya didalam mulutku.
"Cepet.. Lia.. Waktunya sudah hampir habis lho" ujar Alex menakutiku, sambil mendorongkan kemaluannya ke dalam vagina Alfa sehingga kepala penisnya terbenam di dalam liang kemaluan gadis itu.
Aku makin panik..!! Di tengah tengah keputusasaanku aku mencoba memaju-mundurkan kepalaku sendiri mengoral kemaluan Paul, sementara tangan kananku mengocok batang penisnya, berharap dia cepat-cepat mencapai orgasme.
Aku sudah sangat jijik dan hampir muntah, ketika tiba tiba Paul menjambak dan meremas rambutku dengan keras lalu menarik kepalaku ke arah selangkangannya.
"Sshh.. Liaa..!!" Paul menyebut namaku, sambil membenamkan seluruh batang penisnya ke dalam mulutku, sementara tangannya makin keras menarik kepalaku sehingga batang penisnya makin menyeruak masuk sampai ke batas tenggorokanku, aku merasakan cairan hangat menyemprot dan memenuhi rongga mulutku, sebagian langsung masuk melalui kerongkonganku tanpa bisa kucegah, Paul masih sempat menyentakkan kemaluannya beberapa kali, sebelum akhirnya mengeluarkan batang penisnya dari mulutku, aku langsung terbatuk, nafasku tersengal-sengal berusaha bernafas dengan lega, aku merasakan sisa sisa cairan spermanya yang hangat keluar dari sela sela bibirku lalu jatuh di atas rok spanku. Saat itu aku masih dalam posisi duduk bersimpuh dengan kedua tangan kuletakan di lantai, menopang tubuhku yang masih lemas karena perlakuan Paul yang beringas itu.
"Oke.. Saya sudah turuti kemauan kalian.. Sekarang.. Lepaskan kami semua.." seruku menagih janji mereka.
"Oke.. Oke gua bebasin elu semua.. Tapi setelah inii..!!" seru Alex sambil menghujamkan kemaluannya ke dalam liang vagina Alfa dan terus mendorongnya sampai terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan gadis itu.
"Ugghh.."
Alfa yang masih pingsan itu sempat melenguh pelan saat penis Alex dengan paksa menyeruak masuk membobol keperawanannya, bibir vaginanya sampai ikut melesak masuk tertarik oleh batang kemaluan Alex.
"Jahanam.. kalian.. Biadab..!! Lepaskan diaa.. kalian sudah janjii..!!" teriakku sangat marah karena telah di perdaya oleh mereka.
Seketika aku berdiri dan langsung menyerbu ke arah Alex yang saat itu sedang asyik menaik turunkan tubuhnya di atas tubuh Alfa, ingin sekali aku membunuh bajingan itu sekarang juga, tapi tiba-tiba tubuhku tertarik ke arah samping, rupanya Paul dengan sigap telah menarik tanganku, dan langsung memelukku dari belakang, aku berusaha meronta dengan sekuat tenaga melepaskan pelukannya, tapi Paul malah mendorongku sehingga kami berdua terjatuh di atas meja, tepat di depan Alex yang sedang menggagahi tubuh Alfa, sekarang posisi tubuhku jadi tengkurap sementara Paul terus menindihku sehingga aku sulit menggerakan tubuhku.
"Lepaskann.. Jahanam..!!" jeritku sambil memaki saat kurasakan tangan Paul mulai menggerayangi dan meremas remas buah pantatku, kakinya berusaha merenggangkan kakiku sementara tangannya mulai masuk ke selangkanganku, mengusap usap bibir vaginaku dari balik celana dalam yang kukenakan, aku kembali menjerit histeris saat Paul dengan kasar menyingkapkan celana dalamku ke arah pinggir dan mulai memasukkan jarinya ke dalam liang kemaluanku.
