Minggu depan aku mengambil cuti tahunanku selama 10 hari penuh. Tidak termasuk hari Minggu. Jadi aku akan bebas tanpa pekerjaan selama 12 hari.
Obsesi akbarku adalah sepenuhnya menjadi waria, atau 'full waria' selama seminggu atau 7 hari. Kenapa hanya 7 hari? Karena aku mesti bikin persiapan sebelumnya dan kemudian menyesuaikan kembali sesudahnya. Dengarlah..
Saat ini, seminggu sebelum cutiku, aku sudah telpon-telponan dengan Bella di Surabaya. Dia adalah teman akrabku yang saat aku ke Surabaya tempo hari banyak membantu saat aku pertama kali mencoba tampil sebagai waria. Ingat khan, ceritaku tentang 'Sensasi Erotik Saat Menjadi Waria'?
Aku bilang padanya bahwa aku akan cuti dan pengin tinggal sama dia. Aku pengin sedikit bertualang untuk mendapatkan pengalaman sebagai waria penuh atau 'full waria' selama tinggal seminggu di Surabaya. Artinya, aku akan menjadi waria sepanjang 24 jam sehari selama seminggu atau 7 hari. Aku minta dukungan dan bantuan moril dari Bella.
Ternyata Bella menyambut keinginanku dengan sangat senang hati. Kebetulan ada kamar kost yang kosong, aku boleh tinggal disitu, dia akan urus untuk aku. Aku tahu tempat itu kamarnya enak, ada AC dan kamar mandi sendiri. Aku langsung setuju usulnya.
Bella adalah waria yang sangat cantik. Sepintas wajah, posturnya yang semampai dan wajah dan bibirnya mengingatkan pada model, bintang iklan dan sinetron Dian Nitami. Dia datang dari Malang. Sebagai waria dia tinggal di Surabaya di tempat kost yang memang khusus untuk para waria.
Dia ini tahu persis siapa aku. Dan kami sama-sama saling menyukai. Aku suka dia karena disamping cantik, penisnya juga gede. Pada hari pertama cuti aku beli tiket pesawat dan belanja ke Mangga Dua. Aku beli beberapa stel pakaian wanita sesuai dengan ukuranku untuk kupakai selama di Surabaya. Aku juga beli sepatu tinggi, stocking, wig, alat kosmetik dan kebutuhan lain yang mengubah aku menjadi waria. Duh, nikmatnya..
Aku belanja sesuai dengan hasrat seksualku. Aku membayangkan betapa lelaki akan cepat melamar mnyaksikan penampilanku nanti. Aku juga belikan oleh-oleh beberapa baju dan parfum sebagai tanda terima kasihku untuk Bella.
Pada hari keberangkatanku, aku SMS pada Bella. Kuberitakan bahwa aku akan sampai di Surabaya sekitar jam 2 siang. Aku akan langsung ke rumah dengan taksi. Aku berharap dengan SMS ku itu, Bella membereskan urusan yang berkaitan dengan kamarku nanti. Sepanjang perjalanan, sejak keluar rumah, aku sudah membayangkan betapa nikmat petualangan dan pengalaman yang akan kulakukan ini. Aku akan setiap hari memakai baju perempuan sebagaimana layaknya orang perempuan. Aku akan bepergian, mungkin belanja atau sekedar mejeng ke mall-mall di kota besar itu dengan dandanan perempuanku. Aku akan naik taksi atau naik bis kota atau angkot dengan dandan perempuan pula.
Aku sudah membayangkan betapa orang-orang khususnya para lelaki akan menyaksikan dan terpesona pada tampilanku. Aku tahu akan ada sebagian orang yang mungkin men-tertawakan-ku, tetapi aku juga percaya akan ada orang yang diam-diam ingin mendekati dan mengajak kencan denganku. Hasrat waria-ku yang sangat kuat mendorong aku untuk siap menghadapi kedua-duanya. Dari pengalaman pertamaku menjadi waria di Surabaya tempo hari kini aku sangat percaya diri.
