Linda, Cigku dari malaysia - 3

Bookmark and Share
Denyutan demi denyutan dari kemaluan kami masing-masing kemudian melemah. Ia berguling ke sampingku sambil tangan dan mukanya tetap berada di leherku. Kuberikan kecupan ringan pada bibir, dan usapan pada pipinya.

"Terima kasih To. Kamu sungguh luar biasa. Kamu sangat perkasa, begitu nikmat dan indah. Nikmat luar biasa sangat. Orgasm yang sangat nikmat yang pernah kualami. Thanks" katanya lembut. Ia melepaskan kondom dari penisku dan mengamati isinya.
"Hmmhh... Penuh sangat isinya. Berapa hari tak pergi ke ranjang dengan perempuan?" tanyanya sambil tersenyum. Aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum saja.

Setelah mandi dan hendak mengenakan pakaian, Linda menahan tanganku yang akan memakaikan celana dalam.

"Kakak nak lagi, please. Akak... Masih... Belum puas. Kamu masih kuat untuk melakukan lagi kan". Ia tersipu-sipu dan tidak melanjutkan perkataannya.

Kami berbaring berdampingan sambil berpelukan. Kepalanya diletakkan di atas dadaku. Kami masih membahas mengenai hubungan sex tadi yang berlangsung dengan tempo pelan.

"Hmmm. Dengan tempo lambat begini sudah nikmat bukan kepalang. Nanti kita akan lakukan dengan lebih berani dan ganas. Akak sudah merasakan sedikit dari keperkasaanmu dan sekejap lagi kita akan bermain dengan hebat" jawabnya sambil mengecup lenganku.

Setengah jam berlalu dan kurasakan sebuah benda padat lunak menekan dadaku. Kucium ketiaknya yang sedikit ditumbuhi rambut dan kugelitikin perutnya.

"Linda, katanya kamu mau lagi...!"

Tangannya menangkap tanganku. Kudaratkan sebuah ciuman pada bibirnya. Kuamat-amati tubuhnya yang lumayan aduhai. Kulitnya kuning bersih dengan pantat besar dan menonjol ke belakang, sementara di dadanya ada segunduk daging yang bulat dengan tonjolan coklat muda yang berdiri tegak.

Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganas. Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Kuremas buah dadanya dengan keras. Beberapa saat kemudian kami sudah berpelukan dan bergulingan di atas ranjang besar yang empuk.

Aku menindih dan menjelajahi sekujur tubuhnya. Ia menggeliat-geliat hebat dan mengerang. Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik.

"Ouuhhh... Anto... Sekarang terserah kamu. Lakukan dengan dahsyat. Aku akan menerima perlakuanmu...".
"Aku akan membawamu berpacu dalam nikmat yang luar biasa.." kataku membalas bisikannya.

Dari dada, lidahku pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangnya, ke arah perut dan pahanya. Aku mencoba untuk mendekatkan hidungku ke sela pahanya, namun tangannya menutupi celah paha tersebut. Linda meronta hebat penuh kenikmatan sewaktu tanganku memainkan puting buah dadanya. Tangannya terlepas dan hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma yang segar dan khas.

Bulu kemaluannya cukup lebat namun dipotong rapi. Meskipun kulitnya putih, namun bibir vaginanya kecoklatan dengan ditumbuhi rambut meskipun agak jarang. Kubuka bibir vaginanya dengan telunjuk dan ibu jari, terlihat bagian dalam vaginanya yang kemerahan dan mulai basah oleh lendir dari dinding vagina yang melumasinya.

Kini lidahku menyusup ke dalam vaginanya. Kulebarkan pahanya dan aku semakin leluasa mempermainkan klitorisnya. Linda meregang dan meronta menahan kenikmatan yang kuberikan di dalam vaginanya.

"Ouhhh To... Ayo... Teruskan. Sudah lama kakak ingin menikmati posisi ini," ia mengerang.

Bibirku seperti melakukan ciuman dengan bibir vaginanya. Lidahku menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan bermain dengan dinding vagina, klitoris dan lorong kenikmatannya. Sementara bibirku menghisap bibir vaginanya, maka lidahku menjilat klitorisnya dengan sentuhan ringan. Linda meremas rambutku dan memekik tertahan.

