Gairah terlarang - 4

Bookmark and Share
Ternyata telepon dari kantor Papaku yang memberitahukan bahwa Papaku akan dijemput oleh mobil kantor. Tetapi Mamaku tetap ikut pergi juga untuk mengambil mobilnya. Kami berdua tinggal dirumah dan menonton televisi dengan berdiam diri. Jam dinding di ruang keluarga berdentang sebanyak empat kali.

"Mbak. Cerita dong Mbak." Kataku memecahkan keheningan sore.

"Cerita apa?"

"Pengalaman Mbak dengan teman Mbak yang lesbi itu."

"Nggak ah. Nanti kamu terangsang."

"Nggak kok."

"Kalau iya. Gimana coba?"

"Tampar saja aku."

"Benar. Ditampar."

"Benar. Dilengan saja. Sekerasnya sampai aku sadar."

"OK deh."

*****

Suatu sore satu setengah tahun yang lalu. Mbak Sari mengerjakan tugas kuliah dengan temannya yang bernama Ana. Lalu mereka berdua mengobrol tentang berbagai hal. Sampai,

"Kamu pernah bersetubuh nggak Sar?" Tanya Ana.

"Kamu sendiri?" Mbak Sari malah balik bertanya.

"Belum."

"Kamu pingin nyoba?"

"He eh."

"Nyoba sama aku yuk."

"Boleh. Siapa yang jadi cowoknya?" Kata Ana sambil membuka kaosnya.

Mbak Sari kaget melihat reaksi Ana. Padahal dia hanya bercanda. Perkiraannya Ana akan menolak ajakannya.

"Nggak kok. Aku cuma bercanda." Kata Mbak Sari sambil menyodorkan kaos Ana yang sudah dilepas.

"Kamu curang. Aku sudah setengah telanjang nih." Kata Ana sambil menubruk Mbak Sari.

Akhirnya tanpa sadar Mbak Sari dan Ana saling melepaskan pakaian. Keduanya duduk menyamping di tepi tempat tidur. Mbak Sari dari belakang membelai bahu Ana. Ana menolehkan kepalanya ke belakang. Dilihatnya Mbak Sari yang matanya setengah terpejam sedang menjulurkan lidahnya. Ana juga menjulurkan lidahnya menangkap lidah Mbak Sari. Mbak Sari juga meremas-remas kedua payudara Ana dari belakang dengan kedua tangannya.

Ana lalu mendorong tubuh Mbak Sari sehingga Mbak Sari jatuh terlentang. Ana ganti meremas-remas kedua payudara Mbak Sari dengan kedua tangannya. Payudara kirinya digesekkan ke belahan kedua payudara Mbak Sari. Sedangkan payudara kanannya diremas-remas oleh Mbak Sari dengan tangan kirinya.

Beberapa saat kemudian Ana menyodorkan payudara kanannya ke mulut Mbak Sari yang langsung menghisapnya. Tangan kiri Ana meremas-remas payudara kanan Mbak Sari. Sedangkan payudara kiri Mbak Sari diremas-remasnya sendiri dengan tangan kirinya. Tangan kanan Mbak Sari membelai vaginanya sendiri yang mulai basah oleh cairan-cairan kenikmatan.

Ana kemudian menindihi Mbak Sari dan tangan kanannya meremas payudara kanan Mbak Sari sambil lidahnya menjilati puting payudaranya. Kaki kiri Mbak Sari menindihi tubuh Ana yang kemudian menurunkan jilatan lidahnya ke vagina Mbak Sari. Mbak Sari hanya bisa meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua tangannya.

"Aaahh.." Desah Mbak Sari.

Ana kembali naik ke atas tubuh Mbak Sari. Dijilatinya leher Mbak Sari dengan lidahnya. Lidah Ana segera menangkap lidah Mbak Sari yang menjulur keluar. Kedua puting payudaranya bergesekan dengan kedua puting payudara Mbak Sari. Kedua tangan Mbak Sari membelai pinggang Ana. Kedua kaki Mbak Sari juga diangkat ke atas dan memeluk tubuh Ana.

Mbak Sari lalu membalikkan tubuh Ana sehingga kini Ana terlentang di atas tubuh Mbak Sari dengan kepala menindihi payudara kanan Mbak Sari tepat pada pipinya. Kedua tangan Mbak Sari meremas-remas kedua payudara Ana yang jari tengah tangan kanannya mengocok sendiri vaginanya yang basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Sedangkan tangan kirinya membelai paha kiri Mbak Sari.

