Nama-nama dalam cerita ini adalah nama yang disamarkan, tetapi ceritanya betul-betul terjadi. Sebut saja namaku Andi, pria berumur 30 tahunan. Aku ingin menceritakan beberapa pengalamanku. Cerita ini terjadi pada tahun 1993, aku diultimatum ayah untuk melanjutkan kuliah di kota kelahiranku, yaitu kota P*** (edited). Sebelumnya, aku kuliah di kota Y*** (edited) dan kuliahku berantakan karena terjerumus ke pergaulan bebas, ternyata ayah mendapatkan informasi tentang sepak terjangku sehingga keluarlah ultimatumnya.
Setelah mengurus semua surat-surat kepindahan, pulanglah aku ke kota P*** (edited) dan mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta. Di kota P*** (edited), aku tinggal di rumah kakak sepupuku karena orang tuaku tinggal di desa. Kakak sepupuku mempunyai 3 orang anak perempuan yang cantik dan montok. Anak pertama bernama Donna, umurnya 16 tahun. Anak kedua bernama Vivian berumur 13 tahun. Anak ketiga bernama Lisa berumur 11 tahun. Walaupun mereka bertiga masih ABG tetapi tubuhnya benar-benar montok, mungkin karena gizi dan hormon yang berlebihan.
Untuk singkatnya, aku mulai dengan pengalaman bersama Donna yang berumur 16 tahun dan baru duduk di kelas I SMU. Pada suatu siang, kami berdua nonton televisi di ruang keluarga, acaranya tidak ada yang bagus.
"Om.. tolong pijatin dong betis kakiku, capek nih habis olah raga di sekolah," kata Donna tiba tiba.
Wah.. kesempatan datang nih pikirku.
"Ayo.. kamu tengkurap di sofa aja ya?" jawabku kegirangan karena merasa mendapatkan kesempatan.
Kemudian Donna telengkup di sofa dan aku duduk di ujung sofa, telapak kakinya kuletakkan di atas pahaku dan aku mulai memijat kakinya. Dengan pelan dan penuh perasaan, aku mulai memijat dari pergelangan kaki terus naik ke atas betis, bergantian kaki kiri dan kanan. Ketika aku asyik memijat betis kaki kanannya, tanpa aku sadari telapak kaki Donna menempel sesaat di kemaluanku dan kontan darahku mengalir kencang serta kemaluanku menjadi keras. Aku perhatikan Donna, apakah dia sengaja atau tidak sengaja, tetapi dia santai saja. Kemudian aku teruskan memijat betisnya dan kejadiannya berulang lagi, karena sekali ini aku yakin Donna sengaja, maka aku nekat menarik telapak kakinya dan menempelkannya di kemaluanku, ternyata Donna diam saja dan hal ini bagiku merupakan lampu hijau.
Donna semakin berani, telapak kakinya menekan-nekan halus kemaluanku dan kepalaku mulai sakit karena nafsuku mulai naik.
"Donna.. kita pindah ke kamar kamu yuk.., supaya lebih rileks," kataku penuh dengan harapan.
"Yuk ah.. Donna juga kepengen lebih rileks," katanya yang membuatku semakin kegirangan.
Setelah di dalam kamarnya, Donna langsung telungkup di atas ranjang dan aku mulai melanjutkan pijatanku. Sekali ini aku jauh lebih nekat, karena aku yakin Donna juga pasti menginginkannya. Sambil memijat betisnya, telapak kakinya kutempelkan di kemaluanku dan Donna tampaknya langsung mengerti, karena setelah itu telapak kakinya langsung menekan-nekan halus. Wajahku mulai terasa panas dan nafasku pendek-pendek, aku mulai horny tetapi aku harus sabar dan tidak boleh terburu-buru, takut Donna shock dan menyebabkan semuanya berantakan. Dengan perlahan, aku mengeluarkan penisku yang telah mengeras dari celana pendek yang kupakai.
