Ini adalah cerita pengakuan Sinta, pacar gelapku, ketika ia membuat skandal dengan Oom Icar, ayah Asmi sahabatnya. Waktu itu Sinta belum menikah denganku dan baru membuat hubungan intim dengan dr.Budi yang pernah membantu menggugurkan kandungan hasil hubungan gelapnya dengan kakak iparnya sendiri.
Oom Icar, 47 tahun juga cukup dikenal akrab oleh Sinta karena dia sering bertandang di rumah sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Oom Icar bertampang simpatik dan malah kelihatan sebagai orang alim, tapi kenapa sampai bisa berhubungan dengan Sinta ini awalnya cukup konyol. Secara kebetulan keduanya saling kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing akan melakukan perbuatan iseng. Oom Icar saat itu sedang menggandeng seorang pelacur langganan tetapnya dan Sinta saat itu sedang digandeng dr.Budi. Keduanya jelas-jelas bertemu di gang hotel sama-sama tidak bisa mengelak. Tentu saja sama-sama kaget tapi masing-masing cepat bisa bersandiwara pura-pura saling tidak kenal.
Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat bertemu dikesempatan tersendiri untuk saling menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Sinta mengaku hubungannya dengan dr.Budi karena kena bujuk diajak beriseng dan cuma dengan laki-laki itu saja, sedang Oom Icar mengaku bahwa dia terpaksa mencari pelarian karena Tante Vera, istrinya, katanya sudah kurang bergairah menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur. Masuk akal bagi Sinta karena dilihatnya Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk di luar rumah mengurus bisnis berliannya ketimbang mengurus suami dan keluarganya. Itu sebabnya Asmi, salah satu anaknya juga jadi bebas dan liar di luaran.
Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama ketakutan kalau rahasianya terbongkar di luaran. Sinta takut hubungannya dengan dr.Budi didengar orang tuanya sedang Oom Icar juga lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak. Berikutnya karena kadung sudah saling terbuka kartu masing-masing, keduanya yang berusaha agar saling menutup mulut jangan membuka rahasia ini justru menemukan cara tersendiri yaitu dengan membuat hubungan gelap satu sama lain. Ide ini terlontar oleh Oom Icar yang coba merayu Sinta ternyata diterima baik oleh Sinta.
Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma ketika menjelang janji bertemu di suatu tempat di mana Oom Icar akan menjemput dan membawa Sinta ke hotel, Sinta meskipun melihat tidak ada salahnya mencoba iseng dengan Oom Icar tidak urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena partner kali ini hubungannya terkait dekat. Sekali meleset dan terbongkar bisa fatal urusan malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di sebelah Oom Icar, sempat kikuk malu dia dengan laki-laki yang ayah sahabatnya ini. Pasalnya Oom Icar yang sebenarnya juga sama tegang karena kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak gadisnya, dia hampir tidak ada suaranya dan pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga Sinta didiamkan begini jadi salah tingkah menghadapinya. Tapi waktu sudah masuk kamar hotel dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu merapat di sofa, di situ mulai ke luar keluwesan Oom Icar dalam bercumbu. Sinta pun mulai lincah seperti biasa pembawaannya kalau sedang menghadapi dr.Budi. Genit manja jinak-jinak merpati membuat si Oom tambah penasaran terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra Oom Icar menawarkan makan pada Sinta tapi ditolak karena masih merasa kenyang.
"Aku minta rokoknya Oom.. Sinta pengen ngerokok." pinta Sinta sebagai alternatif tawaran Oom Icar.
"Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Oom yang pasangin. Oom nggak tau kalo Sinta juga ngerokok."
"Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi sama Oom ke sini." jelas Sinta menunjukan kepolosannya.
"Kok sama, Oom juga sempat tegang waktu bawa Sinta di mobil tadi, takut kalo ada yang ngeliat."
Masing-masing sama mengakui apa yang dirasakan selama dalam perjalanan. Sinta mulai menggoda Oom Icar.
"Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa Oom?" godanya dengan genit.
"Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya yang tegang." jawab Oom Icar setelah membakar sebatang rokok buat Sinta yang sudah langsung menjulurkan tangannya, tapi masih belum diberikan oleh Oom Icar.
"Mana, katanya mau pasangin buat Sinta?"
"Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Oom musti cium dulu.."
