Tanpa menunggu perintah dariku dia langsung meraihnya dan menggenggam dengan kedua tangannya. Ada 5 inci sisanya dari genggamannya.
"Kok jadi keras, Pa?" Kari bertanya, "Panas lagi.."
"Itu karena Papa sangat menyayangi Kari. Itu namanya kontol Papa.."
"Kontol?" Aku suka dia bilang kontol.
"Ya, sayang. Kontol Papa." Aku menarik tangannya dari kontolku dan duduk di ujung ranjang.
"Ini kontol Papa, dan ini buah pelir namanya, ya?" Dia melihat scrotumku dan bertanya..
"Kok dibilang buah pelir, Pa?
"Coba genggam, sayang," kataku. Dia coba menggenggam dengan tangan mungilnya dan dengan lembut merabanya..
"Oh, begitu!" katanya.
"Sekarang," kataku.
"Yang Papa maksud berpura-pura itu, namanya onani. Itu yang dilakukan seorang lelaki saat berpura-pura bercinta."
Dia mengulangi, "Onani." Ya Tuhan, seksi kedengaran dari mulutnya.
"Sini berbaring dekat Papa, sayang," kataku. Kemudian aku mencoba menyentuh celahnya.
"Ini namanya vagina. Tapi Papa lebih suka menyebutnya Memek. Ini tempat dimana Papa akan memasukkan burung Papa. Seperti pada video." Matanya jadi melebar.
"Pasti tidak muat, Pa.. Punya Papa, uhm.. Sangat besar.."
"Sekarang tentu tidak, itu akan menyakitkanmu. Tapi nanti. Kita dapat melakukan hal lainnya dulu hingga kamu siap," kataku.
"Tapi sungguh Kari ingin melakukannya dengan Papa," dia menimpali.
"Ada banyak cara untuk bercinta, sayang. Papa akan tunjukkan. Dan banyak orang mengatakannya bersenggama dari pada bercinta.."
"Senggama?" Aku suka dia mengatakan itu dari mulut mungilnya.
"Ya, dan kau ingat cairan putih yang keluar waktu itu?"
"Ya.."
"Itu namanya sperma."
"Sperma," Ulangnya.
"Bolehkah aku mengeluarkannya, juga?"
"Tidak sayang, itu lelaki. Sperma keluar dari burung Papa karena Papa mengalami orgasme. Itu sebabnya Papa gemetaran. Kamu bisa juga orgasme, tapi kamu tidak bisa mengeluarkan sperma.."
"Oh," katanya.
"Sekarang mari kutunjukkan yang lain." Aku berlutut ke depannya dan melebarkan pahanya sedikit.
"Coba lihat memekmu? Lihat ketika Papa buka ini kau akan lihat tonjolan kecil?"
"Ya, Pa. Mama mengajariku bagaimana membersihkannya ketika mandi.."
"Bagus, itu namanya klitoris. Itu yang membuatmu puas, atau bikin orgasme. Pernah kamu sentuh?"
"Jika saya mandi. Mama bilang jangan menggosoknya terlalu sering.."
"Itu karena waktu itu kau masih kecil. Kau bukan anak kecil lagi.."
"Ya aku tahu, Pa!" timpalnya.
"Oke, sayang. Papa benar-benar mau sekarang. Artinya burung Papa lagi keras untukmu dan rasanya sakit. Papa butuh kamu yang cantik untuk membuktikannya. Lihat betapa bengkaknya punya Papa? Itu tandanya Papa mau orgasme. Bisa kamu bantu Papa?" tanyaku.
"Ya! Katakan bagaimana caranya Pa!"
"Oke, Papa akan buat kamu enak nanti, tapi Papa butuh menikmatinya sekarang."
Aku berbaring di ranjang dengan penis raksasa yang mengacung tegak ke atas.
"Mari duduk sini Kari.. Dekat sini."
Kutepuk pinggulku. Dia bergerak ke arahku dan aku memintanya meletakkan tangannya pada penisku. Dia meraihnya dan menggenggam penisku tepat di bawah kepalanya. Kelihatannya sangat mesra.
"Kini, kau pegang kuat dan kocok ke atas dan ke bawah. Lihatkan, betapa punya Papa tersurut-surut?" Kutuntun tangannya mengocok penisku sambil kurangkul dia. Cairan pertamaku mulai keluar.
"Sayang, kalau Papa orgasme nanti jangan lepaskan tanganmu dari penis Papa ya. Tetap kau kocok, ya?"
"Oke, Pap. Aku akan buat Papa klimaks," katanya sambil menggoyangku.
