Inah bangkit mengambil bakul yang tertinggal di ruang tamu, sekembalinya dia bertanya lagi kepada Anton, "Jadi nggak... jamu Sehat Lelakinya mas?" tanyanya kepada Anton. "Sini dulu dong..." jawab Anton sembari tangannya mempersilahkan Inah untuk duduk di sampingnya lagi. "Kalo aku jadi minum... terus bereaksi... buat membuktikannya gimana kalo jamu buatan mbak itu benar-benar berkhasiat" goda Anton. "Ya sama pacarnya dong... maunya sama sapa?" pancing Inah gantian. "Gimana kalo sama mbak aja... soalnya pacar yang mana juga bingung aku" tembak Anton sekenanya. "Jangan ah... entar kedengeran sama tetangga lho" jawab Inah tanpa nada penolakan. Kemudian Inah mengambil botol dari bakul dan meracik ramuan Sehat Lelaki. Anton bangkit dari tidurnya kemudian mendekati tempat Inah duduk, dibelainya kepala gadis itu dengan lembut. "Jangan mas... genit ah... entar aku teriak lho" ancam Inah jinak-jinak merpati. "Teriak aja... paling gak ada yang keluar... orang ujan-ujan begini... pada males orang keluar" tantang Aton. Kemudian belaian Anton turun ke pipi Inah terus ke leher jenjangnya. "Masss... geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya" ancam Inah. "Kamu cantik lho mbak... kok bodoh sekali ya bekas suamimu itu" rayu Anton, "Soalnya janda itu kaya mas... sementara aku kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa" jawab Inah sembari memberikan gelas berisi ramuan jamu kepada Anton. "Nih... minum dulu ramuannya... ditanggung ces pleng..." jawab Inah tanpa di sadari. "Hee... berarti mau dong ngebuktiin khasiatnya" tembak Anton setelah meminum habis ramuan jamu tersebut. "Eh... ya nggak gitu... nyobanya gak sama aku" elak Inah merasa di tembak Anton. "Sekarang pijitin bagian depannya dong mbak, khan gak imbang kalo cuma belakangnya aja yang di garap" pinta Anton. "Depannya minta di kerok sekalian mas?" tanya Inah. "Nggak usah di kerok... pijitin aja" kata Anton.
~::~
Pijitan Inah di dada Anton, kembali membuat pemberontakan adiknya di dalam sarung. Tangan kanan Anton kembali meraba pipi halus Inah, wanita itu terdiam. Kemudian Anton menelusuri rabaan mulai turun ke leher Inah, perlahan tapi pasti dibukanya kancing kebaya Inah, Inah menoleh ke samping, dadanya bergemuruh, dirasakan semua bulu kuduknya berdiri, sensasi ini telah lama ia rindukan, semenjak bercerai dengan suaminya setahun lalu, tidak ada tangan laki-laki lain yang menyentuh tubuh sintalnya. Anton merasakan deru nafas Inah yang mulai tidak teratur, dalam hati Anton bersorak... kena lo sekarang...! Dirabanya bukit kembar satu persatu. Anton tidak mau terburu-buru, diraba dengan bra yang masih terpasang. Rona wajah Inah semakin nyata, "Masss... jaaangaannnn... mass... nanti dilihat orang" erang Inah sembari menahan gejolak dalam dirinya tanpa menepis tangan Anton. Anton tidak menjawab, perlahan di bukanya kebaya Inah mulai dari pundak. Inah mencoba untuk menahan tangan Anton, kemudian Anton bangkit dari tidurannya, Inah memiringkan wajahnya seolah takut berhadapan dengan wajah Anton yang tinggal beberapa senti lagi darinya. Anton meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan wajah Inah tepat dihadapannya, kemudian Anton mendekatkan bibirnya mengecup bibir Inah, Wanita itu menolak, tetapi hanya sesaat, kedua tangan Anton memegang pundak wanita itu dan dilanjutkannya mengecup bibirnya, bergetar bibir wanita itu dirasa menambah nafsu Anton, perlahan dibukanya bibir itu dan dikulumnya lidah wanita itu, terlihat Inah mulai menikmatinya sambil memejamkan mata. Kedua tangan Anton menurunkan kebaya yang dipakai Inah, tanpa perlawanan lagi. Sembari mereka saling berpagutan, dicarinya pengait bra di punggung wanita itu dan berhasil dibukanya, perlahan diturunkannya tali di atas pundaknya ke samping dan turun ke bawah. Anton terhenyak tanpa melepaskan pagutannya, bukit kembar wanita itu masih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang, kemudian dirabanya kedua bukit itu disertai erangan kecil Inah. "Masss... aku takuuutt..." erang Inah. "Sssstttt... enggak pa pa kok... nikmatin aja ya sayang" ujar Anton menenangkan wanita itu.Kemudian Anton mengambil tangan kiri Inah yang kemudian diletakkannya di atas sarung tepat di senjata Anton. "Mass... gak pake celana dalam ya...?" tanya Ginah sembari mengelusnya dari luar sarung. Anton hanya tersenyum, kemudian diapun berusaha untuk melepaskan kain yang masih dikenakan Inah. Setelah kain terlepas... Anton tidak dapat menahan gelinya, "Kamu juga gak pake daleman ya...? tanya Anton dengan geli.
