"Aaahh.. hh.. huh enaknya ya Mam, rasanya kalau sudah keluar nich," begitu kata Tony seorang bapak berumur 45 tahun, bapak dari dua orang anak kepada istrinya Dewi, ibu berumur 38 tahun.
"Iya nich Pap, Mama juga rasanya masih lemes, abis Papa mainnya kok masih kuat aja, masa udah hampir satu jam tidak keluar-keluar."
"Iya tapi Mama kan juga kuat melayani Papa," ujar Tony.
"Ah Papa bisa aja nich ngerayu Mama.."
Akhirnya setelah mereka bermain cinta selama hampir dua jam Tony dan istrinya sama-sama terdiam untuk mengumpulkan energi mereka yang telah terkuras dan masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri. Akhirnya Tony mulai membuka percakapan sambil memeluk tubuh telanjang istrinya,
"Mam tidak terasa ya kita sudah menikah selama dua puluh tahun dan telah dikaruniai dua orang anak si Anton dan Intan, rasanya baru kemarin mereka kita timang-timang sekarang kok taunya si Anton sudah kelas 1 SMA (17 tahun) dan Intan sudah kelas 2 SMP (15 tahun), dan mereka pintar-pintar lagi".
"Iya-ya Pap, memang tidak terasa ya, tapi menurut Papa untuk urusan seks apakah mereka sudah cukup tau nggak ya? Soalnya mama takut mereka mendapat informasi yang salah tentang apa seks itu, menurut Papa bagaimana?" tanya Dewi kepada suaminya.
Lama Tony terdiam memikirkan perkataan istrinya tadi dan akhirnya dia berkata,
"Mam bagaimana kapan ada waktu yang tepat kita berempat berkumpul bersama untuk membahas masalah tersebut. Bagaimana Mam?"
"Hmm.. boleh juga, tapi.. bagaimana kalau sekarang aja Pap ini kan juga belum terlalu malam baru jam sepuluh dan lagian juga khan mereka besok tidak ada sekolah."
"Ya udah Papa bersihin 'burung' Papa dulu ya, rasanya lengket nih, sekalian ambil piyama dulu oke."
"Yaa, Papa nggak usah ambil piyama segala.. dibersihin aja tapi nggak usah pake piyama lagi!"
"Loh Mama gimana sih masa Papa telanjang gini?"
"Loh katanya mau diskusiin masalah seks, jadi sekalian ada contohnya gitu."
"Dan Papa jadi contohnya?" kata Tony kebingungan.
"Lah iya , nanti kalo giliran Papa yang ngajarin nanti gantian Mama yang jadi contohnya, gimana oke!"
"Tapi Mama yakin ini tidak apa-apa?"
"Iya.." kata Dewi tidak sabar, "Udah deh Papa abis cuci 'burungnya' Papa, Papa tunggu di sini ya dan jangan pake apa-apa lagi ya, Mama mau keluar manggil Anton dan Intan."
Setelah berkata demikian Dewi dengan hanya mengenakan daster tipisnya, (tipis di sini coba dibayangkan bagian dada dan bagian vitalnya hanya tertutupi oleh hiasan renda-renda di dasternya tersebut dan tingginya hanya sejengkal dari lutut), langsung keluar untuk memanggil anak-anak mereka.
"Anton!! Intan!! coba kalian ke sini sebentar!" panggil Dewi dari lantai atas.
"Ya Mam, ada apaan sih Mam?" kata Anton dan Dewi.
"Gini mulai malam ini kalian tidur di atas ya, sama Papa dan Mama!"
"Loh kok tumben Mam, emangnya adapan sich lagian tempat tidurnya muat apa?" kata Anton bertanya.
"Iya nih Mama ada-ada aja," sambung Intan.
"Nggak.. mulai malam ini Papa dan Mama ada yang mau diomongin bersama kalian jadi kita ngomong-ngomong sebelum tidur gitu. Udah deh sekarang kalian ke kamar aja, Papamu udah nungguin tuh!" kata Dewi dengan sabar kepada anak-anaknya.