Mendengar itu saya jadi terangsang. Penisku malah jadi bertambah besar, dan aku berkata..
" Aku cinta kamu Kari, Ohh yeah enaknya!" ujarku sambil menggoyang pinggulku.
Dia tetap mengocokku sampai permaku muncrat ke perutku. Sem-protan demi semprotan keluar dari penisku. Kuhitung ada sekitar 20 semprotan. Perutku berlepotan sperma dan meleleh ke sprei, tapi dia tidak jijik. Apa yang kulihat sungguh indah! Anak manisku dengan penis di tangannya masih memompa.
"Oh Kari," kataku.
"Papa tak pernah seenak ini! Walau dengan Mamamu." Dia puas ketika tahu bahwa dia menyenangkanku. Aku katakan bahwa dia sudah bisa berhenti dan melepaskan tangannya dari burungku.
"Sekarang apa, Pap?" tanyanya.
Aku ingin mendekapnya sekarang dan mengelus tubuh lugunya, tapi tidak mungkin saat ini, dia masih kecil. Aku coba dengan cara lain.
"Lihat cairan di tanganmu Kari? Mamamu biasanya menjilatnya sebagai bukti cintanya padaku." Padahal, mamanya tak pernah mau aku orgasme di mulutnya, tapi Kari tak tahu itu, dan aku benar-benar ingin memuaskan fantasi seksualku.
"Sungguh?" katanya dan aku mengangguk.
Tanpa ragu dia langsung menjilat sisa sperma di tangannya, menjulurkan lidah mungilnya dan mulai menjilat dan menghisap spermaku dari jarinya. Oh, betapa indahnya! Aku terangsang kembali. Dia sungguh cepat mengerti. Dia mengelus perutku dan dengan manja menjilatnya.
"Papa sungguh sayang sama Kari, kan?!"
"Tentu, sayang," kataku saat dia selesai menjilat sisa spermaku.
"Rasanya enak sekali, Pa! Sungguh licin ya Pa?"
"Ya.. Kamu suka?" tanyaku.
"Ya, Papa! Apa Papa mau di-onanikan lagi?" tanyanya. Sangat mesra sekali kedengarannya suara anakku memintaku onani lagi.
"Nanti saja sayang, Aku ingin membuatmu nikmat sekarang," kataku.
Aku berguling dan kemudian merangkak. Kari masih di ranjang dan kusuruh dia berbaring. Aku berlutut disamping ranjang.
"Kari, Papa ingin buat kamu nikmat dengan menjilat memekmu. Jika kamu nanti tidak suka, tolong bilang sama Papa, ya?
"Oke, Papa."
Aku menariknya lebih dekat ke ujung ranjang hingga pantatnya persis di bibir ranjang dan meletakkan bantal di bawah kepala dan bahunya. Dia sungguh cantik berbaring di sana! Kulit mulusnya dan celah tanpa bulunya kelihatan le-bih indah dari yang pernah kulihat. Aku jongkok, dengan lembut, kucium puting baru tumbuhnya. Kemudian perutnya, vaginanya dan terakhir pahanya.
"Kau menyukainya, sayang?" tanyaku.
"Rasanya enak, Pa. Agak geli."
Aku gunakan jari dan dengan lembut membuka celahnya, kemudian menyentuh kli-torisnya dengan jemariku.
"Bagaimana rasanya?" tanyaku.
"Sangat geli, Pa!
"Baik, sayang, Papa akan buat kamu nikmat seperti Papa."
Aku berbaring dan mencium memek tanpa bulunya sambil tanganku merangkul punggungnya. Aroma gadis bau kencur ini memang sungguh aneh! Aku tahu bahwa aku bisa saja orgasme tanpa menyentuh kontolku jika kuteruskan, tapi tidakk. Aku sedang menikmati memek imut gadisku! Kugunakan lidahku menguakkan bibir vaginanya dan coba menjolok-jolok lubangnya. Aku menjilat dari bawah ke atas dan kemudian konsentrasi pada klitorisnya. Saat ini dia mulai menjepitkan pahanya sedikit dan aku coba menjilat sampai ke gundukannya dan mengisapnya.
Dia mengangkat-angkat pantatnya hingga vaginanya makin rapat ke mulutku dan aku terus menggu-nakan lidahku. Dia merintih dengan suara lirih halus dan aku tahu pasti akan membuat gadis kecil 10 tahunku ini orgasme. Kembali dengan gemas kukulum gundukannya dan berkonsentrasi pada klitorisnya dengan lidahku. Dia semakin meracau nikmat dan bergerak ke kiri dan kanan. Ini seperti singa betina kecil! Kemudian kurasakan tubuhnya mengejang dan bergetar hebat serta meraung nikmat sejadi-jadinya.
