Bercinta dengan perawan - 3

Bookmark and Share
"Mbak...... kok melamun?" bisikan Shanti menyadarkan lamunan Tuti. Wajahnya dekat sekali dengan Shanti dan gadis itu rupanya menanti dari tadi. Tuti tertawa geli lalu tiba-tiba ia memangut bibir Shanti dan melumatnya. Shanti terengah-engah membalas lumatan gadis itu. Ia merasa tangan Tuti mengelus-elus buah dadanya dan ia pun membalas, ia meremas-remas tetek Tuti dengan gemas dan membuat wanita itu merintih-rintih, tak dibutuhkan waktu lama untuk membuat mereka berdua berbugil ria dalam pergumulan panas. Shanti tidak tahu bahwa dilangit-langit kamar ada sebuah bintik hitam sebesar uang logam. Dan semua kejadian dikamar itu dapat disaksikan dari lantai dua rumah itu. Diruang kerja Rahman! Dan sekarang Rahman sedang menahan napas memandang kearah layar besar didalam ruang kerjanya. Tubuhnya tegang dan dirasakan daging dicelananya membengkak. Ia bisa melihat Tuti melucuti pakaian Shanti dan ia bisa melihat bagaimana wanita itu menggerayangi tubuh Shanti dengan penuh nafsu.

Rahman tersengal-sengal menahan nafsu, ia melihat Shanti memangut tetek Tuti dan menyedotnya seperti bayi, dan Tuti dengan kalap menyuruk keselangkangan Shanti dan mulai menggumuli memek gadis itu dengan mulutnya. Rahman tak kuasa menahannya, ia juga ingin merasakan bau memek gadis itu dan bagaimana lendir gadis itu lumer dalam mulutnya, lendir perawan! Ia mengendap-endap turun dan menghampiri kamar Shanti, ruangan sepi sekali dan dibukanya pintu itu, dilihatnya wajah Shanti sedang ditindih oleh bagian bawah tubuh Tuti dan Tuti asyik menjilat-jilat memek Shanti, Rahman dapat melihat dengan jelas bagian dalam memek gadis itu yang kemerahan dan berkilat karena lendir. Ia merangkak masuk dan dengan sebelah tangannya ia mengambil celana dalam Shanti yang tergeletak diujung ranjang. Rahman membawa benda itu kewajahnya dan menciumnya, oohh.... nikmat sekali baunya, bau pesing bercampur dengan bau khas memek seperti punya Tuti, Rahman menjilat bercak kuning dicelana dalam itu dan merasakan rasa asin, ia menjilat terus sampai bercak itu menjadi licin dan berubah menjadi lendir. Tapi ia takut ketahuan, ia segera melemparkan benda itu dan merangkak mundur keluar dari ruangan. Semuanya dilakukan tanpa mereka mengetahuinya, Rahman berdebar-debar membayangkan kapan Tuti dan Shanti akan siap melayaninya bersama-sama.

"Aduh mbaakk, aku keluar lagi mbak.... aduh duh....." Shanti berkelojotan, memeknya terangkat dan menekan-nekan wajah Tuti, Tuti tidak mau kalah dan mengulek memeknya dengan goyangan yang membuatnya merasa hendak kencing.
"Shaan.... mati aku Shan... ooohh.... terus Shan, terus!" desah Tuti dan Shanti mempercepat tusukan lidahnya dalam memek Tuti, ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan Shanti merasakan cairan masuk kedalam mulutnya dengan mudah, Shanti tidak perduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari memek Tuti karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia merasa ingin kencing terus setiap Shanti menjalarkan lidahnya didalam memeknya.

Tuti merasa pinggangnya nyeri karena menahan nikmat yang membuatnya tanpa sadar meliuk-liuk seperti ular, apalagi dirasakannya lubang anusnya ditusuk-tusuk juga oleh jari-jemari gadis itu, ternyata gadis itu sekarang pandai sekali memuaskan dirinya. Tuti juga tidak mau kalah dan ia membuat Shanti berguling sehingga gadis itu sekarang yang berada diatasnya dan dengan leluasa Tuti menjilati cairan bening yang jatuh dari liang memek Shanti, cairan lengket dan hangat terasa asin itulah yang selalu dirindukan Tuti. Enak bukan main rasanya dan Tuti seperti gila menghisap lubang memek gadis itu, lidahnya dengan kaku memasuk kedalam memek Shanti dan membuat gadis itu mengerang, kadang malah Shanti tersentak kesakitan karena lidah Tuti masuk terlalu dalam dan Tuti cepat-cepat mengeluarkan lidahnya, ia lupa bahwa gadis itu masih perawan dan ia ingin Rahman yang memerawani gadis ini, kalau bisa nanti malam.