"Aaahh.." Desah Ana.

Mbak Sari menurunkan tubuh Ana. Tangan kanan Ana menangkap payudara kiri Mbak Sari dan langsung saja dijilatinya puting payudara kiri Mbak Sari dengan lidahnya. Mbak Sari menggeser tubuhnya ke samping lagi. Tangan kanan Ana ganti menangkap payudara kanan Mbak Sari dan meremas-remasnya. Sedangkan Mbak Sari dari belakang tidak mau kalah. Tangan kirinya memilin puting payudara kiri Ana dan sekaligus tangan kanannya membelai vagina Ana. Hal ini membuat Ana mendesah tak karuan.

"Aaahh.."

Tangan kanan Mbak Sari lalu naik ke atas dan meremas-remas payudara kanan Ana yang telah menjilati juga puting payudara kanan Mbak Sari. Ana lalu membalikkan tubuhnya dan setengah berdiri dengan kedua kaki ditekuk ke belakang. Kedua puting payudaranya digesekkan ke kedua puting payudara Mbak Sari yang juga setengah berdiri dengan kedua kaki ditekuk ke belakang. Kedua tangan mereka berdua saling berpegangan pada pinggang.

Mbak Sari lalu merangkak mau menjauhi Ana. Tetapi kedua kakinya ditangkap oleh Ana. Kedua payudara Ana digesekkan ke pantat Mbak Sari yang membuat Mbak Sari jatuh telungkup. Ana langsung membalikkan tubuh Mbak Sari dan mau menindihi Mbak Sari. Mbak Sari kemudian menumpangkan kaki kanannya ke tubuh Ana. Ana hanya bisa berbaring miring di samping Mbak Sari.

Payudara kanan Mbak Sari bergesekan dengan payudara kiri Ana. Keduanya saling menjulurkan lidah. Tangan kanan Mbak Sari membelai bagian belakang leher Ana. Sedangkan jari tengah tangan kirinya mengocok sendiri vaginanya. Jari tengah tangan kanan Ana juga mengocok vaginanya. Tangan kirinya membelai paha kanan Mbak Sari yang menindihi pinggangnya.

Ana lalu duduk di atas mulut Mbak Sari. Vaginanya yang basah oleh cairan-cairan kenikmatan dijilati Mbak Sari dengan lidahnya. Jari tengah tangan kanan Ana mengocok vagina Mbak Sari. Tubuhnya semakin menindihi tubuh Mbak Sari. Kedua puting payudaranya digesekkan ke kelentit Mbak Sari bergantian sampai akhirnya Ana juga menjilati vagina Mbak Sari dengan lidahnya.

Ana kemudian membalikkan tubuhnya dan turun dari tubuh Mbak Sari. Disilangkannya kedua kakinya dengan kedua kaki Mbak Sari. Kelentit Ana dan kelentit Mbak Sari saling menempel. Ana dan Mbak Sari sama-sama saling mendorong pantatnya supaya kelentit mereka berdua bisa bergesekan. Kedua tangan mereka berdua juga meremas-remas sendiri kedua payudaranya.

"Aaahh.." Ana dan Mbak Sari saling mendesah tidak karuan.

Selama dua minggu sejak peristiwa itu keduanya saling menghindar dan berdiam diri ketika ketemu di kampus. Keduanya melakukan persetubuhan kembali ketika tanpa sengaja sama-sama masuk ke toilet. Ketika Ana keluar dari toilet, Mbak Sari yang tergesa-gesa menabraknya. Keduanya jatuh. Mbak Sari menindihi Ana. Tanpa sadar mereka berdua berciuman. Ana dan Mbak Sari tenyata sama-sama ketagihan tetapi juga berusaha untuk tidak terjerumus ke dunia lesbi sehingga saling menghindar ketika bertemu. Ternyata Ana dan Mbak Sari tidak bisa menolak lagi untuk melakukan persetubuhan.

*****

Aku mendengarkan cerita Mbak Sari dengan menahan nafsu dan menahan nafas. Justru Mbak Sari yang salah tingkah dan tidak kuat menahan nafsunya. Dia berlari ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Aku mengikutinya dan berhenti di pintu kamarnya. Dia mengambil sesuatu dari dalam lemarinya. Beberapa buah dildo. Sebuah dildo merah hati dengan dua kepala yang tadi siang telah dipakai. Sebuah dildo coklat dengan tali karet yang besarnya hampir sama dengan punya Papaku. Sebuah dildo hitam dengan vibrator sepanjang 20 cm. Dan sebuah dildo putih sepanjang 20 cm.