"Sshh.. Hentikann.. Ssakitt.. Perihh.." rintihku sambil berusaha meronta saat Paul mulai mengocok jarinya di dalam lubang vaginaku, tiba tiba Paul mengeluarkan jarinya dari dalam kemaluanku, tangannya langsung menjambak rambutku dan menariknya ke belakang, membuat tubuhku ikut terangkat ke atas, sementara tangan satunya merengkuh tubuhku sambil tetap menarik rambutku, sehingga posisiku jadi merangkak membelakangi tubuhnya.
"Hentikann.. Sakitt.." jeritku sambil tanganku berusaha menggapai tangannya yang menjambak rambutku, tapi tangannya malah makin keras mencengkeram rambutku sementara tangan yang satunya langsung menyingkapkan rok spanku dengan kasar ke arah atas, kemudian Paul memelorotkan celana dalamku sampai sebatas lutut.
"Jangann.. Jangan.. Perkosa saya..!!" aku kembali menjerit panik.
"Maaf Lia.. Gua nggak tahan Liat tubuh molek lu.." gumam Paul sambil mulai memainkan kemaluannya di vaginaku, menggesekannya dan sesekali memutar mutarkannya di bibir kemaluanku.
"Liaa.. Elu cantik sekali.. Gua masukin sekarang ya.." ceracau Paul sambil mendorongkan batang penisnya ke dalam liang vaginaku.
Aku hanya bisa memejamkan mata dan menangis saat kurasakan kemaluan Paul amblas seluruhnya, terbenam ke dalam liang kemaluanku.
"Ougghh.. Ohh.. Sakitt.. Sshh.. Lepasskann..!!"
Aku merintih pelan berusaha menutupi hasrat birahi yang bergejolak dalam tubuhku, saat Paul mulai memompa tubuhku, menyentak nyentakkan penisnya di dalam vaginaku, sehingga membuat tubuhku menggerinjal dan berguncang maju mundur mengikuti irama pompaannya, sementara tangannya dengan kasar merobek-robek kemeja yang ku kenakan, menarik lepas braku dan melemparkannya ke lantai, kemudian Paul mulai meremas remas buah dadaku sambil pantatnya tetap bergerak maju-mundur memompa vaginaku.
"Ohh.. Sshh.. Lepasskann.. Jangann.. Shh.." desahku pelan saat Paul menyetubuhiku dari belakang..
Saat ini posisiku tepat menghadap ke arah Alex yang masih sibuk menggarap tubuh mulus Alfa, penisnya menghujam keluar masuk di dalam lubang kemaluan Alfa, membuat bibir vaginanya berwarna kemerahan akibat terus menerus di gesek oleh kemaluan Alex, buah dadanya tampak menggeletar geletar mengikuti gunjangan tubuhnya yang sedang di genjot oleh Alex.
Kulihat Alfa mulai membuka matanya dengan perlahan, dia tampak sangat kaget saat itu, raut mukanya menunjukkan ketakutan dan kesakitan yang luar biasa.
"Jangan.. Ssakitt.. Ouhh.. Periihh.. Lepaskann..!!" seru Alfa sambil menangis dan meronta ronta, tapi Alex malah memompanya dengan semakin cepat dan kasar, batang penisnya tampak keluar masuk dengan cepat di dalam vagina Alfa, sementara tubuhnya menghimpit dan menindih tubuh Alfa yang terlentang itu sambil mulutnya berusaha untuk menciumi bibir tipis gadis itu.
"Toll.. Ongg.. Ssu.. Dd. Ahh.. Lepass.. Kann" jerit Alfa dengan nafas tersengal sengal, aku sangat kasihan melihat keadaan dirinya, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, karena saat ini aku juga sedang diperkosa.. Aku menjulurkan tanganku menggapai tangannya dan menggenggamnya dengan erat, berusaha mengurangi penderitaannya.
Aku masih menggenggam tangan Alfa dengan erat saat kurasakan tubuhku makin terguncang dengan hebat, sementara kudengar Paul menggumam pelan..
"Liaa.. Gua keluar.." sambil tangannya mencengkeram pinggulku dan menyentak nyentakan pantatnya, membuat batang penisnya makin dalam tertanam di liang vaginaku.
