Aku hanyalah seorang pemuda chinese yang berwajah dan berperawakan biasa-biasa saja, dan aku sendiri tidak tahu apa yang menjadi daya tarik diriku sehingga seorang wanita setengah baya ingin berkencan denganku. Nama yang ada dalam cerita ini sudah aku samarkan jadi selamat membaca. Dan semua itu berawal dari cerita ini.
*****
Pada pertengahan tahun yang lalu ketika aku sedang berkunjung di sebuah mall didaerah Jakarta Pusat. Waktu itu aku sedang berdiri didepan sebuah restoran cepat saji sambil memperhatikan orang yang berlalu lalang didepanku, dan ternyata tanpa aku sadari ada seorang wanita yang sedang memperhatikan aku dan dia menyuruh pelayan restoran itu untuk memanggil aku.
"Maaf pak, anda dipanggil oleh ibu yang didalam" kata pelayan itu kepadaku.
Aku kaget dan bingung
"Hah? ibu yang mana ya?" tanyaku pada dia
"Itu ibu yang didalam yang pakai baju warna hijau. Nah.. yang sedang melambaikan tangannya itu" jawab pelayan itu lagi.
Dan aku melihat seorang wanita setegah baya sedang melambaikan tangannya padaku
"Aku?" tanyaku pada wanita itu sambil aku menunjuk diriku sendiri dan berkata pelan.
Kulihat wanita itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan aku menghampiri dia sambil tak lupa mengucapkan terima kasih pada pelanyan itu.
Setelah agak dekat kulihat seorang wanita chinese yang berperawakan agak gemuk dan wajah yang sama sekali belum aku kenal. Setelah mendekat akupun memperkenalkan diriku sambil menyalami wanita itu.
"Hallo, saya Ferry, anda siapa?" tanyaku pada wanita itu
"Saya Mira, panggil saja tante Mira.
Saya perhatikan dari tadi anda berdiri terus disana? sedang menunggu teman atau sedang menghitung orang yang lewat? Ayo silahkan duduk, ga ditarik bayaran kok" jawab tante Mira sambil bercanda.
Akupun duduk dihadapannya agar kita bisa bercakap-cakap lebih enak
"Ahh.. tante bisa aja, ga kok lagi iseng aja, sambil ngeliatin orang yang lewat. Tante sendiri sedang apa disini? kok sendirian?" tanyaku
"Iya nih, saya sedang cari accessoris mobil buat kejutan anak saya, tapi saya bingung sendiri mau cari apa dan dimana" jawabnya
"Memang tante mau cari barang apa? mungkin saya bisa bantu cari kalo tante nggak keberatan" jawabku lagi.
Lalu dia memberitahu barang-barang yang dia cari, dan kemudian aku menawarkan diri untuk membantunya
"Oke saya tinggal dulu ya, tante disini aja" kataku padanya, dan akupun segera pergi mencari barang yang dicarinya.
Setelah setengah jam muter-muter mencari toko yang lengkap dan harga yang bagus, saya kembali lagi ke restoran tersebut dan langsung duduk di depan tante Mira
"Nah.. dapet nich tan" kataku pada tante Mira
"Tan.. tan.. emang ketan, apa setan" kata tante Mira sambil tersenyum
"Eh.. sorry maksudku tante" jawabku sambil cengengesan.
Lalu tante Mira menawarkan aku untuk memesan minuman dan makanan sambil memberi uang
"Wuih, kebanyakan tante, emang saya gentong" kataku
"Udah bawa dulu, sapa tau kamu mau traktir pelayan yang dikasir" jawab tante Mira sambil tertawa.
Akupun tertawa sambil berdiri dan langsung berjalan memesan makanan dan minuman.
Setelah mengembalikan kembalian dan cuci tangan, aku makan sambil menjelaskan hasil surveyku tadi, dan tante Mira sangat antusias sekali mendengarkannya. Setelah makan kamipun mulai berbelanja, dan aku membatu dia membawa barang-barang yang dibelinya yang ternyata bertambah menjadi bermacam-macam barang. Setelah berbelanja aku membantu tante Mira membawa barang-barang belanjaanya kemobilnya yang kemudian disambut oleh sopir
"Wah, terima kasih nih udah dibantuin. Ini buat kamu" kata tante Mira sambil menyelipkan sejumlah uang kesaku bajuku tanpa sepengetahuan sopirnya
"Ah.. ga usah tante, saya cuma mau bantuin tante aja kok" jawabku
"Ahh.. kamu ini, ini juga tanda terima kasih saya atas bantuan kamu. O ya fer, nomor telpon kamu berapa? boleh tante tau?" tanya tante Mira.