Mbak Sari melepas semua pakaiannya. Kelihatannya Mbak Sari tidak tahu kalau aku mengikutinya. Diambilnya dildo yang terakhir. Mbak Sari lalu terlentang di atas tempat tidur dan dikangkangkannya kedua kakinya. Pelan-pelan dildo itu masuk ke vaginanya. Mengocok vaginanya. Aku dibuatnya terangsang. Kulepas juga semua pakaianku.

"Jangan San." Teriak Mbak Sari mencegahku.

Tapi aku nekad. Aku berbaring miring di samping kiri Mbak Sari. Tangan kiriku memegang dildo yang tadi dipegang Mbak Sari. Sekarang aku yang mengocok vagina Mbak Sari. Sedangkan tangan kanan Mbak Sari mengangkat ke atas kaki kanannya. Tangan kirinya menumpangkan kaki kirinya ke pinggangku. Kuambil dildo merah hati dengan tangan kananku.

Kumasukkan dildo merah hati ke dalam vaginaku. Sedangkan ujung satunya kumasukkan ke vagina Mbak Sari menggantikan dildo putih yang kini menari-nari di belahan kedua payudaraku. Kudorong dildo merah hati keluar masuk vaginaku dan juga vagina Mbak Sari. Kami berdua sama-sama menahan desahan dengan menjulurkan lidah.

Mbak Sari rupanya tidak respon dengan perbuatanku sehingga kukeluarkan dildo merah hati tersebut dari dalam vaginaku. Aku lalu meletakkan dildo putih dan mengambil dildo hitam. Kemudian aku duduk di samping Mbak Sari yang mengocok sendiri vaginanya dengan dildo merah hati. Dildo hitam tersebut kugesekkan dibelahan kedua payudara Mbak Sari dengan tangan kananku sementara tangan kiriku mengeluarkan dildo merah hati dari dalam vagina Mbak Sari serta meletakkannya ke meja kecil samping tempat tidur.

Dildo hitam tersebut kuturunkan ke bawah dan meliuk-liuk di sekitar vagina Mbak Sari yang sudah basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Mbak Sari meremas-remas payudara kanannya dengan tangan kanannya. Mbak Sari lalu merebut dildo hitam itu dengan tangan kirinya dan kemudian dikulumkan ke mulutnya sendiri. Seolah-olah dildo hitam itu adalah penis seorang laki-laki.

Kujilati vagina Mbak Sari dengan lidahku sambil kuambil kurebut kembali dildo hitam dari tangan Mbak Sari. Kumasukkan dildo hitam ke dalam vagina Mbak Sari sambil tetap kujilati vaginanya dengan lidahku. Tangan kanan Mbak Sari meremas-remas payudara kanannya. Tangan kirinya mengambil dildo putih dan dikulumkan ke mulutnya.

Tiba-tiba Mbak Sari mendorong aku sampai jatuh terlentang. Mbak Sari berusaha membalikkan tubuhku. Dengan sekuat tenaga aku melawan. Kudorong tubuhnya juga sampai Mbak Sari jatuh terlentang juga dan langsung kutindihi supaya Mbak Sari tidak mendorongku lagi. Mbak Sari berusaha membalikkan keadaan. Tapi aku tidak mau kalah. Kami berdua berpelukan dan bergulingan di atas tempat tidur.

Kami berdua akhirnya kelelahan. Setelah mengambil nafas aku menungging mengambil dildo putih yang tadi terjatuh ke lantai. Rupanya Mbak Sari lebih cepat. Mbak Sari mengambil dildo hitam dan dikocoknya ke vaginaku. Tubuhku tidak bisa bergerak. Kedua tanganku hanya bisa meremas-remas sprei tempat tidur walaupun aku berhasil mengambil dildo putih.

"Aaahh.." Desahku.

Mbak Sari juga mengambil dildo putih dari tanganku dan berusaha memasukkannya ke pantatku.

"Jangan Mbak. Jangan pantat. Sakiit.." Jeritku.