Setelah itu Dewi dan anak-anaknya berjalan menuju ke kamar orang tuanya, dimana Tony telah menunggu istri dan anak-anaknya sambil berselimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Kemudian setelah mereka telah berkumpul di kamar yang luas itu sambil bersila di ujung ranjang kedua anaknya pun menanyakan ada apa karena tidak biasanya mereka disuruh tidur bersama orang tuanya mereka.
"Begini Anton, Intan.." kata Dewi memulai percakapan, "Kalian kan sudah besar, kamu Ton sudah kelas I dan sebentar lagi mau kelas II dan kamu Wi sudah kelas II dan tidak lama lagi kamu akan masuk ke SMA dan kamu tau khan pergaulan kayak sekarang gini, Papa dan Mama tidak mau kalau kalian terjerumus dengan pergaulan yang tidak-tidak. Hmm ngomong-ngomong Mama dan Papa pengen tau kalian udah punya pacar belum sih?"
"Kalau Anton sih belum punya Pap, nggak tau tuh kalau Dewi udah punya apa belum?"
"Kalau Dewi sama kayak Mas Anton belum punya juga."
"Ya udah kalau gitu Mama sekarang mau ngasih pelajaran mengenai seks kepada kalian oke."
"Sekarang Mam?" tanya Anton dan Dewi kebingungan.
"Iya sekarang, khan mumpung kalian masih libur, udah sekarang Ton coba kamu berbaring di samping Papamu and kamu Tan sini deketan sama Mama!"
"Sekarang Mama mau memberikan penjelasan mengenai bentuk anatomi seorang laki-laki, udah Pap buka dong selimutnya masa masih selimutan aja," kata Dewi kepada suaminya. Tony yang dari tadi hanya terdiam memperhatikan istrinya yang cantik itu memberikan penjelasan kepada anak-anaknya kemudian membuka selimutnya secara perlahan-lahan.
"Ih Papa kok telanjang sih?" ujar Intan terkejut.
"Iya nih Papa kok telanjang sih?" sambung Anton yang tidak kalah terkejutnya melihat papanya sendiri berbaring telanjang dengan batang kemaluannya yang masih kecil mengkerut dengan bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat dan terpotong rapi (untuk soal itu Dewi cukup rajin merawat rambut suaminya yang satu ini).
"Loh kan Papa dan Mama mau ngasih pelajaran seks kepada kalian, gimana sih kalian ini," ujar Tony kepada kedua anaknya.
"Ayo Mam sekarang Mama yang ngasih pelajaran terlebih dahulu."
"Oke Pap," ujar Dewi kepada suaminya.
"Nah anak-anak coba kalian duduk di sini!" sambil menyuruh agar Anton duduk di samping kanan papa dan Dewi dan Intan sendiri duduk di sisi kiri papanya semetara itu Tony hanya berbaring setengah duduk saja di tengah-tengah ranjang dikelilingi istri dan anak-anaknya.
"Coba kalian perhatikan tubuh Papa kalian!" ucap Dewi kepada anak-anaknya, "Begini ini bentuk tubuh seorang laki-laki, buat kamu Ton ini bukan hal yang aneh tapi buat kamu Intan jangan merasa jijik atau ngerinya ini kan juga Papa sendiri oke!"
"Oke Mam!" ujar Intan.
Kemudian dengan secara perlahan Intan memperhatikan tubuh papanya yang walaupun sudah berumur badan papanya itu tetap berotot dan belum terlalu kendor. "Coba kamu Int ikuti Mama ya!" sambil berkata demikian Dewi mengelus dada suaminya secara perlahan kemudian Intan mengikuti gerakan mamanya mengelus dada papanya. Tony yang dadanya dielus-elus oleh dua tangan yang halus itu mulai merasa keenakan juga. Kemudian setelah cukup lama, perlahan-lahan tangan Dewi makin turun ke arah selangkangan suaminya bersama dengan tangannya Intan dan ketika sampai pada kemaluan suaminya Dewi berujar,
"Nah Intan ini yang namanya Penis."
"Oooh.." Intan hanya dapat berkata demkian.
"Dan kamu tau Intan, kalau kontol pria jika sedang bernfsu dapat membesar."
"Emangnya bisa Mam?" tanya Dewi dengan lugu.
"Ya bisa sayang. Coba kamu lihat Mama ya, nanti kamu coba sendiri."
