Budak nafsu - 1

Bookmark and Share
Nama lengkapnya adalah Vita Anggraeni. Umurnya 24 tahun, dan sebagian besar mahasiswa mengatakan Vita adalah gadis yang cantik, pintar sekaligus berani. Rambutnya hitam legam terurai hingga bahu. Buah dadanya berukuran sedang dan kenyal hingga mampu mengacung tegak walaupun ia tidak mengenakan BH. Perut Vita rata, pinggulnya bulat, pinggangnya ramping. Dan sepasang kaki yang ramping hasil fitness dan olah raga tampak mempercantik tubuhnya. Selama perjalanan dari kantor polisi di kotanya hingga penjara ini Vita masih dapat melihat jalan-jalan yang dilaluinya. Penjara ini benar-benar terpencil, ia sendiri tidak mengetahui ada penjara di tempat seperti ini. Dan ketika ia melihat jarak yang ditempuh ternyata jarak penjara itu dengan batas kotanya saja sudah lima puluh kilometer lebih dan penjara itu terletak di tengah hutan.

Lamunan Vita terputus ketika sebuah piring seng berisi makanan didorong masuk ke dalam selnya lewat jeruji. Ia tiba-tiba tersadar bahwa dirinya belum makan dalam waktu 24 jam ini, sejak ia dipindahkan dari kantor polisi ke penjara ini. Ketika mengambil piring itu, Vita melihat makanannya hanya nasi kering dan sebuah tempe goreng. Tapi karena perutnya yang tiba-tiba terasa begitu lapar, Vita langsung menghabiskan makanan itu dan kemudian ia dengan terpaksa meminum air di ember tadi untuk menghilangkan rasa hausnya.

Tengah malam ketika Vita tertidur ditutupi oleh selembar selimut, seorang penjaga masuk ke dalam selnya. Sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Vita, penjaga itu lalu menarik dan menyeret Vita keluar dari selnya. Vita berjalan sambil sesekali didorong-dorong oleh penjaga itu menyusuri gang demi gang sampai akhirnya ia sampai di sebuah tanah lapang yang dikelilingi tembok tinggi.

Di tengah lapangan itu sudah berdiri lima orang pejaga lain dan seorang tahanan wanita. Gadis itu tampak cantik sekali walaupun di sekelilingnya nyaris gelap, hanya ada beberapa api unggun yang menerangi tempat itu. Vita dengan tangan dilipat ke belakang oleh penjaga yang pertama tadi didorong terus hingga ia berdiri dengan jarak hanya beberapa meter dari gadis tadi.

"Buka baju!" Perintah itu bagaikan tamparan keras di wajah Vita. Vita ragu-ragu dan kaget setengah mati mendengar perintah tadi. Vita melihat gadis di depannya sudah membuka kancing bajunya. Sebuah pukulan mendarat di pundak Vita membuatnya terdorong maju.
"Gue bilang buka baju!" Masih termangu tak percaya Vita melepaskan satu-satunya kancing yang ada di bajunya dan melepaskan baju itu hingga dengan sendirinya terjatuh di kedua kaki Vita. Vita sudah menyadari apa yang akan terjadi pada dirinya. Ia akan diperkosa oleh keenam penjaga itu. Ia pernah membaca berita tentang tindakan aparat keamanan yang tidak senonoh kepada tahanan wanita, tapi waktu itu ia tidak percaya.

Tapi sekarang Vita sudah berdiri telanjang ditatap dengan penuh nafsu oleh para penjaga itu. Vita sendiri masih perawan, ia dan pacarnya belum pernah berhubungan lebih jauh dari sekedar petting, dan sekarang Vita berdiri gemetar berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang bulat dengan tangannya. Gadis di depan Vita juga sudah telanjang bulat, dan Vita melihat tubuhnya yang sempurna, jauh lebih terawat dari pada dirinya. Gadis itu terlihat lebih tegar dan kuat daripada Vita, ia berdiri tak bergerak di tengah para penjaga dan matanya tidak menyiratkan rasa takut.