Kebanyakan orang, baik wanita atau lelaki, baik yang senang atau tidak senang, mereka memandang aku adalah waria yang cantik. Banyak yang bilang aku mirip Sharon Stone yang bintang Hollywood itu. Dalam hati aku tertawa, koq ada sih Sharon Stone berkulit coklat dan suka makan rujak cingur. He, he, he..
Kebanyakan teman-temanku yang waria juga mengalami hal yang serupa. Bahkan mereka merasa ejekan atau sikap tidak sopan dan kurang ajar yang sering dilontarkan orang atau anak-anak saat kita sedang melintas di jalanan kampung, akan terdengar sangat merdu dan erotis sekali di kuping kita para waria.
Pandangan sinis, kurang ajar dan mengejek macam itu justru sering merangsang hasrat birahi seorang waria. Untuk itu aku perlu membuktikan. Dan akhirnya..
Segalanya sesuai dengan rencana. Mulus. Pesawat Garudaku mendarat tepat waktu jam 2 siang di airport Surabaya. Begitu turun dan mengambil koper pakaianku aku bergegas ke toilet untuk wanita. Tentu saja aku sedikit menunggu hingga sepi penumpang. Dan begitu ada kesempatan aku langsung masuk dan menuju kamar kecil. Disitu aku dandan.
Saat berangkat aku tampil sebagai pria normal. Saat turun untu memasuki kota Surabaya aku perlu merubah diri. Aku sudah perlu tampil 'full waria'. Aku telah siapkan blus perempuan. Aku perlu resep cepat dan praktis untuk merubah penampilanku. Aku tak perlu ganti celana karena celana yang kupakai terbang tadi telah kusetel agar cocok untuk setelan blusku. Aku tinggal memakai BH dan mengganti kemeja dengan blus lembut yang menampilkan bahuku. Tidak lupa, yang terakhir adalah memakai sepatu hak tinggiku yang memberikan 'finishing touch' pada seluruh tampilan feminin-ku. Dengan bokongku yang cukup 'bahenol' aku yakin orang akan bilang aku adalah wanita yang sangat cantik pada penglihatan pertamanya.
Kemudian dengan sedikit mengoleskan lipstick pada bibirku dan memasang wig untuk kepalaku, bereslah semuanya. Tampillah kini di depan cerminku, Lisa Ramon yang mirip dengan Sharon Stone.
Dalam tempo kurang dari 5 menit aku sudah keluar dari kamar kecil lengkap dengan tas Gucci yang disainnya sangat feminin di tanganku. Saat di depan cermin besar untuk merapikan sana-sini penampilan dan sedikit menyemprotkan parfum Channel no.5 kesukaanku, tak akan ada yang meragukan aku kewanitaan dan kecantikan-ku.
Tampilan ke-wanitaan-ku yang sangat meyakinkan ini, membuat para wanita di ruang sempit toilet bandara itu bungkam tanpa pertanyaan atau kesangsian. Dari toilet, sambil menggeret koper travelling-ku yang Louis Vuitton, aku melangkah penuh percaya diri dan anggun menuju ke pintu keluar bandara. Hatiku berdesir saat beberapa mata nampak melotot mengamati langkah jalanku.
Aku langsung naik taksi meluncur ke tempat kost Bella. Menjelang memasuki wilayahnya, aku telpon Bella mengabarkan bahwa sebentar lagi aku akan sampai di rumahnya. Di depan pemilik tempat kost dan para waria lainnya aku tak boleh nampak canggung. Harus berlagak bahwa kehidupan waria adalah kehidupanku sehari-hari.