Kemudian Dewi memegang batang kemaluan suaminya dengan lembut, kemudian secara perlahan dikocoknya penis suaminya itu.
"Aaah stt.. Mam hmm.." ucap Tony kepada istrinya ketika penisnya mulai dikocok-kocok dan makin lama ukuran penis Tony makin lama makin membesar (tapi belum menyampai ukuran maksimal).
"Eh iya.. Mam, Mama bener juga tu kontolnya Papa mulai gede tuh," kata Intan.
"Nah sekarang coba kamu ke sini Int.. sekarang kamu yang coba ya.."
"Tapi Mam, Intan nggak bisa.."
"Intan sini sayang nanti Papa yang kasi tau oke, sini sayang, biar Mamamu gantian yang ngajarin Anton, tuh Mam anakmu kasian dari tadi dia diamin aja," kata Tony kepada istrinya.
Anton yang dari sedari tadi melihat perbuatan mamanya itu hanya dapat terdiam dan sesekali menelan air ludahnya dan tanpa disadarinya penisnya pun mulai membesar.
"Ton panggil Dewi, coba kamu berbaring di samping Papamu!"
Anton pun tanpa berkata-kata berbaring sambil setengah duduk di sisi papanya. Kemudian Dewi pun bergeser di samping anaknya dan secara perlahan mulai menurunkan celana pendek anaknya itu.
"Wau.. Pap coba lihat punya anakmu ini, sampai tidak muat loh celana dalamnya," kata Dewi kepada suaminya dan kemudian dengan perlahan pula celana dalam Anton dibukanya pula.
"Ton kamu tenang aja ya kamu lihat, pelajari dan nikmatin saja apa yang Mama ajarin kepada kamu ya, kamu juga Intan kamu dengerin yang Papamu ajarin ya.."
"Ya Mam," jawab mereka berdua.
"Wah.. Ton punyamu tidak kalah sama Papamu yah.. tapi ini kok bulu jembutnya berantakan gini sih. Nanti kapan-kapan Mama cukurin ya."
Kemudian sama dengan suaminya, Dewi pun mulai mengocok penis anaknya secara perlahan-lahan.
"Ahh stt.. Mama kok enak banget sih Mam, ah.. ah aduh Mam stt.." ucap Anton ketika mamanya terus mengocok penisnya itu.
"Hmm.. stt kamu cepet pinter juga ya Int.." kata Tony memuji anaknya (walaupun masih kaku gerakannya).
"Nah gitu nak.. ngocoknya, aduh ahh.. jangan kenceng-kenceng dong megangnya!" kata Tony kepada putrinya, "Nah.. gitu stt.. hmm.. ya gitu baru bener. Sekarang coba kamu lebih cepet deh ngocoknya."
Intan pun mulai mempercepat kocokan tangannya di batang kemaluan papanya.
"Ah.. ah.. ah.." Tony hanya dapat menegangkan seluruh tubuhnya demi menahan rasa nikmat yang diberikan putrinya ditambah lagi dilihatnya istrinya masih sibuk mengocok penis putranya.
"Aduh.. stt Mam.. enak banget Mam!! aduh.. ah.. ah.. terus Mam.."
"Gimana yang enak nggak Mama kocokin?" tanya Dewi kepada putranya.
"Ii.. ii. iya Mam enak Mam.. stt.. akhh aduh Mam.. Mam.. Anton.. hmm.. udah dulu Mam Anton mau pipis dulu nih, udah nggak tahan Mam! Mam.. udah Mam!"
Dewi tanpa memperdulikan teriakan anaknya terus mengocok-ngocok penis anaknya dengan cepatnya.
"Udah Ton kalau kamu mau pipis, pipis di sini aja.." ucap Dewi sambil terengah-engah menahan birahinya yang dirasakan mulai meninggi itu dikarenakan melihat suami dan putra mengeliat-geliat keenakan dan semakin lama dirasakan penis anaknya makin membesar dan makin keras denyutannya dan tanpa disadari vaginanya pun mulai terasa lembab dikarenakan mulai merembesnya cairan yang keluar dari dalam vagina Dewi.
"Yaa.. Mama khaan malu Mam sama Papa dan Intan, masa di sini akhh.. Sih.. akh.. ahh.." protes Anton.