"Ughh.. Keluarkan penismu.. Keluarkann penismuu.. Jangan di dalaam..!!" jeritku panik.
Tapi Paul malah makin dalam menghujamkan batang penisnya ke dalam liang kemaluanku, aku hanya bisa menangis dan memejamkan mata, merasakan kepedihan yang amat sangat, saat kurasakan cairan hangat menyembur dan memenuhi liang rahimku.
"Sorry Li.. Abis tanggung.." sahut Paul tersenyum penuh kemenangan sambil mencabut kemaluannya dari liang vaginaku.
Sementara aku masih menggenggam tangan Alfa saat Alex mulai memacu tubuh gadis itu dengan cepat dan kemudian menghentakkan penisnya dengan kasar di dalam liang vagina Alfa, tubuh Alfa melenting ke atas, matanya membeliak dan wajahnya tampak merasakan sakit yang amat sangat, bersamaan dengan itu tubuh Alex mengejang, berejakulasi dan memuntahkan cairan spermanya di dalam liang vagina Alfa.
"Tidaakk..!!" jerit Alfa histeris, saat cairan sperma Alex memenuhi liang rahimnya, tangannya makin kencang menggenggam tanganku sampai akhirnya melemah, tubuhnya lemas, dia tidak bisa lagi menjerit dan meronta, Alfa hanya bisa menangis tersedu menyesali tragedi yang menimpa dirinya, Alex tertawa puas sambil mencabut kemaluannya dari vagina Alfa.
"Ughh.." Alfa merintih lirih.. saat kemaluan Alex terlepas dari kemaluannya.. Tampak cairan sperma dan darah perawan Alfa meleleh ke luar dari sela sela bibir vaginanya.
Tubuhku sudah sangat lemas saat Paul mengikat kedua pergelangan tanganku, kemudian mengikat kedua belah kakiku ke kaki meja, sehingga posisiku kini terbaring tengkurap dengan kedua belah kaki terpentang lebar karena Paul mengikat kaki kiri dan kananku di kaki meja yang berlainan, lalu Paul mengambil meja yang lain dan meletakkannya di sebelah meja tempatku berbaring.
Beberapa saat kemudian Alex membaringkan tubuh bugil Susan yang masih pingsan ke atas meja di sebelah kananku, tubuhnya di baringkan terlentang dengan posisi kedua kakinya menjuntai ke lantai, aku menoleh ke kiri saat ku lihat Paul sedang membaringkan tubuh Aske yang masih pingsan itu ke atas meja di sebelah kiriku, dan mengikat kedua belah kaki Aske ke kaki meja, posisinya terlentang dengan kedua kaki terpentang sehingga selangkangannya terbuka dengan lebar.
"Putih banget nih cewek" gumam Paul sambil matanya memelototi paha Aske yang putih mulus.
Kemudian dia mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya dan mulai merobek blus putih yang dikenakan Aske, lalu meyelipkan pisaunya ke belahan bra Aske dan memotongnya hingga putus, kini tubuh bagian atas Aske tampak terbuka lebar, memperlihatkan buah dadanya yang putih mulus dengan putingnya yang coklat kemerahan. Lalu Paul mengarahkan pisaunya ke sela-sela rok span biru yang dikenakan Aske dan mulai merobeknya dari atas hingga bawah, kemudian memotong celana dalam gadis itu dan mencampakkannya ke lantai.
Kini tubuh Aske benar-benar telanjang, hanya tinggal syal birunya saja yang masih melingkar di leher jenjangnya, selangkangannya tampak terbuka lebar memperlihatkan kemaluannya yang di tumbuhi bulu bulu halus di sekitarnya.
Paul berjongkok di sisi gadis itu dan mulai meraba raba bagian vital Aske, mulutnya menciumi dan mengulum bibir Aske yang ranum itu, sementara tangannya meremas remas buah dada Aske sambil sesekali tangannya memilin milin puting gadis itu, tiba tiba kudengar Susan menjerit jerit ketakutan, rupanya dia sudah siuman dari pingsannya.
Bersambung...