Lalu aku memberikan nomor telponku padanya yang disimpan dalam memori HPnya. Lalu diapun memberikan kartu namanya dan berpesan untuk sering-sering menelpon dia, lalu dia masuk kemobilnya dan sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi serta melambaikan tangan diapun pergi, kemudian akupun pulang karena hari sudah menjelang sore dan akupun harus siap-siap untuk pergi kuliah. Tak lama sesampainya ditempat kostku, aku mendapat telpon dari tante Mira yang menanyakan apakah aku sudah sampai atau belum, dan dia juga mengajak untuk ketemu lagi besok siang pada saat jam makan siang dikantornya didaerah kuningan dan akupun menyanggupinya.
Keesokkannya aku bersiap-siap untuk bertemu dengan tante Mira, dan aku memakai baju serapi mungkin agar kelihatan seperti orang kerja, sebab aku merasa tidak enak jika nanti anak buah tante Mira melihat aku tidak kelihatan rapi. Tak lama kemudian aku menuju kantor tante Mira untuk bertemu sesuai dengan perjanjian kami. Aku tiba dikantor tante Mira 15 menit lebih awal, dan aku menunggu di lobby kantornya. Tak berapa lama tante Mira keluar dengan menggunakan pakaian kerja rapi sekali berbeda dengan kemaren waktu kita pertama kali bertemu. Setelah berbincang-bincang sebentar kami menuju parkir mobil tante Mira, dan karena tidak menggunakan sopir maka aku yang membawa mobil tersebut
"Kita mau makan siang dimana nih tante?" tanyaku pada tante Mira
"Dimana ya? Dihotel "XX" aja deh. katanya disana makanannya enak-enak" jawab tante Mira
"Oke" jawabku dan akupun langsung membawa mobil kesana.
Dan sepanjang jalan kami bercakap-cakap, dan dari situ aku baru tahu kalo dia sudah ditinggal oleh suaminya yang meninggal beberapa tahun yang lalu dan sekarang dia mengelola sendiri kantor peninggalan suaminya sedangkan anak satu-satunya yang perempuan masih sekolah.
Sesampainya disana dan setelah memarkirkan mobil, kami langsung menuju restoran hotel tersebut dan langsung memesan makanan
"Kamu mau makan apa Fer?" tanya tante Mira
"Makan apa aja dech terserah tante yang pesan" jawabku, karena aku memang kurang mengerti menu yang enak di restoran itu
"Oke kalo gitu biar tante aja yang pesan ya" kata tante Mira lagi.
Setelah memesan makanan dan pelayan pergi kami bercakap-cakap ringan mengenai pekerjaan tante Mira dan sebagainya, sampai akhirnya tante Mira menanyakan sesuatu padaku
"Fer, sebenarnya kamu kemaren disana lagi ngapain sih? Jawab yang jujur ya" tanye tante Mira padaku
"Memang kenapa tante? masih penasaran ya" jawabku
"Iya nih, sampe ga bisa tidur, memang kenapa sih pake rahasia-rahasia segala" kata tante Mira sambil tersenyum
"Nggak sih, cuma kurang enak aja didengernya. mm.. memang tante mau tau?" tanyaku pada tante Mira
"Iya lah.. kalo nggak ngapain juga aku tanya kamu" jawab tante Mira
"mm.. sebenernya aku lagi cari pelanggan" kataku singkat
"Pelanggan? mm.. memang kamu.. gigolo?" kata tante Mira pelan, dan aku jawab dengan anggukan kepala karena pelayan restoran datang mengantarkan makanan yang kami pesan sehingga percakapan kami terhenti, tetapi tante Mira tak berhenti menatapku yang membuat aku agak canggung
"Kenapa tante? nyesel ya kenal sama aku?" tanyaku setelah para pelayan pergi
"Ah.. nggak, mm.. ayo makan" jawab tante Mira mencoba mengalihkan pembicaraan
"Fer, tante mau tanya lagi, tapi kamu jangan marah ya" kata tante Mira disela-sela makannya
"Mau tanya apa tante?" kataku
"mm.. kamu mau nggak melayani tante?" tanya tante Mira padaku, dan giliran aku sekarang yang menatap tante Mira
"Ah.. jangan bercanda tante" jawabku singkat
"Saya serius, mau nggak kamu?" tanya tante Mira lagi
"mm.. terserah tante aja deh" jawabku singkat karena menganggap tante Mira hanya bercanda.
