Hampir 5 hari aku tidak masuk sekolah, karena selangkanganku rasanya sakit setelah disodok Pak Lubis untuk pertama kalinya. Aku masuk sekolah hanya untuk mengetahui lokasi ujian Ebta, yang rupanya aku mendapat lokasi di sebuah SMEA yang jauhnya 10 km dari sekolahku dan setelah masuk ujian Ebta, hanya aku yang ada di SMEA itu tidak ada temanku dari sekolah SMA-ku. Ujian Ebta berlangsung selama 5 hari, ketika hari Jum'at, hari terakhir seusai ujian di saat aku jalan menuju halte, aku dicegat oleh mobil Mercy, yang rupanya di dalamnya Pak Lubis.
"Nov.. sudah selesai ujiannya, mau saya antar?"
"Bolehlah Pak.."
Aku lalu masuk ke dalam mobil Pak Lubis dan kami pergi dari SMEA itu.
"Nov.. maaf yach kejadian di ruang kerja saya.."
"Ah.. nggak apa-apa koq Pak.."
"Terus terang sejak kejadian itu.. saya jadi kangen sama kamu.. kita tidak bertemu hampir 2 minggu. Maaf yach.. Nov.. saya pingin kehangatan dirimu lagi.. apa kamu mau melakukannya lagi..?"
"Nov.. juga kangen sama Bapak.. terserah Bapak lah saya mah ikut Bapak aja.."
"Terima kasih.. yach.. Nov.. kalau kamu bersedia."
Kulihat Pak Lubis tersenyum karena ajakannya tidak kutolak, kucium pipinya sewaktu dia menyupir. Hari itu Pak Lubis mengajakku ke Ancol, sampai di sana kami makan siang lalu sekitar jam 14.00, aku dan Pak Lubis memesan sebuah kamar di Pondok Putri Duyung, begitu masuk kamar dengan nafsu membara Pak Lubis dan aku langsung bugil, ditempelkan badanku di dinding lalu Pak Lubis langsung menyodokkan batangnya ke vaginaku dalam posisi berdiri, seakan aku digendongnya, hampir 1 jam lamanya kami melakukan dengan posisi berdiri lalu dia memindahkan tubuhku ke tempat tidur dengan posisi aku menggantungkan kakiku di sisi tempat tidur dan disodoknya sementara batangnya masih terbenam di vaginaku sejak posisi berdiri. Satu Jam kemudian ketika aku akhirnya mengeluarkan cairan dan darah dari vaginaku dengan derasnya yang membuatku lemas tak berdaya, kami ganti posisi lagi, sekarang kakiku diletakkan di pundak Pak Lubis sehingga hujaman batangnya serasa lebih masuk lagi ke vaginaku dan pada posisi yang ketiga ini kami lakukan sampai 1 jam kemudian dan Pak Lubis pun mengeluarkan cairannya di dalam vaginaku hingga aku merasakan kehangatan air maninya dalam vaginaku.
Tapi tenaga Pak Lubis sangat luar biasa, walau dia telah menyirami air mani dalam vaginaku. Pak Lubis membalikan badanku yang lemas-lemasnya untuk ganti posisi lagi dimana sekarang aku jongkok di badannya sedangkan Pak Lubis tidur terlentang. Badanku dipegangi kedua tangannya sedangkan vaginaku yang tertusuk batang kemaluannya, lalu badanku dihentakkan naik-turun, gaya posisi ini kami lakukan selama 1 jam, lalu setelah itu dia memegangi tubuhku lalu diputarnya badanku sehingga posisi kami berubah lagi, badanku membelakanginya dan dikocoknya badanku naik-turun, posisi inipun kami lakukan dalam 1 jam berikutnya hingga aku mengeluarkan cairan lagi untuk kedua kalinya hingga aku agak tak sadarkan diri karena kali ini cairanku keluar dengan darah yang agak banyak. Dalam keadaan tubuhku yang sangat lemas, batang itu masih di dalam vaginaku.
Pak Lubis merubah posisi lagi hingga ke-6 kalinya, kali ini aku nungging di tempat tidur dan dia menyodok dengan keras sekali, posisi inipun kami lakukan selama 1 jam hingga aku mengeluarkan cairan lagi yang ketiga kalinya dan Pak Lubis juga kembali mengeluarkan cairan di dalam vaginaku secara hampir bersamaan. Akhirnya setelah 6 jam vaginaku dihujam habis-habisan oleh batang Pak Lubis dengan 6 posisi pula, aku pun langsung pingsan diikuti Pak Lubis yang ambruk di tubuhku sambil memelukku.