"Mbakhh.... aah... enak sekali mbak.... aaaaa.... keluar lagi mbak...... aduuuuhhh" Shanti mengerang panjang dan Tuti merasakan cairan bening makin banyak masuk kedalam mulutnya. Tuti menggosok-gosokkan hidungnya di lubang anus Shanti, ia merasa terangsang sekali melihat liang itu dan dijilatinya lubang anus Shanti, Tuti memasukkan jari telunjuknya, membuat Shanti mengerang lagi. Lalu dikocok-kocoknya telunjuk itu di dalam anus Shanti. Gadis itu tersentak-sentak sambil merintih, Shanti merasa mulas tapi ada perasaan nikmatnya juga. Ia mengejan agar jari Tuti lebih mudah masuk kedalam anusnya, Shanti merasa enak sekali dan ia merasa memeknya banjir besar. Sedangkan Tuti dengan lahap menjilati lubang anus Shanti dan bahkan ia menjilati jarinya yang baru keluar dari dalam anus Shanti, ia mencium bau yang baginya enak sekali dan ia menghisap jari itu.

Shanti melakukan hal serupa, ia memasukkan jarinya dan buat Tuti yang sudah terbiasa, kocokkan jari-jari Shanti di dalam anusnya membuatnya orgasme. Apalagi Shanti dengan tanpa jijik menjilat anusnya dan menusuk-nusuk lubang itu dengan lidahnya, Tuti merasakan kenikmatan yang membuat tubuhnya panas dan gemetar. Dengan rintihan panjang Tuti mencapai orgasme lagi dan terkulai lemas. Shanti juga lemas diatas tubuh Tuti. Mereka merasa rindu mereka telah terobati sementara dan Shanti diam-diam memohon agar kejadian seperti ini terus akan terjadi, ia tak ingin kehilangan Tuti lagi, ia tak akan kuasa hidup tanpa wanita yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti ini. Shanti menyusukkan kepalanya disela-sela ketiak Tuti, ia sangat merindukan kejadian seperti ini dimana ia merasa terlindungi dan Shanti sangat suka sekali bau ketiak Tuti yang sedang berkeringat dan dengan bernafsu Shanti menjilati keringat yang membasahi bulu-bulu ketiak wanita itu. Shanti mengendus dalam dan menikmati bau khas yang sangat disukainnya, bau khas ketiak wanita kampung, tapi baginya bau ketiak Tuti sungguh merangsang.

Tuti cekikikan kegelian karena jilatan lidah Shanti tapi ia merasa nafsunya bangkit kembali. Tuti memandang lidah Shanti membelai ketiaknya dan menjilati keringatnya dengan lahap, ia terangsang sekali melihat bagaimana gadis itu menghisap-hisap bulu ketiaknya yang lebat, seperti dikeramas saja, pikirnya. Tuti menarik wajah Shanti dan melumat mulutnya, dirasakan bau ketiaknya ada dimulut Shanti dan Tuti melumat habis mulut Shanti, gadis itu pasrah membiarkan lidah Tuti menjalar dan menyelusup kemana suka. Ia merasa jari-jari Tuti mengocok-ngocok didalam liang memeknya dan memeknya licin sekali karena banjir, wanita itu tidak menusuk terlalu dalam dan Shanti merasa nyaman sekali. Tuti membawa jari-jarinya yang berlumuran lendir itu kemulutnya dan kemulut Shanti dan mereka menjilati lendir itu dengan lahap seolah-olah itu adalah tajin yang biasa dimakan bayi. Mereka saling berpelukan dengan mesra dan terlelap dalam rengkuhan kenikmatan.

* * * * * * * * * *

Ketika bangun, hari sudah senja dan mereka mandi sama-sama dalam kamar Shanti. Tuti mengangumi tubuh Shanti yang benar-benar sedang ranum, matang dan sangat indah, semuanya mulus tanpa cacat. Bulu kemaluannya yang halus, buah dadanya dengan puting merah muda sangat kontras dengan tubuhnya. Tubuhnya sendiri memang masih padat dan serba kencang, tapi ia tak dapat menghindari kegemukan di perutnya, padahal ia sudah senam mati-matian, mungkin inilah karena umur, pikirnya. Sebaliknya Shanti sangat iri melihat tetek Tuti yang begitu besar dan kenyal, walaupun puting susunya juga besar dan kehitaman tapi Shanti tahu banyak sekali laki-laki dikampungnya yang tergila-gila ingin menikmati tubuh Tuti.