Ketika merasakan benda asing, Donna tampaknya agak kaget dan terdiam sebentar, tetapi tidak lama kemudian dia mulai menggerakan telapak kakinya kembali. Ujung jari kakinya menyentuh halus biji kemaluanku dan terus naik ke atas sampai ke batang penis dan kepala penisku. Kadang-kadang ditempelkannya seluruh telapak kakinya dan rasanya aku benar-benar hendak muncrat keluar. Kupegang telapak kakinya dan kulebarkan jari jempolnya, kuselipkan batang kejantananku di antara jari jempol kakinya dan kujepitkan kejantananku naik turun. Wah.. rasanya benar-benar nikmat. Kuperhatikan Donna begitu menikmatinya dan aku pun yakin dia pasti sangat horny juga. Karena aku takut air maniku muncrat keluar, kuhentikan jepitan jari kakinya dan kuteruskan memijat. Pelan tetapi pasti, aku mulai memijat pahanya, karena dia juga memakai celana pendek maka dapat kurasakan kehalusan kulit pahanya yang putih dan lembut. Tanganku terus naik ke atas, ke pangkal dalam pahanya, bagian dalam pahanya kupijat pelan sambil sekali-kali kuraba. Dapat kurasakan sekali-kali Donna mengencangkan pahanya, aku yakin liang surganyaya mulai basah. Kemudian aku pindah ke pantatnya, di sana kupijat dengan memutar-mutarkan telapak tanganku sambil menekan-nekan.
Kulihat Donna mulai menggigit bantal dan menggesek-gesekan vaginanya di ranjang. Karena aku tidak mau permainan ini cepat selesai, maka aku memutuskan menurunkan libido Donna sedikit. Tanganku mulai memijat pinggang dan punggung Donna. Gerakan tanganku biasa saja karena aku menginginkan libido Donna menurun sedikit. Ketika aku memijat bahu Donna, aku sengaja duduk menimpa pantatnya. Sekarang saatnya naik lagi, sambil memijat dan meraba lehernya, batang kejantananku kugesek-gesekan di bokongnya. Sekali-kali kumasukkan jari kelingkingku ke dalam kupingnya dan Donna menggelinjang kegelian. Aku semakin horny, dengan telungkup di atas tubuhnya kujilat-jilat leher dan belakang kupingnya. Donna mendesah-desah kegelian dan keenakan.
"Oke Donna.. sekarang bagian depan," kataku sambil membalikkan badannya yang telungkup.
"He eh.." jawab Donna terdengar lemas.
Setelah Donna terlentang, aku duduk di samping tubuhnya dan mulai memijat pahanya. Kupijat pelan-pelan bagian dalam pahanya, Donna memejamkan matanya dan begitu menikmatinya. Tanganku kunaikkan sedikit, tetapi tidak sampai menyentuh kemaluannya, aku ingin Donna benar-benar terbakar. Kemudian tanganku pindah ke perutnya, kaosnya kusibakkan sedikit. Sambil meraba-raba perutnya yang kencang dan putih, kusempatkan menggelitik pusarnya dengan jari kelingkingku. Nafas Donna terdengar menderu-deru dan dia mulai mendesah-desah keenakan.
"Aduh Om.. geli sekali..," katanya sambil membuka mata.
"Ngga apa-apa Donna, tahan sedikit dan nikmati saja." kataku berusaha menenangkannya.
Posisi duduk kugeser ke samping kepalanya. Sambil tetap memijat dan meraba-raba perutnya, akukeluarkan penisku yang sudah keras. Kudekatkan ke wajah Donna. Bibirnya bergetar karena baru sekali ini melihat penis dan dari dekat sekali. Kubiarkan Donna menikmatinya. Tanganku kuselipkan ke dalam celana dalamnya. Terasa bulu bulunya yang masih halus. Kupijat-pijat sambil kuraba-raba. Sekali kali kusentuh kemaluannya yang benar-benar sudah basah, kutekan-tekan halus klitorisnya, Donna mengelinjang kegelian dan keenakan. Batang kejantananku semakin kudekatkan ke wajahnya dan kugosok-gosokan di pipinya yang halus, mata Donna terpejam malu, tetapi aku yakin ia menikmatinya karena wajahnya memerah dan nafasnya menjadi sangat berat.
