Papa tiriku

Bookmark and Share
Sungguh tidak enak jika kedua orang tua kita berpisah, dampak yang sangat dirasakan oleh anak-anaknya sangat besar sekali, hal ini ku alami sendiri waktu itu. Kisah nyataku ini ku sajikan agar para pembaca yang budiman berhati-hati pada orang yang belum kita kenal dengan baik lebih-lebih pada Papa tiri yang selalu sok akrab dengan anak-anak tirinya, biarlah Mirna sendiri yang menderita atas perlakuan papa tiriku.

Seperti biasanya setiap pagi aku selalu membuatkan kopi untuk papa tiriku, yach karena Papa bekerja di salah satu perusahaan Swasta dan dia Bos lagi. Awal mulanya sih aku nggak menaruh curiga, karena kelihatannya dia sangat sayang pada aku dan adik-adikku, sehingga lambat laun aku membiasakan diri untuk saling mengenal dan saling mendekat dan sudah ku anggap sebagai ayah kandungku sendiri. Kira-kira hampir 5 tahun sudah Papa menjadi papa tiriku dan kini telah mempunyai 2 anak dari ibu kandungku, waktu kejadian itu aku baru kelas 1 SMA dan waktu itu aku masih umur 17 tahun.

Waktu itu ibu sedang berada keluar kota karena ikut rekerasi dengan ibu-ibu di lingkungan kantor Papa selama 5 hari di Bali.Untung ada 2 pembantu di rumah jadi aku nggak terlalu repot dengan rumah yang begitu besar. Seperti biasa aku mengantarkan kopi ke ruang tidur Papa, karena memang begitulah setiap harinya walaupun kopi itu dibuatkan oleh pembantu tetapi akulah yang selalu mengantarkan kopi ke kamar Papa, untung sekolahku masuk siang. Begitu kamar Papa aku buka, ternyata Papa belum juga beranjak dari tempat tidurnya dan masih memakai baju tidur,
"Pagi Papa" kataku
"Pagi mirna" kata Papa, "Tolong pintunya ditutup Mir..",
Lantas tanpa menaruh curiga ku tutup pintu kamar.
"Mirna, papa agak pusing nich, tolong pijetin kepala papa yach.."
"Ya..Papa "jawabku
Lantas aku menghampiri di tempat tidur Papa, dan langsung kepala Papa aku pijet-pijet, tak lama kemudian Papa mengambil remot TV dan astaga yang kulihat di layar TV itu adalah Film BF yang selama ini belum pernah aku tonton sama sekali, mungkin tadi malam Papa habis menyetel film BF karena ku lihat di samping TV ada beberapa tumpukkan kaset Video.Terus terang aku hanya sekilas saja melihat dan kembali aku tundukkan kepalaku sambil mijitin kepala Papa. "Mirna sudah seharusnya kamu melihat film itu, kamu kan sudah besar.. "katanya,"Nggak.. ahh.. Papa.. malu.. mirna kan masih kecil" "Siapa bilang mirna kecil kan kamu udah kelas 1 sma " kata Papa.

Aku hanya diam saja
"Cobalah lihat mumpung tidak ada mamamu, biasa sajalah sama papa nggak apa-apa kok"
Yach..aku coba untuk menurutin kata-kata Papa. Aku lepas tanganku untuk memijitin kepala Papa, kini aku serius mulai menonton Film BF.Hebat sekali, dalam batinku. Tak lama nafsuku mulai terpancing, kelihatan jelas pipiku memerah, kesempatan itu dimanfaatkan Papa untuk mendekatiku
"Mirna.."sambil dia membelai rambutku "Asyik yaa gambarnya"
Aku hanya diam saja sambil terus melihat layar TV. Tangan Papa mulai membelai rambutku, aku biarkan saja. Terus turun ke tanganku meremas-remas.
"Papa jangan dong geli.."
"Nggak apa-apa kan sama papa sendiri"
Lantas dia mulai mencium leherku..
"Jangan ah Papa geli tuh "

Tapi dia terus menciumi leherku dan tangannya mulai masuk ke kaosku dan berusaha memegang payudaraku.
"Papa jangan, jangan Papa geli aku "
Dan dia berhasil membuka tali BH ku. Kini tetekku diremas-remas, aku hanya diam dan geli, aku terus mendesis
"Papa ..Papa .. jangan..ah.."
Aku sudah tak kuat menahan gejolak nafsuku sementara mataku terus melihat monitor TV dengan adegan film BF. Tak lama kemudian dia mengambil sebutir PIL.
"Ini minum PIL dulu biar kamu tahan melihat FILM itu, sebab orang yang melihat Film BF harus minum PIL ini" katanya,
Aku menurut saja dan ku minum PIL pemberiannya. Setelah 10 menit kemudian ada perubahan di dalam diriku, rasanya gairah SEX ku semakin besar aja. Sementara itu dia sudah duduk disampingku dan dia mulai lagi dengan aksinya. Kaos dan Rokku dilepasnya, kini aku hanya tinggal memakai CD saja dia langsung menciumi payudaraku dan mengulumnya
"Ah..ah..Papa..geli tuh..terus Papa"
Pentilku dimainkan oleh dia, rasanya geli dan enak sekali. Lalu dia membuka CD ku yang sudah basah karena terlalu banyak cairan dan dia langsung turun kebawah dan ya ampun vaginaku di ciumi dan lidahnya menjilati vaginaku. Rasanya aku mau pipis saja, geli campur enak membuat badanku menjelit-jelit nggak karuan.
"Enak sekali Papa ", "Papa terus Papa"
"Aduh Mirna sempit sekali vaginamu, nggak seperti vagina mamamu udah besar"
Memang sih aku kan masih perawan waktu itu dan bulu-bulu vaginaku masih sedikit. Barangkali itu yang membuat dia kayak kerasukan setan melumat vaginaku hingga aku tak berdaya.