Menutup kalimatnya Oom Icar langsung menyerobot bibir Sinta memberinya satu ciuman bernafsu, dibiarkan saja oleh Sinta hanya setelah itu dia menggigit bibir malu-malu manja menyandarkan kepalanya di dada Oom Icar sambil menyelingi dengan merokok yang sudah diterimanya dari Oom Icar. Melihat ini Oom Icar semakin berlanjut.
"Bajunya basah keringetan nih, Oom bukain ya biar nggak kusut?" katanya menawarkan tapi sambil tangannya yang memeluk dari belakang mulai mencoba melepas kancing baju Sinta.
Lagi-lagi Sinta tidak menolak. Dengan gaya acuh tak acuh sibuk mengisap rokoknya, dia membiarkan Oom Icar bekerja sendiri malah dibantu menegakkan duduknya agar kemejanya dapat diloloskan dari lengannya membuat dia tinggal mengenakan kutang saja. Sinta memang sudah terbiasa bertelanjang di depan lelaki, jadi santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Oom Icar menyambung membuka reitsleting belakang rok jeans-nya dan dari situ akan meloloskan rok berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul Sinta menggelinjang manja.
"Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Oom juga buka dulu bajunya?"
"Iya, iya, Oom juga buka baju Oom.."
Segera Oom Icar melucuti bajunya satu persatu sementara Sinta bergeser duduknya ke sebelah. Berhenti dengan hanya menyisakan celana dalamnya, dia pun beralih untuk meneruskan usahanya melepas rok Sinta. Sekarang baru dituruti tapi juga sama menyisakan celana dalamnya. Tentu saja Oom Icar mengerti bahwa Sinta masih malu-malu, dia tidak memaksa dan kembali menarik Sinta bersandar dalam pelukan di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup pipi Sinta sambil mengusap-usap pinggang bergerak meremas lembut masing-masing pangkal bawah susu si gadis yang masih tertutup kutangnya.
"Sinta kurus ya Oom?" tanya Sinta sekedar menghilangkan salah tingkah karena susunya mulai digerayangi Oom Icar.
"Ah nggak, kamu malah bodimu bagus sekali Sin." jawab Oom Icar memuji Sinta apa adanya karena memang tubuh gadis ini betul-betul berlekuk indah menggiurkan.
"Tapi Oom kan senengnya sama yang mantep, yang hari itu Sinta liat ceweknya montok banget.."
"Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak ada lagi sih? Maunya nyari yang cakep kayak Sinta gini. Kalo ini baru asyik.." rayu Oom Icar sambil kali ini mencoba untuk membuka pengait bra Sinta yang kebetulan terletak di bagian depan.
"Oom sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah bilang asyik duluan?"
"Justru karena yakin maka Oom berani bilang gitu. Coba aja pikir, ngapain Oom sampe berani ngajak Sinta padahal jelas-jelas udah tau temen baiknya Asmi, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau kapan lagi dapet asyik ditemenin cewek secakep Sinta, tentu Oom nggak akan nekat gini. Udah lama Oom seneng ngeliat kamu Sin."
Sinta kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan bersinar-sinar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik kelemahannya langsung jadi murah hati, segera mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas sekaligus memberikan kedua susu telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai diremas tangan Oom Icar.
"Emangnya, Oom seneng sama Sinta sejak kapan? Kayaknya sih Sinta liat biasa-biasa aja?"
"Dari Sinta mulai dateng-dateng ke rumah Oom udah ketarik sama cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan? Tiap kali ngeliat rasanya gemeess sama kamu.." bicaranya menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang manja.
"Aaa.. gemes mau diapain Oom?!"
"Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau juga diremes-remesin gini.. sshmm.." jawab Oom Icar dengan memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi dan meremas susu Sinta.
"Terusnya apalagi?"
"Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?" tanya canda Oom Icar yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke selangkangan Sinta, langsung meremas bukit vagina yang menggembung dan merangsang itu.
"Itu bilangnya.. memek." jawab Sinta dengan menoleh ke belakang sambil menggigit kecil bibir Oom Icar. Bahasanya vulgar tapi Oom Icar malah senang mendengarnya.
"Iya, kalau memek Sinta ini dimasukin Oom punya, boleh kan?"
"Dimasukin apa Oom..?"
"Ini, apa ya bilangnya?" tanya lagi Oom Icar dengan mengambil sebelah tangan Sinta meletakkan di jendulan penisnya.
"Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini bahaya, kalo hamil malah ketauan orang-orang Oom?" Sinta bergaya pura-pura takut tapi tangannya malah meremas-remas jendulan penis itu.
"Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja. Nanti Oom beliin pil pencegah hamilnya."