"Mmnnggnn Papaa!" Anak gadisku orgasme di mulutku!
Dia terus menghentak-hentak mulutku dan kemudian terkulai lemas. Kulihat wajah indahnya dan matanya yang tertutup dengan nafasnya yang sesak.
"Apa tadi enak, sayang?" Kataku sambil menyapu memeknya dengan lidahku.
"Oh, Papa.. Rasanya enak sekali! Apakah kita akan lakukan lagi?"
"Oh ya, sayang. Lagi dan lagi. Kita habiskan akhir pekan bersama! Jika kau mau, Papa akan tembakkan sperma Papa dalam mulutmu. Kau suka itu sayangku?"
"Ya, Papa, itu membuktikan kamu sangat mencintaiku, sungguh membuatku sangat bahagia."
Siapa yang ingin mengecewakan anak? Aku jadi punya banyak kegiatan akhirnya. Setiap ada kesempatan kami selalu melakukannya, sore, siang dan malam kami se-lalu melakukannya. Kadang aku yang minta dan kadang dia yang datang merayu. Hal ini kami lakukan selama 2 tahun. Sampailah suatu saat ketika dia 12 tahun, terjadi sesuatu yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Saat itu kami seperti biasa melakukan seks oral dan akhirnya terbersit di pikiranku untuk merasakan enaknya memek kecil gadisku ini.
"Sayang, Papa akan berikan Kari rasa yang paling nikmat yang belum pernah Kari rasakan, mau nggak?" tanyaku.
"Tentu saja mau Pa, kan Kari sayang sama Papa", katanya.
"Bagaimana kalau kita coba memasukkan milik Papa ke milik kamu?" tanyaku memancingnya.
"Itu pasti terasa enak, dan kita bisa sama-sama orgasme" tambahku lagi.
"Pa, apakah muat punya Kari, sedangkan milik Papa besar sekali?" tanyanya.
"Tapi dulu Papa pernah bilang kalau lama-lama jadi muat, asalkan dirangsang dulu", kataku.
"Tentu Kari mau Pa, tapi pasti enak ya Pa, dan Papa tetap sayang sama Kari, kan?", katanya meyakinkanku.
"Oh, tentu saja. Sini ke kamar Papa. Kita pasti akan merasakan yang paling enak", tambahku lagi dengan senang hati.
Betapa senang rasa hatiku saat itu. Pasti sebentar lagi aku akan menikmati celah kecil nan perawan itu. Selama ini belum pernah aku mendapatkan hal itu. Aku menikah dengan mamanya Kari waktu itu saat dia berumur 22 tahun. Dia sudah tidak perawan lagi, karena diserahkannya pada pacar pertamanya saat berusia 17 tahun. Kini adalah saat-saat yang kutunggu-tunggu dalam hidupku. Akh, tidak sabar rasanya aku membayangkan kejadian yang sebentar lagi itu. Tiba-tiba kudengar.
"Pa, ini Kari sudah siap. Kok, Papa masih melamun?", katanya.
"Wow. Oh, ya, Kari. Papa, membayangkan alangkah nikmatnya nanti punya Kari kalau Papa masuki. Oh, rasanya tak tahan Papa, Kari. Cepat Papa mau sekarang." kataku.
Segera kutanggalkan seluruh pakaianku sampai bugil dan aku melihat dia sudah ber-baring di ranjangku dengan seksinya. Betapa terangsangnya aku melihat bentuk vaginanya yang sudah berkembang sedikit karena selalu kuhisap dan kuemut-emut. Pa-yudaranya pun sudah agak berisi, karena selalu kupelintir-pelintir setiap hari. Aku sungguh geram, tak terkira nafsunya aku untuk menyetubuhinya saat itu.
"Oh, Kari, sayangku. Papa, bahagia sekali hari ini. Pasti akan menjadi hari yang indah bagi kita." rayuku lagi sambil merangkak ke atasnya.
Batang rudalku pun sudah tegang keras seperti pentungan yang terayun besar di ba-wahku. Aku memandang gadisku ini dengan penuh perasaan dan nafsu yang membara. Sebentar lagi dia akan merasakan aku memasuki tubuhnya lewat perwakilan batang ke-sayanganku itu. Aku mulai mencium bibirnya dengan lembut, seperti biasa kulakukan. Kemudian setelah puas bermain lidah dengannya. Dia pun sudah kuajari bersilat lidah di mulut tersebut. Aku teruskan ke leher mungilnya yang indah. Oh, alangkah nikmatnya.
Bersambung...