Pengalaman seorang istri - 3

Bookmark and Share
Tentang Masturbasi dan Orgasme

Sejak berpacaran dan bercumbu dengan Abang, aku mulai seringkali merasa gairah seksualku meningkat. Aku sering merasa ingin dipeluk, dicumbu dan melakukan kontak seksual dengan Abang. Aku seringkali berpikir bercumbu dengan Abang dan aku bermasturbasi. Banyak cara bermasturbasi, Abang mengajariku berbagai macam cara bermasturbasi, tapi aku lebih senang memeluk bantal guling, dengan aku berada di atas guling, aku menggerak-gerakkan pinggulku menggesekkan klitoris pada bantal guling sampai orgasme. Posisi seperti menunggang kuda ini memang amat sering membuatku orgasme. Hampir 90% orgasmeku, baik masturbasi maupun kontak seksual dengan Abang aku dapatkan dengan posisi seperti ini. Posisi ini memang memungkinkan aku menentukan sendiri daerah mana yang lebih enak digesekkan, dan seberapa besar gesekan yang pas.

Dalam bermasturbasi, aku selalu membayangkan Abang di bawah, dan aku berada di atasnya. Aku juga pernah mencoba menggunakan shower air hangat, rasanya menyenangkan dan mengasyikan, tapi tekanan air aku anggap masih kurang pas buatku, aku tidak dapat orgasme dengan menggunakan teknik pancuran ini. Aku juga tidak suka menggunakan tangan, karena kurang nyaman bila memegang daerah klitoris.

Aku menyesal baru mengetahui masturbasi setelah mengenal Abang. Karena jika aku sudah mengenal masturbasi sejak dulu, tentunya aku lebih dulu merasakan kenikmatan ini. Saat ini, aku terus melakukannya bila kangen dengan Abang, hasratku meninggi. Apalagi aku dan Abang berada di lain kota, maka masturbasi memang jalan keluar yang terbaik untuk melepas keinginan seksualku. Terkadang aku menjadi sangat terangsang bila Abang mengatakan di telepon bahwa batang kemaluannya sedang ereksi, atau Abang sedang merayu-rayuku. Setelah meneleponku, aku mulai merangsang klitorisku dengan menggesek-gesekkan daerah kelaminku ke bantal guling.

Tidak seperti wanita lain yang kubaca di literatur atau buku-buku, aku adalah wanita yang cepat sekali mendapat orgasme. Dengan Abang, aku hampir selalu orgasme, apalagi dengan posisi aku berada di atas. Aku selalu merasakan puncak kenikmatan seksual yang amat sangat menyenangkan bila kontak seksual dengan posisi ini. Dalam satu kali melakukan kontak seksual ataupun masturbasi, aku hanya bisa orgasme satu kali. Sulit sekali untuk mendapatkan orgasme yang kedua apalagi ketiga. Aku harus menunggu lama sekali, biasanya melakukan aktivitas dulu baru bisa orgasme lagi. Itupun hanya satu kali. Tetapi bagiku ini bukan suatu masalah. Aku sudah cukup beruntung dapat menikmati kenikmatan surgawi yang luar biasa hampir di setiap kontak seksual.

Aku tidak dapat membayangkan wanita lain yang tidak pernah mengalami orgasme, aku tidak dapat membayangkan kehidupan seksual mereka yang kurang menyenangkan. Bagiku orgasme adalah sangat penting. Ada hal penting yang menggoda diriku, bahwa aku tidak pernah mengeluarkan cairan saat orgasme. Memang kemaluanku terasa basah bila terangsang, akan tetapi tidak pernah mengeluarkan cairan seperti layaknya Abang mengeluarkan sperma saat ejakulasi. Namun aku selalu merasakan kepuasan yang luar biasa saat aku orgasme. Menurut Abang hal itu biasa pada wanita, bahkan menurut Abang, pacar-pacarnya dulu juga tidak pernah ejakulasi ketika orgasme.