Aku terbangun dari pingsanku ketika aku sudah tiba di depan rumahku kira-kira jam 23.00 malam. Sebelum aku turun dari mobil Pak Lubis aku mencium bibir Pak Lubis.
"Pak.. makasih ya.. Nov.. benar-benar puas deh.."
"Nov.. Bapak yang harus terima kasih karena kamu bisa memuaskan saya hampir 6 jam lamanya, kamu hebat.. Nov.. dan terima kasih kalau kamu mau menerima air mani saya.. di vaginamu.."
"Nggak.. Nov.. yang terima kasih karena Bapak memberikan air mani Bapak.. buat Nov.."
Setelah itu aku turun dari mobilnya dan Pak Lubis langsung meninggalkanku. Dengan langkah gontai aku masuk rumah dan langsung tidur. Berhari-hari aku tidak turun dari tempat tidur karena selangkanganku rasanya sakit sekali.
Pengumuman Ujian Ebta berlangsung 3 minggu kemudian, yang jatuh hari Sabtu, aku ke sekolah untuk lihat hasil ujian sekaligus untuk bertemu dengan Pak Lubis karena rasa kangenku, tapi Pak Lubis sedang rapat di kopertis. Aku pulang dari sekolah kira-kira jam 04.30 sore dengan langkah gontai aku tiba di rumah, di saat itu mamaku mau pergi dengan temannya.
"Nov.. jaga rumah ya.. Mama mau arisan, pulangnya jam 09.00, kedua adikmu juga baru pergi ke Mal."
"Iya.. Ma, jangan lupa oleh-oleh buat Nov.."
Mama pun pergi, dengan agak malas aku masuk ke dalam rumah, karena aku berharap di malam Minggu ini aku bisa bersama Pak Lubis. Setelah menutup pintu aku ke kamarku dan mandi. Selesai Mandi ketika aku sedang memandangi dan memijat-mijat kedua payudaraku karena 3 minggu tidak tersentuh oleh tangan laki-laki, tiba-tiba pintu kamarku dibuka, rupanya ayahku baru pulang dari bengkel, ayahku memang pemilik sebuah bengkel di kota Jakarta ini. "Eh.. Ayah.." aku langsung mengambil handuk untuk menutupi payudaraku. Ayah yang juga kaget lalu menutup pintu kamar dan bertanya padaku dari luar kamar.
"Mamamu sama adik-adikmu kemana..?"
"Pergi.. yah, Mama ada arisan, Adik-adik ke Mal."
"Ooohh, eh.. iya gimana kamu lulus, nggak.."
"Lulus.. Yah.."
"Ya.. sudah.. Ayah mau istirahat.."
Suara ayah lalu menghilang. Aku yang masih agak kaget atas kejadian yang baru terjadi, tiba-tiba perasaanku berubah. Ada perasaan untuk menggoda ayahku karena sudah 3 minggu aku horny, ingin sekali merasakan kehangatan laki-laki, akhirnya aku memilih baju sackdress berwarna hitam dengan hanya menggunakan celana dalam tanpa memakai BH, jadi bentuk payudaraku agak terbayang.
Aku keluar kamar dan kulihat ayah sedang nonton TV di ruang keluarga, kuhampiri ayahku, salah satu tangan ayah memegang gelas berisi kopi dan yang satunya memegang remote TV. Aku membayangi jika tangan ayah yang kekar menjamah tubuhku. Lalu aku duduk di sofa sebelah ayah. Tiba-tiba ayah mencium pipiku.
"Selamat.. ya.. Nov.. kamu ada rencana kuliah dimana..?"
"Wah.. belum.. tau Yah.. Nov.. binggung."
Ciuman ayahku membuatku agak terangsang, lalu aku menyadarkan kepalaku pada bahu ayah.
"Yah.. minumnya hanya kopi.."
"Ayah.. sudah cari yang lain.. tapi di dapur nggak ada.."
"Ayah.. mau tambah.. susu?"
"Emangnya ada.. koq Ayah.. nggak lihat.. di kulkas yach.."
Ayah lalu berusaha bangkit menuju ke arah kulkas, tapi buru-buru kucegah. Sehingga ayah duduk lagi.
"Susunya.. di sini koq.. Yah.."
"Mana..?"
Aku tidak menjawab, lalu aku bangkit dari dudukku dan berdiri tepat di depan Ayahku. Tali baju saCDress aku turunkan sampai hampir ke perut dan terpampanglah payudaraku yang mancung diselimuti kulit yang halus di depan muka ayahku. Ayahku agak terkaget melihatku.