Sesudah sekedar berbasa-basi dengan pemilik kost dan teman-teman waria lainnya, Bella mengantarkan aku ke kamarku. Woo.. Kamar yang indah. Cukup luas, AC-nya sejuk dan kamar mandinya bersih. Aku ber-kangen-kangenan sesaat dengan Bella yang sore itu nampak sangat cantik. Aku mengagumi dia dan dia mengagumiku. Hasrat seksualku selalu penasaran padanya dan begitu pula dia padaku. Kami sama-sama ber-kemaluan gede. Kami suka saling melumatnya.
Dengan penuh birahi kami juga saling melumat anal kami. Siang itu kami berpagutan sebagai obat kangen. Aku sampaikan oleh-oleh untuknya. Dia sangat senang. Dia bilang tidak mudah dapat pakaian seindah itu di Surabaya. Dia membantu aku untuk menyusun apa-apa yang akan kulakukan selama di Surabaya.
Untuk acara malam hari, aku nggak perlu mikir. Aku tinggal ikut Bella kemana dia ngajak aku. Aku pengin ada acara-acara di siang hari. Aku pengin jalan-jalan ke mall-mall besar di kota Surabaya. Aku pengin naik kendaraan umum. Aku juga pengin ke tempat-tempat hiburan, kebon binatang atau tempat rekreasi lainnya. Aku juga pengin piknik ke Tretes. Aku pengin membaur dengar orang banyak. Aku pengin mereka menyaksikan penampilanku. Aku pengin menyaksikan mata mereka yang terpesona. Aku juga pengin merasakan apa yang mereka sebut sebagai 'hasrat waria' yang justru merasakan nikmat birahi saat di-ejek atau digodain secara seronok atau kurang ajar.
Di Surabaya ini aku merasa sangat bebas karena tak seorangpun yang aku kenal. Aku benar-benar ingin menikmati kebebasanku. Bebas untuk jadi apa saja. Dan bebas untuk memakai apa saja. Kini selama satu minggu aku akan setiap saat menjadi Lisa Ramon, waria cantik dari Jakarta.
Bella sangat gembira dengan kedatanganku ini. Dia juga mendukung keinginanku. Dia bersedia menemaniku siang dan malam selama aku berada di Surabaya. Kami kembali saling menyentuh. Mata Bella memandang mataku. Aku tahu. Dia ingin bercumbu dengan aku. Kuraih tangannya. Dan juga kuraih gundukkan yang menggunung di selangkangannya itu. Aku sudah rindu menciumi kemaluannya yang gede itu. Aku sudah pengin merasakan kedutan penisnya saat spermanya muncrat di mulutku.
Bella menarikku rebah ke pelukannya. Kami berpagut. Bermenit-menit kami berpagut. Bertukar lidah dan ludah. Mulut Bella sangat wangi. Lidahku berusaha meruyak ke dalamnya. Aku sedot ludahnya sebanyak yang aku bisa. Dia menidurkan aku ke ranjang. Dia kuak lenganku. Dia benamkan hidungnya ke ketiakku. Dia menghirup, mencium dan menjilati ketiakku. Aku merasakan betapa nikmatnya jilatan itu. Aku menggelinjang.
Kemudian kami melepasi pakaian. Kami saling melampiaskan kerinduan. Kami berpelukan dalam bugil. Kemaluan kami saling beradu. Aku mulai menelusuri tubuhnya dengan ciuman dan jilatanku. Aku sudah kangen dengan bau selangkangannya. Hidung dan lidahku meluncur ke sana. Bella mendesah. Tangannya memerasi rambutku.
Kubenamkan wajahku ke lembah selangkangannya. Duuhh.. Wanginyaa.. Lidahku menjilat dan bibirku mengecupi seluruh permukaan dan pori-pori selangkangan Bella. Kenikmatan erotis itu langsung mendongkrak birahiku. Penisku tegak kaku. Akankah aku menembusi anal Bella sekarang?
Sepertinya Bella tahu apa yang sedang melintas dalam benakku. Dia bangun dan menarik tubuhku.
"Lis, ini sekedar pemanasan. Kamu pasti capek sesudah perjalanan dari Jakarta. Istirahatlah".
