Maklum, mengentotin lubang perjaka jauh lebih susah karena lubang itu begitu sempit. Selama beberapa menit, Hadi berjuang untuk mendorong kontolnya masuk sedikit demi sedikit. Rasa sakit bercampur nikmat tergambar jelas di wajahnya yang tampan. PLOP! Masuk juga akhirnya. Budi tak bersuara sedikit pun, masih pingsan. Hadi memejamkan matanya, menikmati hangatnya liang anus Budi.
"Oohh.. Enak banget.. Lobang pantat perjaka.. Aahh.. Cowok Cina lagi.. Aduh enaknya.."
Dengan tubuh yang mulai bersimbah keringat, Hadi menggenjot badan Budi. Pemuda Chinese yang tak berdaya itu sama sekali tak sadar bahwa dirinya sedang dipakai oleh pria lain.
"Aarrgghh.. Aarrgghh.. Enak banget.. Oohh.. Sempit sekali lobangnya.. Aargghh.. Aahh.."
Hadi mengentotin Budi dengan penuh semangat seperti pejuang '45. Ritme ngentotnya cepat dan bertenaga sehingga tubuh Budi terguncang-guncang. Dari semua cowok yang pernah dingentotin Hadi, Budi-lah yang paling memuaskan.
Toni yang hanya kebagian menonton saja ingin berperan lebih aktif. Maka dia pun ikut naik ke atas ranjang dan menggerayangi badan Budi yang bugil dan telentang itu.
"Aahh.." desah Toni saat pemuda itu menjilat-jilat punggung Budi yang keras berotot itu.
Semakin lama Toni berpesta di atas tubuh Budi, semakin liar Toni jadinya. Tanpa malu, Toni menjilati, menghisap, dan menggigit punggung Budi. Toni paling suka tubuh atletis seperti milik Budi; terkesan jantan dan macho. Dada Toni sendiri lumayan, mengingat dia sering melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga. Akibat sikap liar Toni, tanda-tanda kemerahan bermunculan di badan Budi; biasa disebut cupang. Hadi tidak peduli apa yang dilakukan temannya itu; dia terus saja sibuk menyodomi Budi.
Meskipun sedang pingsan, Budi terlihat seperti orang yang sedang bermimpi. Mungkin kesadarannya mulai kembali, hanya saja belum sepenuhnya. Budi mulai menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil mengerang pelan. Samar-samar, Budi dapat merasakan rasa sakit bercampur nikmat, tapi dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kontol Budi yang tak bersunat ngaceng dengan sendirinya akibat desakan kontol hadi yang menghajar prostat Budi terus-menerus.
Terjepit di atas ranjang, kontol itu mengembang dan memanjang; kepala kontol merekah keluar dari kulupnya. Sebutir cairan precum yang berkilauan muncul dari lubang kencing Budi. Seiring dengan sodokan kontol Hadi, Budi semakin banyak mengalirkan precum.
Secara biologis dan fisiologis, prostat pria adalah G-spot atau titik kenikmatan. Biarpun pria itu straight atau gay, kontolnya pasti akan terangsang dan mengalirkan precum jika prostatnya dirangsang. Hal yang sama terjadi pada Budi. Pelan-pelan, Budi mulai sadar. Guncangan-guncangan keras membuat kepalanya pusing dan berputar-putar. Rasa sakit di bibir anusnya menambah kebingungannya. Saat dia akan menggerakkan tubuhnya, dia kaget karena tangan dan kakinya terikat.
"Lepaskan saya!" teriaknya panik ketika sadar bahwa dia sedang dingentotin oleh sesama pria. Sekuat tenaga, Budi meronta-ronta tapi percuma.
"Aargghh.. Aargghh!! Sakit, Bang.. Aarrgghh.. Ampun.. Aarrgghh.." tangis Budi, bercampur keputus-asaan.
"Aarrgghh.. Tidak.. Jangan, Bang.. Aahh.. Ampun.."
"Tenangkan diri loe," kata Toni, mempermainkan wajah Budi yang nampak ketakutan itu.