"Mbak teteknya besar sekali, kapan aku bisa punya tetek sebesar itu?" Kata Shanti, Tuti tertawa terkekeh-kekeh.

"Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini" Jawab Tuti. Ia tak memberitahu Shanti bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya menggosok teteknya dengan minyak itu.

"Memang bisa?"

"Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih" mereka terkikik.

"Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk" ajak Tuti.

"Ah nanti ada suami mbak" jawab Shanti.

"Ah mungkin dia pulang malam hari ini" jawab Tuti. Ia tak mau Shanti mengetahui rencananya.

"Wah kamar mbak hebat sekali!" seru Shanti kagum melihat kemewahan kamar Tuti. Tuti tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang besar.

"Heh kamu mau nonton film?" tanya Tuti. Shanti menggeleng.

"Film?"
"Iya film yang hebat deh" kata Tuti lalu berjalan ke lemari TV yang terletak pas dikaki ranjang. Tuti memasukkan sesuatu ke dalam kotak alat dan kembali duduk bersama Shanti. Ia memeluk Shanti dan gadis itu membalas pelukannya. Tiba-tiba Shanti melotot ketika melihat adegan dalam film itu. Ia melihat dua wanita sedang disetubuhi oleh beberapa lelaki. Ia melihat kedua wanita itu sedang disetubuhi sambil menghisap kontol pria lainnya. Shanti menahan napas, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya meriang dan hangat. Tuti merasa gadis itu gemetar.

"Lho.... kok.. kok.... ih mbak! Idiihh besar sekali mbak!" desis Shanti. Tuti diam.
"Jijik mbak.... aduh jijik sekali!" seru gadis itu tatkala melihat salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja. Shanti teringat malam jahanamnya dengan Pak Mohan, ternyata ada wanita yang suka sekali dengan itu.
"Oh enak sekali Shan, wah rasanya luar biasa!" kata Tuti. Ia membelai tengkuk Shanti. Shanti bergidik melihat wanita itu kembali menjilati kontol yang baru keluar dari memeknya dan kontol itu dengan ganas menyemburkan cairan kental kedalam mulutnya lagi.

"Aduuhh... geli amat. Kok mau sih..." Suara Shanti bergetar, diam-diam ia merasa ada perasaan aneh merambati tubuhnya. Ia merasa berahinya naik dengan cepat, apalagi Tuti membelai-belai tengkuknya.

"Mbak! Gila ihhh!" Shanti melotot melihat laki-laki lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
"Wah itu yang paling enak Shan, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki kontol Shan... enaknya luar biasa!" Desis Tuti. Wanita itu juga merasa terangsang. Ia melirik ke pintu yang dibiarkan tidak terkunci. Di televisi terlihat adegan dua wanita itu saling memangut kontol hitam dan mereka saling menjilat dan menyuapi satu sama lain. Shanti mendesah, ia merasa meriang sekali dan memeknya banjir besar, Shanti merasa terangsang bukan main melihat bagaimana kedua wanita itu saling membagi air mani laki-laki itu dan laki-laki itu bergantian memompa mulut wanita-wanita itu.

"Mbaakk..... aduh mbak..... nggak tahan aku" Bisik Shanti manja sambil menatap Tuti. Tuti melumat bibir gadis itu.

"Nafsu yaaa....?" Bisiknya. Shanti mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Tuti lagi.

Tiba-tiba pintu terbuka dan..... "Wah ada tamu nih?" Suara besar dan berat menyengat Shanti. Ia melompat berdiri dan membenahi roknya yang tersingkap. Tuti tersenyum manis pada laki-laki itu.

"Oh mas, lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Shanti" Kata Tuti sambil mendorong Shanti mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki yang bertampang seram dengan brewok diwajahnya.

"Ini suamiku Shan, kamu panggil saja Oom Rahman" Kata Tuti.

"Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini" Kata Rahman sambil menjabat tangan Shanti. Shanti tersipu menundukkan wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya menatap televisi.

"Lho kok putar film begitu?" Tanyanya berpura-pura. Tuti tersenyum, Shanti tidak berani memandang, ia malu bukan main.

"Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Shanti bagaimana punya laki-laki itu lho!" Kata Tuti manja sambil membantu melepaskan dasi Rahman.

"Mbaakk...." Shanti melotot.

"Lho? Nggak apa-apa kok Shan. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu" kata Tuti sambil menarik Shanti supaya mendekat. Kemudian ia memeluk Shanti dan mencium mulutnya. Shanti merasa malu dengan perlakuan Tuti tapi ia juga tak ingin menghindar, ia takut Tuti marah. Malah sekarang Tuti meremas buah dadanya dengan perlahan.
"Mbaaakk... malu ah" rengek Shanti.