Dia lantas turun dari ranjang dan mencium bibirku dalam-dalam sebelum meninggalkan kamarku. Bella benar. Aku memang lelah. Bukan karena kerja fisik. Tetapi oleh keteganganku dalam mempersiapkan perjalananku ke Surabaya ini.
Waktu masih cukup. Jam menunjukkan pukul 4 sore. Aku bisa tiduran barang 1 jam sebelum mandi.
Nanti malam aku akan menghirup udara malam Surabaya. Aku akan ikut Bella mangkal di jalan Irian Barat atau IB. Disana kupingku akan banyak mendengar pujian untuk kecantikanku. Aku akan bertemu para lelaki yang memujaku.
Begitulah..
Sejak pukul 6 sore dengan bantuan Bella aku sudah sibuk merias diri. Aku memakai gaun yang sangat sensual tetapi nampak sebagai putri yang anggun dan intelek. Aku memakai rok berbahan lembut dengan bunga-bunga kecil yang tersebar. Gaun itu menampilkan bahu dan punggungku yang indah dan seksi. Aku suka make up wajah yang sederhana. Sedikit sapuan kosmetik dan secercah lipstick di bibir, wajahku nampak sangat perawan dan alami. Uhh.. Aku puas dengan penampilanku.
Kembali aku melihat Sharon Stone di cerminku.
"Lis, aku nggak tahan melihat kecantikanmu. Aku pengin banget menjilati ketiakmu lagi. Sayang kamu telah dandan rapi", puji Bella.
Kami sampai di jalan IB sekitar pukul 9 malam. Bella mengenalkan aku dengan teman-temannya. Sebagian ada yang telah ku kenal saat aku datang tempo hari. Aku merasa kembali ditengah keluargaku sendiri. Teman-teman ini menunjukkan solidaritasnya sebagai sesama waria. Mereka mengajak aku ketempat yang paling strategis untuk mangkal. Tetapi rencanaku malam itu aku belum ingin melakukan kencan dengan para tetamu.
Aku hanya ingin ber-nostalgia berkaitan dengan pengalamanku di Surabaya dan khususnya jalan IB ini. Aku ngajak Bella dan teman-teman untuk sekedar ngobrol dan minum kopi di warung wak Sena, langgananku di pojok jalan itu. Beberapa teman waria mondar-mandir melayani pelanggan sambil pesan kopi dan makanan kecil bersama kami.
Tetapi tak bisa kuhindari ketika ada 2 orang pria mendekati aku. Mereka kepingin mengajak aku ke hotel. Aku memandang Bella. Dan Bella mengedipkan matanya sebagai tanda persetujuannya. Bella bilang pria-pria itu langganan yang sering datang ke jalan IB ini. Kuperhatikan mereka ini tampil tampan dan sangat simpatik. Usia mereka sekitar 28 atau 30 tahunan.
Dengan sedan Lancer-nya mereka mengajak aku ke hotel GP di jalan Yos Sudarso. Ada pondok-pondok di hotel itu. Mereka langsung menuju pondok tanpa harus melewati reseptionis. Rupanya para pria ini sudah terbiasa datang ke tempat ini. Mereka rupanya teman sekantor. Yang satu lebih tinggi dari yang lain, namanya Arman. Nampaknya keturunan China. Rambutnya yang sedikit panjang membuatnya nampak sangat tampan dan menonjol banget ke-lelakiannya. Aku suka banget type macam ini. Sedikit ada liarnya.
Yang lain namanya Omen. Dengan kulitnya yang coklat dan bibirnya yang sedikit menebal aku taksir dia datang dari Ambon atau Timor. Dia sunguh simpatik wajahnya saat tertawanya lepas. Keduanya sungguh pria-pria yang ramah dan menyenangkan untuk kencan. Rasanya aku akan merasakan nikmatnya '2 in 1' malam ini bersama mereka.
Bersambung...