Setelah makan dan membayar bill, tante Mira pergi meningalkan aku sambil berpesan kepadaku agar aku menunggu di situ sebentar. Sekitar 15 menit seorang pelayan menghampiri aku dan mengatakan ada telpon untuk aku dari ibu Mira dan mempersilahkan aku untuk menerima telpon tersebut didekat kasir
"Hallo, ini Ferry" kataku
"Hai, Fer. Kamu sekarang naik kekamar nomor 507, aku sudah ada disini" jawab tante Mira dari ujung telpon
"Hah.. jadi serius nih?" kataku kaget
"Emang aku kelihatan bercanda tadi? udah cepet kamu dateng" kata tante Mira
"Ups sorry tante jangan marah. Oke, aku kesana sekarang" jawabku dan setelah mendengar suara telpon ditutup dari sebrang akupun menutup telpon, setelah berterima kasih akupun menuju kamar tante Mira.
Setelah sampai didepan kamar, aku menekan bel dan kemudian terdengar suara tante Mira dari dalam mempersilahkan aku untuk masuk. Setelah memutup dan mengunci pintu aku masuk kedalam kamar. Ternyata tante Mira sudah melepaskan semua pakaiannya, tidak ada selembar benangpun yang menempel. Tante Mira langsung menghampiriku lalu dengan buasnya tante Mira menyerbuku dengan ciuman-ciuman yang sangat liar yang aku balas tak kalah buasnya sambil memainkan lidahku didalam mulutnya. Kusedot-sedot lidahnya dan kusapu-sapu langit-langit mulutnya, kami saling sedot dan saling mempermainkan lidah masing-masing didalam mulut lawan main kami
"mm.. Fer.. aku sudah merindukan saat-saat seperti ini" kata tante Mira sambil menatap mataku dan mengulum bibirku lagi.
Tanganku tak tinggal diam, kumulai dengan meraba-raba punggung dan pantat tante Mira, dan mulai kuremas pantatnya yang diiringi desahan yang keluar dari mulutnya setiap kali aku meremas pantatnya. Dan tanganku yang satu lagi membelai kening dan pipi serta telinga dan lehernya yang membuat tante Mira semakin bergairah. Lalu ciumanku turun menciumi daerah leher dengan kecupan-kecupan kecil yang kuselingi dengan ciuman dan gigitan-gigitan lembut yang semakin meMbakar birahi tante Mira. Belaian dan remasanku yang tidak pernah berhenti dan kali ini sudah pindah ke dadanya. Kumainkan jariku di sekitar gundukan payudara yang putih itu membuat gerakan melingkar yang mengarah keputing payudara tante Mira yang sudah tegang
"Ahh.. sayang, pintar sekali cara kamu membelai dan mencium membuat aku semakin bergairah" kata tante Mira sambil mendongakkan kepalanya menyerahkan lehernya untuk kulumat lebih dahsyat lagi. Lalu kugandeng tante Mira menuju tempat tidur sambil tetap berciuman. Kududukkan dia ditepi tempat tidur dan ciumanku turun ke leher serta tanganku membelai-belai pahanya sambil perlahan-lahan kubuka, lalu ciumanku turun lagi kedaerah dada dan disitu lidahku menari-nari disekitar kedua payudaranya tanpa menyetuh putingnya, dan ciumanku terus turun keperut dan sekali lagi lidahku bermain-main diperut dan pusarnya, ciumanku terus turun sampai kevaginanya, dan disitu kukecup dan kuciumi bibir vagina yang sudah merah merekah dan basah, kudengar dari tadi tante Mira mendesah-desah dan begitu aku sampai divaginanya, tangan tante Mira langsung menekan kepalaku agar lebih masuk kedalam vaginanya tapi dengan lebut kulepas tangannya dari kepalaku, lalu aku bangun dan mulai melepas pakaianku satu persatu dengan gerakan yang erotis, seperti penari striptis agar gairahnya tidak padam.