"Nov.. ka.. kamu.. ngapain.."
Ayah terbata-bata sementara matanya tidak berpaling terus menatap payudaraku.
"Ini susunya.. Yah.. buat Ayah.."
"Ka.. ka.. kamu.. gila.. Nov.. mau godain.. Ayah.."
"Mumpung.. Mama dan adik-adik pergi.. Yah.."
Kugapai tangan ayahku yang masih terbengong lalu kutempelkan tangannya di payudaraku. Tangannya yang kekar tepat memenuhi payudaraku. Tangannya agak basah berkeringat. Tapi tiba-tiba tangan itu meremas payudaraku dengan lembut.
"Aaahh.. terus.. Yah.."
"Nov.. payudaramu indah sekali.. bening banget.. kenyal lagi.."
Ayah yang sudah terangsang mulai mencium payudaraku, dicium, dijilat, dikenyot, dihisap dan digigit putingku yang berwarna kemerahan.
"Yah.. aahh.. aahh en.. enak.. Yah.."
"Iya.. sayang.. putingmu.. manis.."
Sementara payudaraku sedang dimakan oleh mulut ayahku, tangannya mulai merambah ke pahaku, rok sackdres-ku diangkatnya lalu diraihnya celana dalamku dan ditarik ke bawah hingga kaki, otomatis vaginaku yang ranum terpampang jelas dan menyerbakkan aroma harum ke ruang keluarga.
"Nov.. bau apa ini.. harum sekali.."
"Bau vagina Nov.. Ayah.. khan.. Nov.. baru mandi."
"Waawww.. pasti rasanya.. enak.. juga.. ya.."
"Kalau Ayah mau.. mencoba.. boleh.. kok.. sodok aja sama batang.. Ayah.. yang mulai nonjol.."
Kulihat batang kemaluan ayah sudah mulai mendesak dari balik celana yang dikenakannya. Tubuhku lalu digendong ayah dan dibaringkan di sofa, lalu ayah jongkok persis di pahaku dimana vaginaku sudah terpampang dengan jelas. Dengan lembut ayah menjilati bibir vagina lidah ayah sangat lembut sehingga aku menggelinjang.
"Aahh.. aahh.. Ayah.. eennaakk.. sekali.."
Phaku kutekan sehingga kepala ayahku terjepit ini kulakukan karena aku tidak ingin ayahku melepaskan jilatan lidahnya pada vaginaku.
"Nov.. vaginamu.. segar.. sekali.. Ayah.. suka.."
Lidah ayah semakin ke dalam dan ketika klitorisku terjilat aku berontak keenakan.
"Iyah.. iyah.. itu.. Yah.. enak.. sekali.. heehh.."
"Nov.. Ayah.. juga.. suka.. rasanya manis.. deh.."
Klitorisku dijilat ayah sampai 15 menit kemudian dan akhirnya meledaklah vaginaku dengan menyemburkan cairan yang banyak sekali membasahi vaginaku dan lidah ayah, tapi dengan tangkas ayah langsung menelan cairan kental milikku sehingga sedikit sekali yang membasahi pahaku. "Aaargghh.. arrghh.. Aayaahh.. nikmat.. sekali.. aahh.. aahh.." Lemaslah tubuhku di sofa, sementara ayah mempersiapkan diri untuk menyodokku. Ayah melepaskan semua pakaiannya hingga bugil dan kulihat batang kemaluan ayah yang besar sekali melebihi punya Pak Lubis karena aku perkirakan panjangnya 20 cm dengan diameter 4 cm, aku tersenyum melihat ayahku karena aku yakin pasti aku bisa dibuat puas oleh ayahku.
Ayah berdiri di depan mukaku, batang ayah diarahkan ke mulutku, ayah menginginkan batangnya dijilat olehku. Tanganku mencoba meraih batang ayah, tetapi saking besarnya tanganku tidak bisa menggenggamnya. Lidahku kujulurkan menjilati batang ayah yang berurat, kujilat, kuhisap, kuemut dan kugigit layaknya anak kecil makan es loli. Kulirik ayah hanya merem-melek menikmatinya serbuan mulutku pada batangnya. Hampir 15 menit lamanya ketika batang ayahku basah oleh ludahku, ayah memindahkan dari mulutku dan langsung ditempelkan tepat di bibir vaginaku. Kakiku dibukanya hingga vaginaku terbuka lebar. Kedua tangan ayah memegangi telapak kakiku lalu batangnya mulai menyodok vaginaku, tapi karena batang ayah yang super gede dan tidak dipeganginya maka meletot batang ayah di luar vaginaku.
Bersambung...