"Om.. kepala Donna sakit, nyut-nyutan..," katanya sambil membuka matanya yang terpejam tadi.
"Oke Donna.. Om tuntaskan permainan ini ya..?" kataku sambil menurunkan celana pendeknya sekalian melepaskan celana dalamnya.
Kubuka pahanya lebar-lebar, dan vaginanya benar-benar merangsang, basah mengkilap dan merah. Pelan-pelan mulai kujilat pahanya dan terus naik ke bagian dalam.
"Shh.. ah.. geli Om..," Donna menggelinjang.
Kujilat-jilat lubang anusnya, bibir vaginanya dan lubang kencingnya. Terus kujilat-jilat klitorisnya sambil menghisap dan menggigit-gigit kecil.
"Ah.. Om.. Donna ngga tahan Om..," Donna mulai meracau liar.
Sementara itu pinggulnya mulai bergoyang-goyang.
"Tahan sebentar Donna dan nikmati saja," kataku.
Terus kujilat dan kuhisap klitorisnya, jari telunjukku kutusuk sedikit-sedikit ke lubang anusnya, sementara tanganku yang satunya meremas-remas payudaranya dan memilin-milin putingnya yang sudah keras.
"Aduh.. ampun.. Om.. shh.. ahh..," suaranya serak.
"Om.. Om.., enak.. geli.. ahh.. aduhh..," racaunya.
Kupikir sekaranglah saatnya untuk membuat Donna merasakan orgasme. Kupercepat semua gerakanku, semakin cepat dan cepat. Dan meledaklah Donna, pinggulnya terangkat, sehingga badannya melengkung.
"Ahh.. shh.. aduhh.. shh..," teriak Donna.
Rupanya dia telah sampai ke puncak orgasme. Cairan dari liang wanitanya mengalir deras dan kuhisap serta kujilat habis. Benar-benar enak dan baunya merangsang sekali. Donna terbaring lemas, matanya terpejam, nafasnya masih tersenggal-senggal, tetapi mulutnya tersenyum manis. Kuambil tissue dan kubersihkan vaginanya, kucium lembut bibir kemaluannya, kemudian kupakaikan lagi celana dalam serta celana pendeknya.
"Kamu pasti lemas dan mengantuk ya..? Tidurlah..!" bisikku kepada Donna dan kucium keningnya.
"Terima kasih Om, lain kali kita ulangi lagi ya..?" jawab Donna sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Beres.. kamu tinggal ngomong saja..," kataku sambil membalas kedipan matanya.
Kemudian aku keluar dari kamarnya, menuju kamar mandi untuk masturbasi. Bagaimanapun aku tidak tega memperawani keponakanku sendiri, cukup oral seks saja dengannya.
Aku lanjutkan dengan pengalamanku bersama Vivian yang berumur 13 tahun dan baru duduk di kelas I SMP.
"Om.. ajarin Matematika dong, ada PR sekolah yang Vivian ngga ngerti." panggilnya dari dalam kamar.
"Bagian mana yang ngga ngerti?" tanyaku sambil menghampirinya dan duduk di kursi sebelahnya."Ini nih.., bagian persamaan kuadrat," jawabnya.
Mulailah aku menerangkan tahap demi tahap kepadanya, kebetulan aku sendiri menyukai Matematika. Setelah setengah jam, semua PR Vivian selesai dikerjakannya.
"Oke Vivian.., sudah selesai semua dan Om mau tidur siang," kataku sambil berdiri dari kursi.
"Sebentar Om.., jangan tidur dulu.., tolong dong pijatin tangan Vivian, memar nih..," ujarnya seraya menunjukkan lengannya yang memar.
Bersambung . . .