"Auwww, aku tak tahan lagi..."

Kurasakan klitorisnya sedikit membesar dan berkilat-kilat. Kujepit klitorisnya dengan bibirku dan kukeraskan jepitanku. Ia semakin tenggelam dalam kenikmatan dan pahanya menjepit kepalaku dengan kuat. Ia mengerang.

"Please, karang... To. Akak tak tahan lagi... Please".

Beberapa lama aku masih mempermainkan lidahku pada klitorisnya. Kuakhiri stimulus pada vaginanya dan kini aku memberikan rangsangan di paha, kemudian menciumi lututnya. Ketika kugigit lututnya ia mengejang.

"Ampun... Tooo... Antoo... Jangan... Cukup... Cukup!" pekiknya.

Bibirku naik ke leher dan menjilatinya. Elusan tanganku pada pinggangnya membuat ia meronta kegelian. Kuhentikan elusanku dan tanganku meremas lembut buah dadanya dari pangkal kemudian ke arah puting. Kumainkan jemariku dari bagian bawah, melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah putingnya. Sampai batas puting sebelum menyentuhnya, kuhentikan dan kembali mulai lagi dari bagian bawah.

Kugantikan jariku dengan bibirku, tetap dengan cara yang sama kususuri buah dadanya tanpa berusaha mengenai putingnya. Kini ia bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang buah dadanya dan membuat jilatanku makin ganas mengitari gundukan mulus itu. Setelah sebuah gigitan kuberikan di belahan dadanya, bibirku kuarahkan ke putingnya, tapi kujilat dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah sehingga membikin Linda penasaran dan gemas.

"To.. Jangan kau permainkan aku... Cepat," pintanya. Aku masih ingin mempermainkan gairahnya dengan sekali jilatan halus di putingnya yang makin mengeras itu. Linda mendorong buah dadanya ke mulutku, sehingga putingnya langsung masuk, dan mulailah kukulum, kugigit kecil serta kujilat bergantian. Tanganku berpindah dari pinggang ke vaginanya yang semakin basah.

Jariku tengah kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya dan tidak lama sudah menemukan apa yang kucari. Lumatan bibirku di puting Linda makin ganas. Ia berusaha mengulingkan badanku tetapi kutahan. Kali ini aku yang harus pegang kendali.

"Aaagh..." ia memekik-mekik. Kucium lagi bibir dan lehernya. Adik kecilku makin membesar dan mengganjal tubuh kami di atas perutnya.

Kupikir kini saatnya untuk memberinya. Kuangkat pantatku sedikit dan iapun mengerti. Dikocoknya penisku sampai keras sekali dan ku kangkangkan pahanya lebar-lebar.

Diarahkannya penisku ke vaginanya dan "Tak usah lagi pakai kondom ke? Masukan To... Sekarang!" pintanya sambil melebarkan pahanya. Kudorong sekali namun meleset juga. Kini kucoba kedua kali dan berhasil. Kugerakkan penisku pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat.

Vagina Linda makin lembab, namun tidak sampai becek. Linda langsung mengerang hebat merasakan hunjaman penisku yang keras dan bertubi-tubi. Tangannya mencengkeram pinggulku. Gerakan maju-mundurku diimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya, semakin lama gerakan kami semakin cepat.

Kini ia semakin sering memekik dan mengerang. Tangannya kadang memukul-mukul punggungku. Kepalanya mendongak ketika kutarik rambutnya dengan kasar dan kemudian kukecup lehernya dan kugigit bahunya.

"Ouhhh... Ehhh... Yyyeessshhh!"