"Ah tidak apa-apa kok Shan, oom sudah biasa kok" kata Rahman sambil menelan ludah. Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan cairan memek Shanti lumer dimulutnya. Lalu Tuti membuka celana Rahman dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol yang sudah agak tegang. Shanti menutup mulutnya melihat kontol yang lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Tuti tersinggung.

"Nih lihat ini Shan. Ini yang namanya kontol enak? bisik Tuti sambil mengocok pelan kontol Rahman dan Shanti bisa melihat ada lendir bening di kepala kontol itu seperti lendir memeknya. Lalu ia terbelalak melihat Tuti dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Shanti bingung melihat kontol itu lenyap dalam mulut Tuti. Dan Rahman mendengus-dengus sambil memompanya dalam mulut wanita itu. Shanti gemetar menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan, pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Tuti mau menghisap kontol itu demikian dengan lahapnya?

"Mau cobain Shan? Enak banget...." Tuti menarik gadis itu supaya berlutut juga. Rahman berdiri dan tersenyum pada Shanti. Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras itu. Tuti mengambil tangan Shanti dan dipaksanya tangan itu menjamah kontol suaminya. Shanti berusaha menahan tangannya dengan setengah hati. Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh dengan suami Tuti, tapi sekarang malah Tuti memaksanya menjamah daging yang seperti dodol itu.

"Nggak apa-apa Shan, suamiku milik kamu juga kok...." bisik Tuti. Kemudian Shanti merasakan daging itu ditangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari ujung kontol Rahman, dan Tuti mengusap lendir itu dan memasukkannya ke mulut Shanti, Shanti merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti pejuh Pak Mohan. Lalu Tuti mendekatkan mulut Shanti sambil menekan kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Shanti pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Shanti merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasakan asinnya lendir yang jatuh dalam mulutnya. Tuti juga ikut mengemut kontol Rahman dan sesekali kedua wanita itu saling melumat dan meremas.

"Mmhhh.... enak sekali mas..... ayo... cepat keluarkan.... aku sudah tak tahan lagi mas!" Desah Tuti, tangannya dan tangan Shanti berebut mengocok kontol Rahman. Bola mata Rahman terbalik dan mulutnya meleguh nikmat seperti kerbau. Kontolnya sungguh keras bukan main dalam maianan kedua perempuan itu. Ia merasakan bagaimanapun jilatan dan kocokan Tuti jauh lebih luar biasa daripada Shanti. Memang ia tak salah memilih gundik, Tuti memang sungguh luar biasa. Dan Rahman menyadari selama ini ia belum pernah bisa tahan lebih dari 3 menit kalau Tuti sudah mengeluarkan keahlian mulut dan tangannya, apalagi kalau kontolnya sudah dalam cengkraman memek wanita itu, maka tak ayal lagi ia akan menyerah sebelum hitungan kedua puluh, padahal dengan isteri tuanya ia tidak pernah bisa keluar dan benar-benar tidak pernah bisa ejakulasi! Walau bagaimanapun sang isteri melayaninya tetap saja ia tidak dapat puas, bahkan kadang-kadang kontolnya menciut kembali sehingga harus dirangsang lagi. Tapi kalau dengan Tuti, dipegang sebentar saja kontolnya sudah seperti paku baja, terus digoyang sebentar saja, kontolnya sudah meletuskan lahar panasnya, tapi Tuti dapat dengan cepat membangunkan kembali meriamnya walaupun baru meledak. Rahman bersyukur dengan Tuti, ia tak merasa sayang sedikitpun mengeluarkan uang luar biasa besarnya untuk membuat wanita itu mencintainya.

"Oouughhhh...... aku.... aku... mau keluar sayyy!!!" seru Rahman sambil berkelojotan. Kontolnya dikemot oleh Tuti sedemikian rupa sehingga membuat seluruh otot tubuhnya ngilu menahan gelombang nikmat yang akan segera melanda. Tuti mengeluarkan kontol Rahman dan segera dimasukkannya ke dalam mulut Shanti, gadis itu membiarkan kontol itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan ia mengocoknya dengan bibirnya, lidahnya berusaha menjilat kontol yang keluar masuk dalam mulutnya itu. Sementara Tuti mengemuti pelir Rahman dengan keahliannya, tiba-tiba Rahman mengeluarkan leguhan keras, tubuhnya kaku dan wajahnya tegang bukan main, mulutnya ternganga sedangkan matanya terbelalak dan berputar ketika kontolnya menyemburkan cairan pejuh panas ke dalam mulut Shanti, tubuhnya kejang dan ia membiarkan kontolnya diam dalam mulut gadis itu, Tuti dengan sigap mengurut dan mengocok batang kontolnya, biasanya Tuti akan terus mengocok kontol itu dengan mulutnya sampai Rahman berkelojotan seperti orang sekarat, tapi ia tahu Shanti baru pertama kali dan belum tahu bagaimana membuat seorang laki-laki mengalami ejakulasi dashyat yang dapat membuatnya mati kaku. Jadi Tuti membantu dengan mengurut batang kontol Rahman dan membuat laki-laki itu menggeram dashyat seperti singa.