"Memang sakit tapi enak, kan? Jangan dilawan. Biarkan temanku menyodomi pantat loe dan memberi loe kepuasan. Biarkan kontolnya mengisi pantat loe dengan cairan kejantanannya." Toni berusaha membujuk Budi untuk menurut dan pasrah. Sesekali, pemuda itu membelai-belai tubuh Budi, menenangkan perasaannya yang kacau-balau.
Sebagai pria straight yang macho, Budi merasa sangat terhina. Di ranjangnya sendiri, dia diperkosa secara homoseksual oleh pengantar kasur Habis sudah harga dirinya sebagai seorang pria sejati. Air mata kekalahan berlinang turun membasahi wajahnya. Isak tangisnya sedikit mengganggu Toni maka dia pun langsung mendaratkan sebuah ciuman maut pada bibir Budi. Dicium secara tiba-tiba, Budi tentu saja kaget. Nalurinya menyuruhnya untuk melepaskan diri dari ciuman yang najis itu namun apa daya sebab tenaga Toni jauh lebih besar. Lidah Toni menyeruak masuk dan air liurnya tumpah ke dalam mulut Budi. Budi bisa saja menutup bibirnya rapat-rapat tapi rasa sakit akibat disodomi Hadi memaksanya untuk terus mengerang.
Sadar bahwa dirinya terjebak di antara dua pria homoseksual, Budi kemudian memasrahkan diri. Cowok ganteng itu pun berhenti berontak dan memaksa dirinya untuk menikmati apa yang sedang dia rasakan. Semula, hal itu terasa maha berat sebab Budi tak mempunyai nafsu homoseksual sedikit pun di dalam dirinya. Namun sodokan kontol Hadi yang terus mengenai prostatnya mulai membuatnya terlena dan terbius. Dia pun akhirnya larut ke dalam kenikmatan hubungan sejenis. Belum pernah Budi merasakan nikmatnya disodomi. Dan ternyata dia suka! Saat Toni melepaskan ciumannya, Toni tersentak mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Budi yang bergetar.
"Aarrgghh.. Fuck me! Oohh.. Ngentot yang kencang.. Aarrgghh.. Gue mau kontol loe.. Aargghh.. Ayo, ngentot yang dalam.. Aarrggh.. Tunjukkan kejantanan loe.. Aarrgghh.."
Hadi yang belum bosan bersetubuh dengan Budi juga tercengang keheranan.
"Hhohh.. Aarrgghh.. Gile, nih.. Aarrgghh.. Cowok ini doyan kontol juga.. Aarrgghh.. Oke deh.. Gue bakal ngentotin loe.. Uugghh.. Sampe loe menjerit minta ampun.. Aarrgghh.." Dengan itu, pria bejat itu pun makin keras menggenjot Budi. Keringat sudah membasahi sekujur tubuh Hadi yang atletis dan membuatnya mengkilap. Suasana panas yang erotis begitu terasa di dalam kamar Budi itu. Aroma keringat lelaki, bau kontol, dan precum menyengat dari tubuh mereka bertiga.
"Aahh.. Fuck you! Oohh.. Ngentot! Aahh.. Rasakan kontol gue.. Oohh.. Mampus loe! Aarrggh.." Kontol Hadi dengan brutal mengenai prostat milik Budi. Tak terelakkan, kontol Budi mengeluarkan precum terus-menerus. Pemuda Chinese itu mengerang dan mendesah.
Toni tak mau ditinggal sendirian; dia pun mau larut dalam kesenangan itu. Maka dia pun mendekat dan berlutut di samping Budi, kemudian kontolnya didekatkan ke mulut pemuda Chinese itu.
"Isepin donk. Udah horny berat, nih," minta Toni, membelai-belai rambut Budi.
Awalnya Budi menolak, tapi dia penasaran juga. Meskipun menelan kontol nampak menjijikan, tapi dia ingin merasakannya dulu. Maka dengan patuh, Budi membuka mulutnya lebar-lebar.
"Anak pintar," puji Toni seraya mendorong kontolnya masuk ke dalam.