Setelah beberapa lama kuminta dia untuk di atas. Dengan cepat kami berguling. Tak berapa lama kemudian penisku sudah terbenam di liang vaginanya. Linda menaikturunkan pantatnya dengan posisi jongkok. Ia seperti penunggang kuda yang sedang memacu kudanya dalam lembah kenikmatan mendaki menuju puncak. Tubuhnya naik turun dengan cepat dan kuimbangi dengan putaran pinggulku, sementara buah dadanya yang tegak menantang kuremas-remas dengan tanganku. Gerakan kami makin cepat, erangan Linda makin hebat. Aku duduk dan memeluk pinggangnya. Kami berciuman dalam posisi Linda duduk berhadapan di pangkuanku. Aku bebas mengeksplorasi tubuhnya dengan tangan dan bibirku.

"Aaagghhh... Anto..." teriaknya. Kini saatnya kuambil alih kembali kendali permainan.

Kubalikkan tubuhnya dan langsung kugenjot dengan tempo tinggi dan menghentak-hentak. Nafas kami semakin memburu. Kuganti pola gerakanku. Kucabut penisku dan kumasukkan kembali setengahnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dalam-dalam.

Linda setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan. Pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi akibat gesekan kulit kemaluan kami. Lubang vaginanya yang memang sempit ditambah dengan gerakan memutar dari pinggulnya membuatku semakin bernafsu. Ketika kuhunjamkan seluruh penisku ke dalam vaginanya, Linda pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak.

Aku menurunkan tempo dengan membiarkan penisku tertanam di dalam vaginanya tanpa menggerakkannya. Kucoba memainkan otot kemaluanku. Terasa penisku mendesak dinding vaginanya dan sedetik kemudian ketika aku melepaskan kontraksiku, kurasakan vaginanya meremas penisku. Demikian saling berganti-ganti. Aku pernah kirimkan artikel senam Kegel untuk melatih kekuatan otot PC dan rupanya ia sudah mempelajari dan mempraktekkannya.

Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakinya kuangkat dan kutumpangkan di pundakku. Dengan setengah berdiri di atas lututku aku menggenjotnya. Kakinya kuusap dan kucium lipatan lututnya. Ia mengerang dan merintih-rintih.

Aku memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Kubisikkan "Kita selesaikan bersama-sama". Ia pun mengangguk. Kukembalikan dalam posisi normal. Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran.

Gerakan demi gerakan, pekikan demi pekikan telah kami lalui. Aku semakin cepat menggerakkan pantat sampai pinggangku terasa pegal, namun tetap kupertahankan kecepatanku. Linda menjambak rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisnya segera menjepit erat pahaku. Badannya menggelepar-gelepar, kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi.

Aku pun semakin agresif memberikan kenikmatan kepada Linda yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang.

"Aaahhh... Ssshhh... Ssshhh"

Gerakan tubuh Linda semakin liar.

"Ouooohhh nikmatnyaaa... Aku nak pancut... Sampai..."

Aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kejantananku ingin keluar. Sudah saatnya aku menghentikan permainan ini. Aku mengangguk dan iapun mengangguk sambil memekik panjang, "Ouuuwww...!"

Aku mengangkat pantatku, berhenti sejenak mengencangkan ototnya dan segera menghunjamkan penisku keras-keras ke dalam vaginanya. Nafasnya seolah-olah terhenti sejenak dan kemudian terdengarlah erangannya. Tubuhnya mengejang dan jepitan kakinya diperketat, pinggulnya naik menjambut penisku. Sejenak kemudian memancarlah spermaku di dalam vaginanya, diiringi oleh jeritan tertahan dari mulut kami berdua.

"Awww... Aduuuh... Hggkkk"

Kami pun terkulai lemas dan tidak berapa lama sudah tidak ada suara apapun di dalam kamar kecuali desah napas yang berkejaran dan berangsur-angsur melemah. Tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra.

"Kini kakak percaya, ramai perempuan yang pasti kau puaskan di atas ranjang. Kau telah memberikan ghairah yang baru dalam hidup kakak".

Sebentar kemudian kami bersama saling membersihkan badan dan setelah itu ia mengenakan pakaiannya. Ketika ia sudah berpakaian lengkap kupandangi dia sambil menarik nafas panjang. Rasanya tak percaya kalau cikgu Linda yang bertubuh mungil, ini baru saja kusetubuhi dan ia meronta-ronta liar di bawah tubuhku.

Bersambung . . . . . .