Aku punya teman perempuan dari Malaysia. Ia bernama Linda. Usianya sudah 44 tahun dengan dua anak. Profesinya cikgu (guru) di sebuah sekolah di Bangi. Tinggi 155 cm dengan berat 46 kg, berkulit kuning langsat dengan wajah khas Malaysia. Karena profesinya maka sehari-hari ia selalu mengenakan pakaian tertutup.
Perkenalanku dengannya bermula ketika ia mengirim e-mail kepadaku, mengomentari isi cerita yang kutulis di sebuah site cerita dewasa. Kemudian kami saling berbalas e-mail, mengirim foto dan bercerita tentang pengalaman kami masing-masing bahkan sampai kepada hal-hal yang pribadi. Sekalipun aku belum pernah mendengar suaranya, apalagi bertatap muka. Apa yang kutahu semata-mata berdasar informasi di mail-nya. Dalam e-mail yang kukirimkan, ia minta dipanggil dengan sebutan kakak, karena usianya memang lebih tua dariku.
Dua bulan lebih kami saling bertukar pengalaman dan berbagi cerita. Dari ceritanya ia sebenarnya terkekang, namun karena status dan keadaan maka ia harus tetap mengendalikan diri. Ia sebenarnya mempunyai libido yang cukup besar, tapi tidak bisa tersalurkan karena suaminya, guru di tempat yang sama, seorang yang konservatif dalam hal hubungan seksual. Dalam usia perkawinannya yang sekian lama, ia hanya beberapa kali saja menikmati orgasme. Kadang ia harus membayangkan seseorang yang dikenal, atau seorang aktor agar dapat mencapai orgasme. Namun demikianpun, suaminya selalu melakukan hubungan sex dengan cepat dan setelah ejakulasi, maka ia langsung masuk kamar mandi, membersihkan diri dan langsung tidur. Akibatnya Linda sering dalam keadaan menggantung, gairahnya sudah mulai menaik, namun tidak sampai di puncak.
Suaminya tidak pernah mau melakukan variasi atau teknik yang baru dalam bercinta. Ia menganggap bahwa hubungan sex adalah kewajiban istri untuk melayani dan memuaskan suaminya. Sementara Linda sendiri sebenarnya ingin mencoba melakukan senam ranjang dengan posisi dan variasi yang berbeda. Pernah sekali waktu dengan memberanikan diri Linda mencoba berbicara mengenai masalah ini, namun suaminya justru marah besar dan menganggap bahwa tidak sepantasnya membicarakan apalagi melakukan hal-hal yang demikian. Haram hukumnya, katanya. Setelah itu Linda sama sekali tidak berani lagi membicarakan tentang hubungan sex di antara mereka. Linda hanya bisa pasrah dan menerima kondisi ini. Sekilas pernah terlintas di pikirannya untuk berselingkuh, namun ternyata ia tidak mampu untuk melakukannya.
Suatu hari aku harus berangkat ke KL untuk urusan kantor. Ini adalah kepergianku yang pertama kalinya ke KL. Aku sengaja tidak memberitahukan Linda, hanya beberapa hari sebelum berangkat aku meminta nomor HP-nya dan iapun memberikannya namun dengan sederet tanda tanya di mail-nya.
Sampai di KL, maka oleh perusahaan rekanan kantorku aku ditempatkan di sebuah hotel di dekat Menara Kembar Petronas. Karena tiba di KL sudah agak sore, maka akupun diminta untuk beristirahat dulu, besok pagi baru akan dijemput untuk mulai membicarakan urusan kantor. Sebenarnya jam kantor di KL belum lagi tutup, namun contact person perusahaan rekanan kantor sedang ada meeting dan sekaligus menyiapkan bahan untuk besok.
Dari jendela kamar kupandangi megahnya Menara Kembar Petronas. Sekilas ingatanku melayang kepada si sexy Catherine Zeta Jones yang bergelantungan di sana dalam film The Entrapment. Karena baru pertama kali ke KL, aku ingin berjalan-jalan dulu di sekitar hotel. Setelah mandi aku segera ke bawah dan ketika baru mau keluar pintu hotel, ternyata gerimis mulai turun. Kuputuskan untuk kembali ke kamar saja.
Sampai di kamar aku berpikir apa yang bisa kukerjakan sore ini. Akhirnya aku ambil HP dan kukirim SMS ke Linda, sekedar memberitahu saat ini aku ada di KL di kamar sebuah hotel. Tak lama kemudian ada SMS balasan. Kubaca,"Saya sangat surprised, Anto tak beri tahu kakak kalau nak ke KL".
Aku berganti pakaian dengan celana pendek dan kaus tipis, kemudian berbaring di ranjang sambil membaca bahan pertemuan besok. Setengah jam kemudian ada suara ketukan di pintu. Kupikir room boy yang antarkan snack untuk sore ini.
Kubuka pintu, ada seorang wanita dengan baju longgar berdiri di depan pintu kamar dan menengok ke sekitarnya. Begitu pintu kubuka dan belum kupersilahkan untuk masuk ia dengan tergesa-gesa masuk ke dalam kamar dan mendorong pintu agar tertutup. Seolah-olah takut terlihat oleh seseorang. Aku sedikit heran, tapi kupikir karena ia seorang wanita tak akan terjadi sesuatu.
Setelah pintu tertutup, wanita tadi menatapku tajam dan berkata dengan bergetar,"Maaf, saya mengganggu. Ini Anto ke?"
"Ya, saya Anto. Ini siapa ya?" balasku.
"Oh... Kalau demikian saya yang ganti bagi surprise. Saya Linda, Kak Linda".