Hal lain yang aku sering lakukan adalah bahwa memang aku seringkali tidak membutuhkan atau tidak menginginkan orgasme pada setiap kontak seksual, terkadang aku hanya ingin melayani Abang. Hal ini tampaknya sulit dimengerti oleh Abang. Abang seringkali memaksakan diri agar aku mengalami orgasme setiap melakukan kontak seksual. Padahal, terkadang aku sangat puas hanya dengan melayani Abang, bukan kepuasan seksual, tapi kepuasan psikologis dapat melayani dan memberikan kepuasan surgawi kepada pasangan yang amat kusayangi.

Keperawanan dan Hubungan Seksual

Aku selalu berusaha menjaga keperawananku. Aku berprinsip bahwa aku tidak ingin melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Aku ingin memberikan kesucianku kepada suamiku. Keinginanku hanya setengah terkabul. Memang yang memerawaniku adalah Abang, akan tetapi sebelum pernikahan, kira-kira 5 minggu sebelum pernikahan kami. Saat itu kami sedang melakukan petting seperti biasa. Sebelum petting kami berdiskusi tentang malam pengantin kami, keperawanan dan impian kami dalam menikmati malam pertama. Aku menceritakan ketakutanku menghadapi malam pertama. Aku tidak dapat membayangkan batang kemaluan Abang (yang menurut ukuranku besar) akan memasuki kewanitaanku yang sangat kecil. Aku juga membayangkan kalau batang kemaluan Abang yang keras memasuki lubang kewanitaanku, tentunya menyakitkan.

Aku banyak mendengar dari teman-teman kuliah yang sudah menikah, atau dari pengalaman orang lain bahwa hubungan seksual pertama kali akan menyakitkan, ada yang sampai tidak bisa berjalan, sakit selama satu bulan, dan lain-lain. Ketakutan itu begitu menghantui diriku. Di satu sisi, aku memang amat ingin merasakan hubungan seksual yang menurut banyak orang begitu nikmat, akan tetapi aku takut untuk melakukan yang pertama. Jika Abang bertanya kepadaku, apakah aku ingin melakukan hubungan seksual di malam pertama atau tidak, aku bingung. Aku sempat mengatakan sebetulnya aku ingin sudah tidak perawan saat malam pertama, agar aku dapat menikmatinya tanpa sakit.

Rupanya Abang salam paham dengan pernyataanku ini. Maka pada malam itu, ketika petting, Abang bertanya apakah batang kemaluannya boleh dimasukkan. Aku saat itu ragu-ragu, antara ingin dan tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa, tapi tidak lama setelah batang kemaluan Abang menggesek-gesek kemaluanku dari luar, aku merasakan sesuatu yang memasuki lubang kewanitaanku. Agak nyeri, dan aku tahu bahwa Abang telah memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaanku. "Abang..! Jangan Abang.." Bisikku saat itu, Abang seolah tidak mendengar dan aku merasakan batang kemaluannya semakin dalam masuk ke dalam liang senggamaku seiring dengan gerakan pinggul Abang. Aku menolak Abang, saat itu kuputuskan aku tidak ingin melakukannya dahulu, dan aku merasakan sakit pada lubang kewanitaanku.

Karena aku mendorongnya, aku merasakan batang kemaluannya tercabut dari liang kewanitaanku. Agak nyeri, ada perasaan seperti benda yang memaksa masuk, dan ada sensasi seperti (maaf) saat kotoran yang keluar di saat buang air besar, tapi sensasi ini di lubang kewanitaanku. Abang tetap memeluk, dan saat itu bersamaan dengan orgasmenya. Aku merasa lega, karena bersamaan dengan Abang orgasme. Aku pun memeluknya dengan erat.