Mbak Sari akhirnya berhenti. Berhenti. Aku menarik nafas panjang. Ternyata tidak. Mbak Sari mengambil dildo coklat. Tali karetnya diikatkan ke pinggangnya. Mbak Sari jadi mirip seperti seorang laki-laki. Hanya saja Mbak Sari memasang dildo tersebut agak ke atas sehingga dia mirip laki-laki dengan penis dan vagina. Dihampirinya aku yang telah duduk di atas tempat tidur. Dildo coklat disodorkan ke mulutku. Aku mengulumnya.

Tangan kanan Mbak Sari meremas-remas payudaranya dan berusaha dijilatinya sendiri putingnya dengan lidahnya. Sedangkan tangan kirinya mengambil dildo putih dan dikocokkan ke vaginanya sendiri sambil memasukkan dildo coklat ke dalam vaginaku. Tidak lupa dia mendorong tubuhku untuk terlentang. Sedangkan dia merangkak diatasku.

"Aaahh.." Desahku.

Rupanya Mbak Sari belum puas dengan hanya dua buah dildo. Mbak Sari mengambil dildo hitam dan dengan perlahan dimasukkan ke lubang pantatnya sendiri. Dikeluarkan lagi. Dimasukkan lagi. Akhirnya dikocokkan ke lubang pantatnya. Dia mendesah tidak karuan. Aku yang juga mendesah tidak karuan membungkam mulutnya dengan jilatan lidahku yang segera dijilati oleh lidah Mbak Sari.

Beberapa saat kemudian Mbak Sari mengeluarkan dildo putih dari dalam vaginanya dan dildo hitam dari dalam lubang pantatnya. Diletakkannya kedua dildo tersebut disampingnya. Mbak Sari menindihi tubuhku dan menaikturunkan pantatnya. Dildo coklat yang dipakai Mbak Sari mengocok vaginaku yang semakin basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Kedua payudaranya bergesekan dengan kedua payudaraku. Kuangkat kedua kakiku. Kami berdua masih berjilatan lidah.

Mbak Sari kembali duduk sambil mengangkat kedua kakiku dan ditumpangkan ke pundaknya. Mbak Sari masih mengocok vaginaku dengan dildo coklat. Kuremas-remas sendiri kedua payudaraku dengan kedua tanganku. Sesekali kepalaku mendongak ke atas. Sesekali juga kedua tanganku membelai vaginaku sendiri dan juga membelai kedua betis Mbak Sari yang menjepit pinggangku.

"Aaahh.." Desahku.

Akhirnya Mbak Sari mengeluarkan dildo coklatnya. Mbak Sari duduk dan membelai dildo coklat yang basah oleh cairan-cairan kenikmatanku. Aku merangkak mendekati Mbak Sari. Kujilati dildo coklat dengan sambil tangan kiriku dari belakang mengocok vaginaku dengan dildo putih. Mbak Sari juga mengocok vaginanya dengan dildo hitam dan sesekali dikulumkan ke mulutnya sendiri.

Kulepaskan ikatan tali karet dildo coklat dari pinggang Mbak Sari. Kujilati cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalam vagina Mbak Sari dengan lidahku. Tangan kanan Mbak Sari menekan kepalaku dan tangan kirinya meremas-remas payudara kirinya. Aku membantunya dengan meremas-remas payudara kanannya dengan tangan kiriku.

"Aaahh.." Desah Mbak Sari.

Cairan-cairan kenikmatan dari dalam vaginaku juga banyak keluar sehingga tubuhku naik ke atas tubuh Mbak Sari dengan kedua tangan berpegangan pada dinding kamar. Vaginaku tepat dijilati Mbak Sari dengan lidahnya. Mbak Sari mengocok vaginanya sendiri dengan jari tengah tangan kanannya. Sementara tangan kiri Mbak Sari bergantian meremas-remas kedua payudaraku yang bergantungan dan bergoyang diatasnya.

Tubuhku turun dan menduduki selangkangan Mbak Sari. Mbak Sari juga duduk. Kedua kaki kami saling bersilangan. Kedua tangan kami saling membelai kedua payudara. Kemudian dilanjutkan saling meremas-remas kedua payudara. Entah siapa yang mulai. Aku dan Mbak Sari telah saling menggesekkan kedua payudara. Kelentit kami berdua juga saling bergesekan. Semakin lama semakin menggairahkan. Aku dan Mbak Sari saling mendesah tidak karuan.

"Aaahh.."

Kelentitku dan kelentit Mbak Sari bergesekan terus dan mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan sampai akhirnya aku tidak sadar apa yang telah terjadi. Sekelilingku gelap. Aku pingsan.

Bersambung...