Lantas aku buka baju piyama dia dan ya.. ampun ternyata dia sudah tidak memakai CD. Jelas sekali penisnya sudah mengacung keatas dan besar sekali serta panjang kira-kira 20 Cm. Aku pegang langsung penisnya dan ku kocok-kocok,
"Mirna kulum dong" pintanya,
"Nggak ah kan jijik Papa nggak ah"
"Coba kamu lihat kayak di TV itu"
"Lihat tuh cewek itu terus mengulum penis kan?"
"Nggak apa-apa cobalah Mir"
Lantas perlahan-lahan penisnya aku masukkan dalam mulutku dan ah enak sekali seperti mengulum Es Lilin. Terus penisnya aku kulum, kini dia mulai mengeliat-geliat tubuhnya.
"Mirna terus Mir enak "
Lantas kini aku yang dibawah dan dia diatas. Lidahnya menjilati vaginaku sementara aku mengulum penisnya. Wah enak sekali "Ah ah terus Papa terus Papa" kataku
Memang penis dia luar biasa gedenya dan panjangnya, atau mungkin masih ada yang panjang lagi karena baru sekali itu sih aku lihat penis orang dewasa

Dia turun dan kini dia mulai mengakangkan ke dua kakiku
"Mir papa masukkan yach penis papa ke vaginamu "
" Jangan Papa sungguh jangan Papa, Mirna kan masih perawan Papa jangan yach kalau yang lain boleh sih, tapi jangan yang satu itu Papa, jangan.. Papa .."rengekku waktu itu.
Maksudku biarlah vaginaku dijilatin dan payudaraku di isep tapi jangan keperawanan, tapi rupanya Papa tidak menghiraukan rengekanku. Lalu penisnya digesek-gesekkan di vaginaku ah.. ah.. aku geli kayak ada benda tumpul menempel di vaginaku.
"Pejamkan matamu Mirna" kata Papa,
Lantas aku pejamkan mataku dan akh.. akhh.. penisnya berusaha masuk ke vaginaku, namun karena vaginaku sangat sempit penisnya tertahan dibibir vaginaku.
"Jangan Papa ..jangan ..Papa tolong Papa jangan.."
Tapi Papa tetap terus memasukkan penisnya dan kini bless slep..,
"Akh ..Papa sakit Papa sakit Papa "
Dia hanya melihat aku kesakitan dan meringis-ringis kesakitan. Penisnya sudah masuk semua ke liang vaginaku. Kini dia perlahan mulai mengerakkan maju mundur.
"Papa..Papa ..sakit.."
Memang sakitnya luar biasa sih aku kan masih perawan sedangkan Dia penisnya seperti penis di film BF itu, besar dan panjang. Lama kelaman sakit itu berubah menjadi enak, aku merasakan kehangatan dalam vaginaku. Dia terus menggenjot penisnya maju mundur. "Papa..terus..Papa " pintahku

Aku kini menikmati penisnya yang lagi masuk di liang vaginaku. Dia terus menggenjot penisnya lama sekali, kira-kira 20 menit. Aduh rasanya capek campur enak nggak karuan
"Akh..akh..aku mau pipis rasanya nich Papa"
"Pipislah itu berarti kamu mau klimaks "
Dan betul cairan yang aku keluarkan banyak sekali. Aku mulai agak lemas tapi dia belum apa-apa, dengan asyiknya menggenjot penisnya yang besar itu di liang vaginakku.
"Terus Papa..aku udah capek nich "
Dan slepp ukh dia mencabut penisnya dari liang vaginaku dan kini penisnya diarahkan ke mulutku
"Mirna hisap penis papa.."
Wah penisnya tambah besar rasanya dan mulai lagi aku mengisap-isap penisnya terus dan tak lama cret..cret.. air maninya keluar sebagian dimulutku rasanya asin getir dan sebagian di wajahmu dan menetes di payudaraku, Hangat-hangat asin dan getir. Dia pun lemas dan lunglai.

"Kamu hebat Mirna nggak kayak mamamu baru sedkit saja sudah lemas"
Aku hanya diam dan menunduk. Mimpi apa semalam aku, kok melayani lelaki bejat seperti dia.
"Jangan bilang siapa-siapa yach.."
Aku hanya diam dan berpakaian kembali, lantas aku berdiri. Aduh rasanya selakanganku sakit sekali kayak ada ganjalan diselakangkanganku. Lantas dia menghampiriku dan memberi uang Rp 100.000,-
"Nich buat jajan yach.."
Aku hanya diam saja dan aku ambil uang itu. Dia kemudian mengambil sprei yang ternodai darah kegadisanku dan mencucinya sendiri takut ketahuan pembantu.

Selama 4 hari 4 malam aku terus melayaninya hingga mamaku pulang dari tournya di Bali. Namun dia terus memanfatkan aku jika mama nggak di rumah, gilanya aku terus menuruti kemauannya kini aku sadar tentang masa depanku sendiri dan aku sudah nggak mau melayani lelaki bejat seperti papa tiriku! .. Awaslah dengan Papa Tiri belum tentu dia sebaik papa kamu.

Tamat