Penjaga yang membawa Vita berdiri di tengah mereka.
"Malam ini kita punya program latihan buat kamu semua. Kamu berdua harus melawan satu sama lain sampai salah satu dari kalian tidak bisa bangun lagi. Yang menang boleh balik ke selnya. Yang kalah musti menghibur kita di sini. Kalau kalian tidak serius, kalian berdua akan kena hukuman masing-masing tiga puluh kali pecutan. Jelas!"

Vita shock sekali mendengar perkataan itu sambil melihat gadis di depannya menganggukkan kepala. Sementara Vita masih berdiri karena terkejut, gadis di depannya sudah mendekat dan melayangkan pukulan ke perut Vita sekuat tenaga. Nafas Vita terhentak keluar ketika ia tersungkur jatuh berlutut sambil memegangi perutnya. Kemudian Vita melihat kaki gadis itu terangkat dan mengayun kemudian menghantam dagunya, membuat kepala Vita tersentak ke belakang dan tubuh Vita terjengkang ke belakang, tergeletak di atas tanah setengah sadar. Vita mendengar para penjaga bersorak-sorak ketika ia berguling ke atas perutnya dan berusaha bangun dengan susah payah. Vita kemudian merasakan tubuh gadis itu menyergapnya dari belakang dan melingkarkan tangannya ke leher Vita membuatnya susah bernafas. Dengan satu usahanya yang terakhir Vita mendorong tubuh gadis itu agar ia lepas dari tubuhnya.

Sekarang mereka berdua berdiri berhadapan satu sama lain. Gadis itu lalu langsung mendekat lagi sambil mengayunkan tinjunya, dan kembali menghajar Vita tepat di dagunya. Pandangan Vita berkunang-kunang berusaha keras menjaga keseimbangannya. Sebuah pukulan kembali mendarat di perut Vita membuat ia jatuh terjengkang lagi. Gadis itu langsung menindihnya dan terus mengayunkan pukulan ke wajah Vita sampai Vita hampir tak sadarkan diri. Vita masih bisa merasakan penjaga menarik gadis itu dari atas tubuhnya sementara ia sendiri terbaring tak berdaya. Setelah itu gelap.

Vita tidak mengetahui berapa lama ia tak sadarkan diri. Ia tersadar lagi setelah penjaga menyiramkan seember air ke wajahnya membuat Vita bangun terduduk dan tersedak. Keenam penjaga itu berdiri mengelilingi Vita. Gadis tadi sudah tidak kelihatan. Ketika Vita melihat wajah penjaga-penjaga itu, ia melihat wajah yang penuh nafsu dengan lidah yang menjilati bibir mereka. Vita tersadar bahwa kekalahannya tadi hanya merupakan awal dari mimpi buruknya malam ini.

Dua orang penjaga memegangi tangan Vita dan menyeretnya kembali ke bangunan utama. Setengah dipapah setengah diseret, Vita dibawa masuk ke kamar mandi pria. Dengan tubuh penuh keringat dan lumpur Vita didorong di bawah shower dan air sedingin es langsung menyembur membuat Vita berjongkok sambil menggigil di depan penjaga tadi. Seorang penjaga memasang sebuah borgol di tangan Vita dan mengaitkannya ke sebuah pipa di tembok. Vita menatap dengan panik ketika keenam laki-laki itu mulai melepaskan pakaian mereka. Ketika mereka telah telanjang bulat, dua orang penjaga memegangi kaki Vita dan membuka lebar-lebar. Vita meronta-ronta tapi tak berdaya. Penjaga yang lain mulai meremas dan menarik buah dada Vita sementara yang satu lagi meraba paha Vita setelah itu memasukkan jarinya ke lubang kemaluan Vita. Vita mengerang dan menangis ketika tangan-tangan mereka terus meraba tubuhnya tanpa henti.

Kemudian seorang penjaga berdiri di hadapan Vita, batang kemaluannya sudah tegang dan keras ketika ia tersenyum menyeringai pada Vita. Sambil meraih pinggul Vita dengan kedua tangannya, ia mengangkat tubuh Vita sedikit dari atas lantai sementara ia sendiri menekuk kakinya mengarahkan batang kemaluannya ke belahan kemaluan Vita. Dengan satu dorongan keras batang kemaluan itu merobek masuk ke lubang kemaluan Vita. Tubuh Vita terasa tersobek-sobek terutama lubang kemaluannya ketika batang kejantanan itu masuk ke dalam lubang senggamanya yang kering dan sempit. Vita menjerit-jerit keras hanya untuk menerima satu tamparan di wajahnya yang membuat Vita hampir tak sadarkan diri. Batang kemaluan yang bergerak keluar masuk liang senggama Vita, terasa seperti besi panas yang membuat nafas Vita terputus-putus.