"Tapinya sakit nggak?" tanya Sinta sambil mematikan rokoknya ke asbak.
"Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?" Oom Icar mengajak tapi sambil membopong Sinta pindah ke tempat tidur untuk masuk di babak permainan cinta. Di sini Sinta mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi nafsunya. Sinta sudah pernah begini dengan dr.Budi, caranya hampir sama dan dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis remaja seperti dia. Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek manja diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.
"Ahahhgg.. gellii Oomm.. Sshh.. iihh.. Oom sakit gitu.. ssh.. hngg.."
Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa senang, yang begini justru memancing si Oom makin menjadi-jadi. Oom Icar yang nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk terburu-buru dan masih senang untuk mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat kencang ini. Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status hubungannya dengan Sinta apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini. Anak gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat anaknya ini begitu merangsang gairahnya membuat dia jadi terlupa segala-galanya. Sinta yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan jadi telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya dijilati dengan rakus. Diberi bagian susunya dihisap saja sudah membuat Oom Icar buntu dalam asyik. Sibuk mulutnya menyedot berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit yang membulat kenyal lagi pas besarnya itu, lebih-lebih waktu Sinta di bagian terakhir memberikan vaginanya dikecapi mulutnya. Jangan bilang lagi, seperti anjing kelaparan dia menyosor menjilat dan menyedot celah merangsang itu sampai tidak peduli tingkatan kesopanan lagi. Sahabat anak gadisnya yang biasanya hormat sopan kalau datang ke rumahnya, sekarang santai saja menjambak rambutnya atau mendekap kepalanya mempermainkan seperti bola kalau sosoran mulut rakusnya membuat geli yang terlalu menyengat.
"Ssshh.. aahngg.. gelii.. Oomm.." Oom Icar seru memuasi rasa mulutnya yang tentu saja membuat Sinta terangsang tinggi dalam tuntutan birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang diberikan si Oom betul-betul memuaskan sekali. Pada gilirannya Oom Icar merasa cukup dan menyambung untuk mengecap nikmatnya jepitan ketat vagina muda si gadis, di sinilah baru terasa asyiknya penis ayah sahabatnya.
Sewaktu partama dimasuki, Sinta masih memejamkan mata, dia baru tersadar ketika batang itu sudah setengah terendam di vaginanya. Agak ketat sedikit rasanya. Membuka mata melirik ke bawah, dia langsung bisa mengira-ngira seberapa besar batang itu. "Aahshh.." dia mengerang dengan gemetar kerinduan nafsunya hanya saja tangannya mengerem pinggul Oom Icar agar tidak sekaligus tancap masuk. Meskipun tidak diutarakan Sinta lewat kata-kata tapi Oom Icar mengerti maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan menusuk sambil membor penisnya lebih kalem. Di situ batang penis ditahan terendam sebentar untuk membawa dulu tubuhnya turun menghimpit Sinta lalu dari situ dia berlanjut membor sambil mulai memompa pelan naik turun pantatnya. Untuk beberapa saat masuknya batang diterima Sinta masih agak tegang, tapi ketika terasa mulai licin dan sudah mulai bisa menyesuaikan dengan ukuran Oom Icar. Dia pun mulai meresapi nikmatnya batang Oom Icar.
"Wihh.. ennaak sekalii!" begitu ketat dan begitu mantap gesekannya membuat Sinta langsung terbuai dengan nikmat sanggama yang baru dibukanya dengan batang kenikmatan Oom Icar. Saking asyiknya kedua tangan dan kakinya naik mencapit tubuh Oom Icar seolah-olah menjaga agar kenikmatan ini tidak dicabut lepas sementara dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan penis dengan putaran vaginanya yang mengocok. Disambut kehangatan begini Oom Icar tambah bersemangat memompa, semakin lebih terangsang dia karena Sinta meskipun tidak bersuara tapi gayanya hangat meliuk-liuk setengah histeris. Bergerak terus dengan tangan menggaruk kepala Oom Icar, kakinya yang membelit tidak ubahnya bagai akan memanjat tubuh si Oom. Kelihatan repot sekali gerak sanggamanya yang seperti tidak bisa diam itu, apalagi ketika menjelang sampai ke puncak permainan, tambah tidak beraturan Sinta menggeliat-geliat. Sementara itu si Oom yang sudah serius tegang juga hampir mencapai ejakulasinya.
Bersambung . . . .
Home » Setengah Baya » Bercinta dengan ayah sahabatku - 1