Begitu kontol Toni yang belepotan precum itu menyentuh lidah Budi, Budi merasa mual dan ingin muntah. Tapi kedua tangannya terikat dan dia tak berdaya untuk mengeluarkan kontol itu dari mulutnya. Toni terus saja mendorong-dorong kontolnya dalam gerakan ngentot. Budi, mau tak mau, harus menerimanya. Cairan precum kembali bocor dari lubang kontol Toni, meluncur turun ke lidah Budi. Rasanya agak asin dan terasa licin di lidah. Pelan tapi pasti, Budi mulai terbiasa dengan rasa precum. Dan malah sekarang dia ketagihan.
Satu-satunya cara agar precum bisa mengalir keluar adalah saat kontol terangsang. Oleh karena itu, Budi berusaha sekuatnya untuk merangsang kontol Toni. Dengan berbagai cara, Budi menjilati seluruh bagian dari kontol itu. Untuk menambah sensasi nikmat, Budi juga tak lupa menyedot kepala kontol itu agar pejuh bisa tersedot keluar.
SLURP! SLURP! SLURP!
"Aahh.. Oohh.. Sedot terus, aahh.." desah Toni sambil memilin-milin putingnya sendiri.
Precum pun kembali mengalir dan Budi dengan rakus langsung menjilati habis. Mm.. Dijilat bersih tak bersisa. Bosan dengan posisi itu, Toni ingin berganti posisi. Kali ini, dia ingin berperan aktif sedangkan Budi bisa berdiam diri. Toni segera mengambil posisi doggy style dan memposisikan kontolnya yang ngaceng tepat di atas mulut Budi. Dengan menurunkan tubuhnya sedikit, kontol itu pun masuk ke dalam mulut Budi.
"Oohh.. Enaknya.." desah Toni, memejamkan matanya, saat mulut Budi kembali menyelimuti kontolnya.
Menganggap mulut Budi sebagai pantat, Toni mulai memompa dengan penuh semangat. Budi seringkali tersedak saat kontol Toni meluncur terlalu dalam. Namun, rasa nikmat disodomi Hadi dapat mengalihkan pikirannya. Hadi yang dari tadi masih merem-melek karena terhanyut kenikmatan menyodomi pantat perjaka tiba-tiba mulai meracau.
"Oohh.. Aahh.. Gue mau muncrat.. Oohh.." erang Hadi, tubuhnya basah dengan keringat.
Budi memandang dengan penuh nafsu saat tubuh Hadi yang agak atletis itu mulai mengejang-ngejang. Kontol Hadi yang bersarang di dalam anus Budi terasa menggembung dan kemudian dengan cepat memuntahkan lahar putih panas.
"Aarrgghh!!" teriak Hadi, sambil menghujamkan kontolnya dalam-dalam. Budi pun ikut berteriak karena prostatnya tertekan keras sekali. Siraman pejuh hangat Hadi terasa menyelimuti prostat Budi.
Ccrroot!! Ccrroot!! Ccrroott!! Tukang antar kasur itu terus-menerus melenguh sementara badannya terguncang hebat.
"Aarrggh!! Oohh!! Uuggh!! Aarrggh!! Oohh!!" Ketika tak ada lagi pejuh yang dapat disemprotkan, kontol Hadi pun melemas. Dengan desahan panjang, Hadi menarik kontolnya keluar.
"Aahh.. Enak banget.. Oohh.." racau Toni, makin antusias mengentot mulut Budi.
Sesekali kepala kontol Toni bersentuhan dengan gigi Budi, tapi Toni terus saja mengentot. Kontolnya bergerak keluar masuk dengan irama cepat. Budi hanya bisa mengerang tapi erangannya tertahan sodokan kontol Toni. Sementara kontolnya sendiri ngaceng berat, precum meleleh menuruni batang kontolnya. Namun, dengan tangan terikat, Budi tak dapat mencoli kontolnya.
Bersambung...
Home » Sesama Pria » Diperkosa 2 pengantar kasur - 2