Betul saja, kini giliranku yang terkejut bercampur dengan berbagai perasaan. Kuperhatikan lagi mukanya dengan teliti, tidak begitu mirip dengan foto yang dikirimkannya padaku
"Mengapa diam saja, ini akak memang lah Linda. Kak Linda tadi terima mesej Anto. Kakak sedang ada mesyuarat di KL sini dan menginap di dormitory. Karena Anto sudah buat surprise, maka kakak juga nak bagi surprise pula ke Anto. Sesudah program hari ini kakak terus datang ke sini".
Aku masih tercengang sesaat lagi. Setelah dapat menguasai diri, maka kuulurkan tangan dan iapun menyambutnya.
"Rasanya tak percaya saya bisa bertemu kakak di sini," kataku. Ia menjabat tanganku dan hanya tersenyum saja tanpa mengeluarkan kata-kata.
"Maaf, tadi belum dipersila akak sudah masuk. Ini KL tentulah beza dengan Jakarta. Rasanya tak elok kalau ada orang tahu akak masuk ke kamar hotel," katanya setelah kami berdiam sejenak.
Kupersilakan ia duduk di kursi kamar, sementara aku duduk di tepi ranjang. Aku baru sadar kalau aku hanya memakai celana pendek longgar dan kaus tipis.
"Sorry, saya hanya pakai celana pendek dan kaus. Tak kira kalau kakak nak ke sini".
"Ah, tak apa, tak ada lagi orang lain".
Ia menatapku dengan pandangan aneh. Seperti ada gairah, namun ada juga perasaan ragu dan jengah. Aku membalas tatapannya sekaligus lebih memperhatikan wajahnya. Ternyata lebih cantik dari fotonya. Wajahnya oval dengan kulit kuning bersih. Aku tidak bisa melihat bentuk badannya karena ia memakai baju yang longgar. Akhirnya ia membuang muka dan kulihat wajahnya bersemu merah.
Aku juga masih ragu, apakah yang harus kulakukan. Kalau ini di Jakarta tentu saja lain ceritanya. Ini KL pakcik! Aku tak mau kalau aku harus dihukum di Malaysia karena meniduri istri orang. Hubungan antar negara bisa berabe. Harus kuyakini dulu kalau situasi benar-benar aman terkendali.
"Anto, apakah cerita yang kau tulis itu benar-benar merupakan pengalaman pribadi. Atau hanya fiksyen saja?" ia memecah kebekuan dengan sebuah pertanyaan.
"Itu betul terjadi, hanya saja setting dan nama tempat sebagian kusamarkan. Tak baik kalau ada orang yang kebetulan mengenal wanita yang bersangkutan nantinya tahu affairnya".
"Ihh... Kamu sangat hebat. Boleh merasa ramai perempuan dari berbagai macam etnik dan usia".
Hmmmh. Pembicaraannya mulai menjurus tanpa kupancing. Iapun lalu bercerita dengan nada datar dan pelan mengenai kondisinya. Gairah yang berkobar tapi selalu padam karena kurang minyak.
Aku berdiri dan berada di belakangnya. Ia masih duduk di kursi kamar. Kupegang kedua bahunya dari belakang dan kupijit perlahan. Ia menggeliat dan mengusapkan pipinya pada lengan kananku. Kubimbing ia berdiri dan kuputar badannya sehingga kini kami saling berhadapan. Kupegang kepalanya dan kutengadahkan mukanya ke mukaku. Ia masih menampakkan ekspresi ragu dan malu. Namun akhirnya ia berkata lirih,"Aku ingin berbagi pengalaman denganmu saat ini". Aku yang kini menjadi ragu, takut kalau ada razia di hotel ini.
"Tak perlu khawatir ada pemeriksaan di hotel," katanya lagi seolah meyakinkanku. Akupun sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Kalaupun ada insiden antar negara, biarlah itu diselesaikan oleh para pejabat, karena memang itulah tugasnya.
Ia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Kupegang bahunya dan kutempelkan pipiku ke pipinya. Ia berbisik, "Puaskan akak malam ini. Bawa kakak mencapai puncak nikmat..."
Kupeluk dia dan ia semakin merapatkan kepalanya di dadaku. Kubawa dia duduk di ranjang.
Kucium pipinya dan tangannya mulai membukanya. Rambutnya ternyata dipotong pendek dengan model seperti Lady Di. Kucium bulu halus di leher belakangnya.
"Sssh., kamu memang sangat pandai membangkitkan ghairah," rintih Linda sambil memejamkan matanya.
Rintihannya terhenti waktu bibirku memagut bibirnya yang merekah. Lidahku menerobos ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Linda menggeliat dan mulai membalas ciumanku meskipun dengan kaku. Mungkin selama ini suaminya tidak pernah mengajari berciuman. Tanganku mulai bekerja di atas dadanya dan kuremas buah dadanya. Kurasakan payudaranya sudah agak turun. Jariku terus menjalar mulai dari dada, perut, pinggang terus ke bawah hingga pangkal pahanya. Linda makin menggeliat nikmat. Lidahku sudah beraksi di lubang telinganya dan gigiku menggigit daun telinganya.
"Kita lakukan dengan slow saja. Aku perlu pengenalan dan penyesuaian dahulu," bisiknya.
Kulepas pelukanku dan aku berputar ke belakangnya. Tanganku yang mendekap dadanya dipegangnya erat. Kugigit lembut tengkuknya. Badannya mulai menghangat dan bergetar. Bibir dan hidungku menyelusuri seluruh kepala dan lehernya. Linda makin menggelinjang apalagi waktu tanganku meremas buah dadanya yang masih tertutup baju itu. Kugesekkan pipi kananku ke pipi kirinya dan kusapukan napasku di telinganya. Linda menjerit kecil menahan geli. Ia mempererat pegangan tangannya di tanganku.
Bersambung . . . .
Home » Setengah Baya » Linda, Cigku dari malaysia - 1