"Udah nggak apa-apa nanti Papamu juga kayak kamu," ujar Dewi dengan sabar.
"Bener nih Mam stt.. Ah.. ah.. akh.. Mam udah Mam.. ah.. hah.. hah.. akhh.."
"Crett.. creett.. crreet.." dan tanpa dapat ditahan lagi Anton mengeluarkan air maninya dengan derasnya kurang lebih empat sampai enam kali semburan mengalir dengan derasnya membasahi perut, dada, tangan mamanya, bahkan sampai sempat mengenai wajah Dewi dikarenakan kuatnya semburan maninya tersebut. Kemudian dengan penuh kasih sayang dibersihkan penis anaknya dengan handuk yang ada.
"Ahh Mam ngilu Mam," ujar Anton ketika kepala penisnya tersentuh oleh tangan mamanya.
Di dalam hati Dewi bergumam, "Ini anak udah keluar kok kontolnya masih tegak sih persis seperti papanya."
"Ih.. Papa, Mas Anton kenapa itu?" tanya Intan melihat kakaknya.
"Masmu itu namanya baru mengalami puncak kenikmatan," jawab Tony.
"Kok Papa kok belum kayak Mas Anton sih, khan Intan udah pegel nih ngocokin terus."
"Ya.. udah kamu istirahat dulu biar Mamamu yang gantiin, Mam sini coba kamu terusin kasian anakmu udah capek.."
"Hmm Papa nich.." sambil berkata demikian tangan Dewi mulai mengocok penis suaminya.
"Akhh.. akhh.. ah.. ah.. Mam rasanya kok kurang pas ya.. coba Mama pake mulut dong!" kata Tony.
"Intan, Anton kamu liat Mamamu ini ya.." kata Tony kepada anaknya.
"Loh Mam.. kok kontolnya Papa dimasukin ke mulut Mama sih, nggak jijik Mam?" tanya Intan.
"Ya nggak dong yang malah rasanya enak loh, nah kamu liat ya.."
Kemudian penis suaminya pun dilahapnya dengan penuh nafsu, dimainkannya penis suaminya dengan lidahnya di dalam mulut.
"Akhh.. stt.. hmm enak Mam.. Wau Mam.. enak ba.. nget Mam.." teriak Tony ketika penisnya mulai dikocok-kocok dengan mulut Dewi.
"Ahh dijepit dong Mam.. nah gitu terus Mam.." sambil terus meracau tangan Tonya mulai menaik-turunkan kepala istrinya dengan cepat seolah-olah dia sedang menyetubuhi mulut istrinya dan sepuluh menit kemudian, "Mam.. ahkkhhk Mam.. Papa mau keluar nich.. Mam stt.. stt.."
"Creett.. Crreet.. Crreett.." dan akhirnya tertumpahlah seluruh air mani itu di dalam mulut istrinya.
"Ah enak sekali Mam.. Nah Anton gimana kamu tadi rasanya enak nggak dikocokin sama Mamamu?"
"Enak banget Pap," jawab Anton sambil memperhatikan kelakuan orang tuanya ia terus mengelus-elus kepala penisnya.
"Oke Anton, Intan sekarang gantian Papa yang memberikan pelajaran kepada kalian."
"Yap, sekarang Papa yang memberikan pelajaran kepada kalian berdua, coba Mam kamu sekarang berbaring!"
Kemudian Dewi membaringkan tubuhnya yang masih ditutupi oleh gaun tidur di tengah tempat tidur sambil dikelilingi oleh anak-anaknya dan suaminya sendiri duduk di antara selangkangannya.
"Nah anak-anak coba kalian buka baju Mama kalian!" perintah Tony kepada kedua anaknya.
Secara perlahan-lahan kedua tangan anaknya menurunkan tali penahan baju ibunya dari bahunya hingga sebatas perut dan tampaklah kedua payudara ibunya yang besar dengan puting susunya yang mulai menonjol karena menahan birahi sedari tadi.
"Mam, coba kamu ajarin Anton ciuman, biar nanti kalo dia sudah punya pacar, dia sudah tau caranya."
"Sini sayang, Mama ajarin kamu ya.."
Bersambung...