Setelah Abang melepaskan diri, karena ingin membersihkan tumpahan sperma di kasur, aku melihat ada tetesan darah di paha dan rambut kemaluanku, dan juga di sprei bersama tumpahan sperma Abang. Saat itu aku berpikir bahwa aku dapat haid, karena memang sudah saatnya aku datang bulan. Rangsangan seksual tentunya membantu keluarnya darah, pikirku. Segera Aku membersihkan noda darah di sprei dan di sekitar kemaluanku dengan tissue, Kemaluan Abang juga aku bersihkan dengan tissue. Saat itu masih terasa sensasi adanya barang yang masuk di kemaluanku walaupun sudah tidak ada apa-apa lagi.

Setelah bersih-bersih, dan menghabiskan waktu, sore hari aku memeriksa pembalut wanitaku. Ternyata tidak ada lagi darah keluar. Padahal biasanya pendarahan di hari pertama lumayan banyak. Aku menyampaikan hal ini ke Abang. Abang hanya terdiam, dan dia mengatakan bahwa ada kemungkinan aku sudah tidak perawan lagi.

Aneh, aku tidak merasa menyesal, sedih, atau apapun. Aku hanya berpikiran bahwa kalaupun itu adalah darah perawanku, aku tidak menyesal karena aku berikan kepada Abang, yang saat itu sudah kuanggap sebagai suami (karena tinggal 5 minggu lagi kami akan menikah). Aku hanya khawatir bahwa darah tersebut bukan karena sobeknya selaput dara, akan tetapi karena gangguan dalam rahimku. Pikiran ini terus menghantui diriku sampai seminggu setelah itu. Untungnya Abang bisa meyakinkanku bahwa bukan kelainan, akan tetapi akibat sobeknya selaput keperawananku. Kami sepakat bahwa akan kita lihat pada malam pertama. Jika ternyata aku tidak berdarah lagi, berarti itu adalah akibat sobeknya selaput dara, akan tetapi bila berdarah, ada kemungkinan dari sebab lain. Kami sangat berdebar menunggu hari H. Sampai hari H, kami tidak pernah melakukan lagi, bahkan petting pun jarang kami lakukan. Selain sibuk, aktifitas seksual kami lakukan hanya dengan melakukan petting saja.

Tidak terasa, hari yang ditunggu tiba. Acara pernikahan berlangsung lancar. Aku begitu terharu, begitu juga Abang. Malam pertama kami lewatkan di sebuah hotel. Kami merasa senang sekali, saat mandi, kami mandi berdua, saling menyabuni satu sama lain, begitu menyenangkan. Saat itu juga kami saling mencukur bulu kelamin satu sama lain sampai benar-benar mulus (namun kami berdua sepakat bahwa kami tidak akan mencukur lagi sampai mulus karena amat sangat tidak nyaman ketika rambut-rambut itu tumbuh kembali).

Setelah acara dengan keluarga terdekat selesai dan kami kembali ke hotel, Aku langsung memeluk Abang, mencium pipinya. Berjuta perasaanku saat itu, senang, takut, terharu, lelah, namun ada hal yang amat kusukai, bahwa akhirnya kami berdua bisa menikah dan menjadi suami-isteri. Aku memaksa Abang untuk melakukan malam pertama kami malam itu, semula Abang mengalah dan tidak ingin aku terpaksa karena lelah. Tapi aku memaksa karena aku tidak ingin suamiku tidak merasakan malam pertama, yang ditunggu-tunggu. Abang kemudian mencumbuku, setelah batang kemaluannya tegak sempurna dan sangat keras (hasil latihannya sebelum menikah membuat batang kemaluannya keras luar biasa. Aku sempat takut tapi terkagum-kagum).

Sebelum memasukkan batang kemaluannya, aku menuangkan sedikit baby oil ke lubang kenikmatanku, dan aku juga menuangkannya di batang kemaluan Abang (baby oil ini ide Abang, supaya aku tidak merasa sakit saat pertama kali berhubungan seksual, karena menurut Abang, sakit atau tidak tergantung dari lubrikasi lubang kemaluan). Aku menutup mataku, dan berdebar, sangat takut. Berjuta perasaan ada dalam pikiranku, namun aku berusaha tetap tampak tenang. Tidak lama kemudian, aku merasakan batang kemaluan Abang menyentuh bibir kemaluanku. Dimain-mainkannya ujung batang kemaluan di bibir kewanitaanku. Aku menjadi semakin senewen. Saat itu Abang terus menciumi pipi, leher, kuping sambil terus memainkan ujung batang kemaluan di bibir kemaluanku. Aku menjadi bernafsu, dan mulai mengulum bibir Abang.