Untuk meredam teriakan Vita seorang penjaga memasukkan segumpal kain ke dalam mulut Vita. Sekarang yang keluar dari mulut Vita hanya erangan tak jelas setiap kali penjaga yang sedang memperkosanya bergerak masuk. Setelah beberapa lama, Vita merasakan tubuh penjaga itu mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutnya. Sperma laki-laki itu menyembur masuk sebanyak-banyaknya ke dalam lubang kemaluan Vita. Sambil terengah-engah ia menarik batang kemaluannya yang berlumur sperma dan darah perawan Vita keluar dari tubuh Vita.

Sebelum sempat menarik nafas lagi, penjaga yang lain yang mengambil giliran selanjutnya dan dengan kasar ia juga mendorong batang kemaluannya masuk ke liang sorga Vita yang meneteskan darah bercampur sperma. Rasa sakit itu sekarang sudah berkurang tapi tetap menyakitkan sementara penjaga tadi tanpa peduli terus mendorong dan menarik batang kemaluannya. Vita memejamkan matanya berharap ia dapat mengurangi rasa sakit dan ngilu yang menyerang seluruh tubuhnya. Penjaga yang lain mendekat dan kembali meremas dan menarik buah dada serta puting susu Vita hingga nyeri. Suara yang dapat didengar Vita selain erangannya sendiri hanya suara pinggul penjaga itu yang menumbuk pantatnya ketika ia mendorong batang kemaluannya keluar masuk kemaluan Vita.

Ketika penjaga kedua selesai, Vita sudah bersiap untuk penjaga yang ketiga. Tapi dengan mata terbelalak kaget dan ngeri, Vita merasakan sepasang tangan membalikkan tubuhnya kemudian membuka belahan lubang kemaluannya. Vita menjerit tapi tak ada suara yang keluar selain erangan. Vita sempat merasakan kepala batang kemaluan penjaga itu menempel di liang anusnya sebelum seluruh rasa sakit kembali menyerang sekujur tubuh Vita. Vita tidak pernah merasakan rasa nyeri yang tak tertahankan seperti ini sebelumnya. Penjaga itu bergerak dengan brutal merobek-robek liang anus Vita, hingga ia pingsan kesakitan.

Sesaat kemudian Vita kembali tersadar dan ia merasa gumpalan kain yang ada di mulutnya ditarik keluar. Tetapi setelah itu seorang penjaga langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vita sambil menarik kepala Vita kebelakang. Vita tersedak dan terbatuk ketika batang kemaluan yang keras itu memotong aliran udaranya membuat ia tidak bisa bernafas. Batang kemaluan di anus Vita masih terus bergerak keluar masuk dengan keras sementara mulut Vita juga dimasukan oleh batang kemaluan yang lain. Buah dada Vita terus disakiti oleh tangan keempat penjaga yang lain. Tubuh Vita bergerak maju mundur seirama dengan gerakan batang kemaluan yang keluar masuk di anus dan mulutnya.

Perkosaan itu berlanjut terus, hingga keenam penjaga itu mendapat giliran sedikitnya dua kali memperkosa Vita. Vita sekarang tergeletak tak bergerak di lantai kamar mandi, dengan sperma mengalir keluar dari lubang kemaluan dan mulutnya. Tubuh Vita kesakitan seperti baru saja dipukuli selama berhari-hari. Ia mengerang lirih ketika dua orang menarik tangannya berdiri dan melemparkan baju penjaranya.

Tak berdaya berjalan sendiri, mereka menyeret tubuh Vita ke selnya dan melemparkannya masuk ke dalam. Dari celah kecil di atasnya Vita dapat melihat sinar matahari pagi mulai memancar. Ia merangkak menuju ember berisi air dan dengan sekuat tenaga berusaha membersihkan dirinya. Kemudian ia kembali merangkak menuju matrasnya dan tersungkur tidur.

Bersambung...