"Memang rata-rata tukang jamu itu tidak memakai celana dalam mas" jawab Ginah ketus, giliran Anton yang kaget dan melongo... Gila!!! Perlahan ditatapnya wajah Inah, perlahan tapi pasti tangan Anton merenguh bahu wanita itu dan perlahan-lahan merebahkannya ke lantai. Anton mulai meraba kedua bukit kembar Inah, sementara wanita itu memalingkan wajahnya menghindar tatapan Anton, di pegangnya tangan Anton tetapi tidak bermaksud untuk melarang. Anton memang pandai memanjakan wanita, walau dirasa tubuh wanita itu sedikit berbau ramuan jamu, tidak mengurangi nafsu Anton untuk kemudian menjilatinya. Dimulai dari leher jenjang wanita itu, kemudian perlahan turun pada dua bukit kembar, kembali lidah Anton menyelusuri gundukan bukit itu satu persatu yang diakhiri dengan sedotan diujung putingnya.
Terdengar erangan wanita seperti kepedesan, kedua tangannya telah beralih ke rambut gondrong Aton dengan sedikit jambakan. Lidah Anton meneruskan gerilyanya, turun ke arah pusar Inah, terlihat Inah demikian menikmatinya, kegiatan yang tidak pernah dilakukan suaminya dahulu, karena suaminya hanya memaksa bila ingin dipenuhi kebutuhan sahwatnya tanpa Inah merasakan nikmatnya berhubungan insan berlainan jenis.
~::~
Tangan Anton kembali meremas bukit kembar Inah, sementara jilatan Anton telah mendekati sasaran di sarang kenikmatan Inah. Luar biasa... bulu kemaluan Inah demikian lebatnya, menambah sensasi tersendiri buat Anton. "Eh... masss... mau ngapaiiinn...? selidik Inah di atas sana.Anton tidak menjawab, tangan kanannya berusaha menyingkap bulu lebat Inah untuk menemukan kenikmatan gadis itu. "Jangan masss... kotooorrr... achhh..." erang Inah menahan gejolak yang untuk pertama kali dirasakan sensasi itu. Anton hanya melirik ke atas, dilihatnya mata wanita itu terpejam kenikmatan. "Masss... ediaaannn... uenakeee... ssshhh... aaahhh... emmmhhh masss..." jerit tertahan Inah sembari menjambak rambut Anton. Lidah Anton menemukan klitoris Indah, dijilat, dipluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Inah kelojotan.
"Masss... gak kuaaat... mauuu pipp pisss..." teriak Inah sambil berusaha menyingkirkan kepala Anton dari kemaluannya. Anton menolak dan semakin kuat membenamkan wajahnya kedalam kemaluan Inah. Tak lama kemudian Anton merasa kalau kepalanya sedikit sakit akibat jepitan paha Inah, tetapi di tahannya, karena Anton tahu bahwa wanita ini mengalami orgasme yang teramat hebat dan dahsyatnya. "Achhh... emmmhhh... masss...sss...sss acchhh..." jerit tertahan Indah mengiringi orgasme yang baru sekali ini dialaminya, seolah copot semua persendian di tubuhnya. Sensasi apa ini, yang tak mampu dicapai oleh pikirannya, karena tidak pernah di dapat dari mantan suaminya dulu. Inah terkapar kelelahan,
Anton memeluknya, dielusnya rambut dan pipi Inah, sementara Inah kehabisan nafas, seakan habis puluhan kilometer dia lari...