Kulihat mata tante Mira sudah sayu sekali menahan gejolak yang ada didalam tubuhnya. Sambil melihatku melepaskan baju tangan tante Mira menggerayangi tubuhnya dan memainkan tangannya divaginanya sendiri sambil mendesah-desah. Ketika tinggal celana dalamku saja yang menempel dibadanku, sengaja aku berputar-putar dibangku yang ada di dalam kamar, lalu aku naik keatas bangku dan mulai membuka celana dalamku perlahan-lahan. Dan ketika celana dalamku lepas kulempar kearah tante Mira yang langsung ditangkap dan diciumi olehnya, lalu celana dalamku dibuangnya dan dia langsung bangkit menghampiriku
"Akh.. kamu memang pintar membuat orang penasaran dan bergairah" kata tante Mira sambil memegang dan mengocok penisku.
Aku tetap diatas bangku dan tetap menari-nari erotis menggoda tante Mira. Tante Mira mulai menciumi penisku dengan kecupan-kecupan kecil diseluruh batang dan kepala penisku, lalu dimasukkannya kepala penisku kedalam mulutnya dan disedot kuat-kuat olehnya sampai ngilu kurasakan. Lalu kulepaskan penisku dari mulutnya dan aku turun dari atas bangku dan gantian menyuruhnya duduk dibangku itu, kakinya kunaikan kepegangan tangan bangku sehingga vaginanya kini terpampang jelas didepanku, dan aku mulai dengan ciuman dibibir dan langsung turun keleher lalu kedua payudaranya kucium dan kumainkan lidahku lagi disekitar payudaranya hanya saja kali ini lidahku terus menuju putingnya, dan kumainkan puting tante Mira yang sudah mengeras dengan lidahku, lalu kusedot-sedot dan kujilat-jilat putingnya serta tak ketinggalan salah satu tanganku bermain divaginanya yang sudah basah oleh lendirnya
"Akh.. enak sekali sayang, ohh.. kamu pintar sekali mempermainkan lidah dan tanganmu" kata tante Mira sambil mendesah keenakan.
Kusedot puting tante Mira dengan lembut disertai dengan gigitan-gigitan yang membangkitkan gairah tante Mira, dan ibu jariku mulai memainkan klitoris sedangkan jari telunjuk dan jari tengah kumasukan secara perlahan kedalam liang vagina tante Mira dan kukocok dengan gentle karena aku tahu dia sudah lama tidak berhubungan dengan pria
"Ahh.. Ferry.. kamu.. kamu.. benar-benar.. ahh.. pintar.. aku.. aku.. sudah tidak kuat lagi.. akhh" kata tante Mira sambil menengadahkan kepalanya yang disusul dengan remasan tangan tante Mira dikepalaku dan menekan kepalaku agar lebih menempel pada payudaranya, lalu tubuhnya bergetar dan dia setengah berteriak mendapatkan orgasmenya.
Mengetahui tante Mira yang sedang mengalami orgasme, kusedot dan kugigit-gigit lembut putingnya, dan jari-jariku tetap mengocok dan mempermainkan klitorisnya dengan gentle yang menyebabkan orgasme tante Mira tidak kunjung padam sampai beberapa saat. Setelah beberapa menit tubuh tante Mira mulai tenang kembali, ku lepaskan jari dan pagutanku dipayudaranya, dan kudiamkan tante Mira untuk merasakan sisa-sisa orgasmenya
"Oh.. enak sekali rasanya, tak kusangka aku masih bisa merasakan orgasme seperti itu setelah sekian tahun tidak pernah merasakan" kata tante Mira sambil matanya menerawang menatap langit-langit kamar hotel.
Dan kulihat setitik air mata keluar di sudut mata tante Mira.
Kuhampiri tante Mira dan Kukecup keningnya dan cium sudut mata yang menitikan air mata itu, lalu kugendong tante Mira ketempat tidur. Kutidurkan tante Mira dan kudengar isak tangis tante Mira yang dia tahan
"Kenapa tante? jangan sedih dong tante, kalo tante sedih saya jadi ikut sedih" kataku
"Bukan, saya bukannya sedih tapi saya merasa sangat gembira karena bisa bertemu dengan kamu dan bisa merasakan kembali orgasme yang sangat indah seperti tadi" jawab tante Mira sambil tersenyum menatapku. Kubalas tatapan matanya dan kukecup lembut bibirnya lalu tante Mira melingkarkan tanganya kepundakku, menarik kepalaku dan kamipun mulai berciuman lagi dengan mesra tidak liar seperti tadi.
Bersambung . . .
Home » Setengah Baya » Terbang ke awang-awang - 1