Shanti merasa mulutnya penuh dengan cairan lengket, ia tak ingin menelannya jadi ia mengeluarkan dari sela-sela bibirnya walaupun ia tahu sebagian sudah tersembur masuk ke dalam kerongkongannya. Jantungnya berdebar melihat Tuti dengan lahap menjilati setiap lelehan pejuh yang keluar dari mulutnya.

"Telan Shan........ enak kok........ mmhhh........ sllrrpp........ mmmmhhhh......." Tuti menjilati cairan kental keputihan itu. Dan Tuti dengan cepat menelanjangi Shanti, sehingga Shanti benar-benar berlutut tanpa selembar benangpun ditubuhnya dan wanita itu juga sudah telanjang bulat dan bahkan kini Tuti berdiri dan menyodorkan memeknya pada Shanti. Shanti hendak berpindah menggumuli memek Tuti tapi Rahman masih membiarkan kontolnya dalam mulut gadis itu. Shanti mengeluarkan kontol Rahman dan menjilati pejuh yang menempel disana, ia mengemut kontol Rahman, sekarang ia merasa suka dengan rasanya, ternyata untuk menjadi biasa cepat sekali apalagi kalau memang ternyata enak.

Memek Tuti digesek-gesek di wajah Shanti dan Shanti menyelipkan hidungnya di memek Tuti serta mengendusnya, hhhmmmm nikmat sekali baunya, pikir Shanti. Ia menjulurkan lidahnya dan mengorek-ngorek liang memek Tuti yang sudah licin dan banjir. Tangan kanan Shanti sibuk mengocok kontol Rahman, tapi kontol itu lemas tidak bangun kembali. Rahman meringis kesakitan karena kocokan Shanti yang tidak berpengalaman, mulutnya sedang dilumat oleh Tuti, ia tidak mau melepaskan lumatan Tuti hanya untuk meringis, karena semua yang diberikan Tuti padanya adalah istimewa, dan belum pernah seumur hidupnya Rahman mendapatkan wanita seperti Tuti.

Pelan-pelan mereka beringsut dan akhirnya mereka bertiga bergumul di ranjang. Rahman sibuk melumat mulut Shanti, ternyata gadis itu masih tidak berpengalaman sama sekali, lumatan bibirnya masih jauh dibanding Tuti. Tapi kontolnya sudah tegang seperti baja kembali karena Tuti yang mengocoknya.

"Mau cobain rasanya memek Shanti mas?" desis Tuti. Rahman mengangguk, ia mengidam-idamkannya dan dari tadi sore serta ia juga memimpikannya. Tuti menyuruh Shanti memberikan memeknya tapi Shanti malu, Tuti menariknya sehingga pelan-pelan Shanti bergeser sampai tubuhnya di atas Rahman dan ia menungging diatas wajah Rahman. Tuti mendorong pantat Shanti supaya turun dan pelan-pelan Shanti menurunkan pantatnya, tiba-tiba ia mengerang ketika lidah kasar Rahman dan berewoknya menyapu memeknya yang sempit menimbulkan sensasi yang tidak terkirakan nikmatnya. Shanti merasa orgasme padahal belum diapa-apakan. Sekarang ia meliuk-liuk seperti penari ular ketika lidah Rahman menjelajahi bibir memeknya dan menyapu itilnya dengan kasar. Geli dan nikmat bukan main.

Tuti melihat lendir memek Shanti berjatuhan seperti tirai air terjun dan ia bersama Rahman menjilati lendir itu, sesekali ia meludah kedalam mulut Rahman dan laki-laki itu segera menikmati air liurnya. Tuti menjilati liang anus Shanti dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas serta membuatnya ingin kencing. Shanti merasakan memeknya benar-benar disedot oleh Rahman sehingga mengeluarkan suara keras, lalu ia merasa air kencingnya keluar sedikit, ia malu dan berharap Rahman tidak menyadarinya. Tapi Rahman tahu, Tuti pun tahu bahwa Shanti sampai terkencing-kencing saking nikmatnya.

Bersambung . . .