Tidak lama kemudian, aku merasakan kemaluanku terasa sedikit panas, dan penuh saat batang kemaluan Abang memasuki lubang kemaluanku. Aku tersentak, ingin rasanya mendorong Abang. Untung tidak aku lakukan, aku malah memeluknya keras. Namun aku tidak dapat menahan rintihanku. Aku hampir menangis ketika Abang berhenti melakukannya dan berkata ingin mencabut kalau aku merasa sakit (Abang begitu perhatian dan sayang padaku, sampai-sampai Abang mau berhenti melakukan kenikmatan malam pertama untukku). Aku begitu terharu, dan aku memintanya untuk meneruskannya. Aku tidak dapat menikmati malam pertamaku. Sakit, dan ada sensasi seperti saat membuang air di kemaluanku saat batang kemaluan Abang keluar masuk. Aku tidak orgasme selama dua malam, tapi aku sangat puas.

Dari malam pertama aku tahu bahwa selaput daraku sudah sobek 5 minggu sebelum pernikahan. Rasa sakit, sepertinya bukan karena sobeknya selaput dara, akan tetapi karena belum terbiasanya lubang kewanitaanku menerima batang kemaluan dan lubrikasi yang kurang.

Hari ketiga, ketika sudah kesekian kalinya kami melakukan hubungan badan, aku mendapatkan orgasme pertamaku yang aku dapat saat melakukan hubungan seksual. Seperti biasa, aku mencapai kenikmatan luar biasa tersebut dengan posisiku di atas. Ada sensasi yang sangat berbeda ketika aku orgasme dengan adanya batang kemaluan yang masih berada dalam liang senggamaku, luar biasa. Sejak saat itu, aku sudah mulai menyukai, amat menyukai, bahkan tergila-gila melakukan hubungan seksual dengan Abang. Begitu menyenangkan dan nikmat sekali. Aku pun lama-lama dapat berhubungan seksual tanpa harus menggunakan baby oil. Saat ini sudah beberapa posisi yang kami coba. Dari semua posisi, aku sangat menyukai dua posisi Missionary: Abang di atas dan memelukku, atau aku di atas dan memeluk Abang dari atas. Posisi terakhir ini yang pasti membuatku orgasme.

Hasil latihan Abang memperkeras batang kemaluannya dan menahan orgasme membuatku sangat tergila-gila untuk selalu melakukan hubungan seksual. Saat aku tidak bersama Abang, biasanya aku bermasturbasi dan membayangkan saat batang kemaluan Abang memasuki lubang kewanitaanku. Sungguh, menurutku tidak ada hal lain yang amat menyenangkan diriku saat aku orgasme ketika melakukan hubungan seksual dengan Abang. Latihan Keggel yang kujalani ternyata dapat membantuku mencapai orgasme dan juga menurut Abang menambah nikmat hubungan seksual ketika aku melakukan kontraksi otot-otot yang aku latih dengan latihan Keggel.

Aku saat ini merasa bahwa aku adalah wanita paling bahagia di dunia, karena aku mempunyai suami yang baik, pengertian, sabar, dapat memenuhi nafsu seksualku yang tidak pernah padam, dan aku termasuk di antara sedikit wanita yang pernah dan sering mengalami orgasme ketika berhubungan seksual. Oleh karena itu, bila anda ingin bertanya, berbagi pengalaman, ingin tips-tips, kritik dan lainnya, silakan Anda menghubungi saya atau suami saya melalui e-mail. Kami berdua akan sangat senang berkomunikasi dengan Anda semua. Semoga tulisan ini dapat berguna.

TAMAT