Aku seorang laki-laki berumur 29 tahun dan sudah berkeluarga dengan satu anak. Saat ini aku tinggal di daerah pinggiran Jakarta dan berdekatan dengan kakak sepupu perempuanku.
Kakak sepupu perempuanku itu namanya Lastri, aku biasa memanggilnya Mbak Lastri. Usainya sekitar 35 tahun dan sudah mempunyai 3 anak. Mbak Lastri mempunyai badan sedikit besar tapi enak dilihat, kulitnya hitam manis dengan rambutnya yang dipotong pendek. Mbak Lastri orangnya sangat terbuka, kami sering mengobrol tentang hal-hal sex.
Sebenarnya sudah dari dulu aku sangat terobsesi untuk bisa menikmati tubuh Mbak Lastri meskipun dia terhitung masih saudara dekat, tapi entah kenapa keinginan itu tak bisa aku bendung bahkan kian hari semakin besar saja. Tapi semuanya itu hanya sebatas khayalan saja karena untuk berterus terang, pada saat itu aku rasakan sangat tak mungkin.
Sebenarnya keluarga Mbak Lastri pada saat itu sedang mengalami masalah karena suaminya ternyata kawin lagi dan telah mempunyai anak, suaminya pun sangat jarang ada dirumah, hal itu aku ketahui dari Mbak Lastri sendiri ketika dia mampir ketempat kerjaku untuk sekedar mengobrol.
Aku sangat suka cara berpakaian Mbak Lastri, dia selalu memakai pakaian yang ngepas di badan hingga lekuk-lekuk tubuhnya sedikit tergambar, bentuk pantat dan payudaranya yang menonjol membuatku semakin tergila-gila.
Suatu ketika waktu Mbak Lastri datang ketempatku, aku sedang sendiri karena satu anak buahku sedang nagih sedangkan yang dua pergi ke proyek. Saat itu aku sedang iseng main komputer.
"Sendirian aja Cen, yang lain pada kemana?" Tanyanya sambil melangkah masuk lalu duduk tak begitu jauh dari tempatku.
"Iya nih Mbak, yang lain lagi pada keluar. Dari rumah apa dari mana Mbak?" Jawabku sambil melihatnya.
Saat itu Mbak Lastri memakai baju semi kaos yang agak ketat sedangkan celana bahannya menempel ketat.
"Dari rumah, sengaja kesini, pusing dirumah melulu, lagi ngapain Cen?" Matanya memandang ke arah layar monitor komputer yang memainkan video clip musik, padahal sebelumnya aku sedang menonton BF.
"Lagi iseng aja Mbak," Aku melirik padanya, dan terlihat teteknya membusung karena dia duduk dengan menyandarkan punggungnya di kursi.
"Eh Cen kalau komputer bisa nggak buat nyetel film vcd?" Mbak Lastri bertanya.
"Ya bisa dong, apalagi film BF, bisa banget. Eh.. Mbak Lastri udah pernah belum nonton BF," Kuberanikan diri memancing pembicaraan yang agak ngeres.
"Ya pernah dong, kemarin aku baru nonton di rumah Bu Bambang, dia punya banyak lho vcd BF, kadang-kadang aku pinjem buat distel di rumah, tapi aku kurang begitu suka yang dibuat-buatnya keterlaluan, aku sukanya yang apa adanya," Jawabnya.
Ternyata Mbak Lastri doyan juga nonton BF, ini kesempatan buatku, untungnya aku punya banyak file porno di komputerku hasil dari ngedownload dari internet.
"Terus kalau habis nonton Mbak Lastri kepengen gituan gimana?, kan suami Mbak Lastri sekarang jarang di rumah,"
"Ya pusing lah terus uring-uringan apalagi kalau inget suamiku lagi ngelonin yang lain makin panas aja, paling-paling ya usaha sendiri aja,"
"Usaha sendiri gimana Mbak?" Tanyaku pura-pura nggak ngerti.
"Ya usaha sendirilah dari pada nggak ada pelampiasan. Ah kamu pura-pura nggak tahu. Eh Cen kamu punya nggak film gituan,"
Ahirnya tanpa kutawari Mbak Lastri malah meminta, ini yang aku tunggu-tunggu, nonton film porno bareng Mbak Lastri pasti asik, adapun akhirnya bagaimana aku tak memikirkannya yang penting tahap awal terlalui.
"Banyak Mbak, Mbak Lastri mau yang kaya gimana?" Aku menantangnya.
"Kalau ada sih yang pemainnya orang biasa-biasa aja yang bukan bintang film porno" Kata Mbak Lastri seperti menawar.
"Wah kayaknya selera kita sama Mbak, justru yang yang biasa-biasa aja yang banyak, soalnya saya juga nggak suka yang terlalu dibikin-bikin," Kataku mengiyakan keinginannya.
Kemudian ku buka file film pornoku, aku pilih yang ku anggap bagus lalu ku jalankan di komputer. Terlihat di layar seorang wanita seumuran Mbak Lastri dengan bentuk tubuh yang sepertinya juga sama sedang merayu lelaki muda. Setelah beberapa saat, dan film yang kustel semakin hot ku lihat Mbak Lastri begitu menikmati. Mbak Lastri menarik kursi yang didudukinnya agar lebih dekat ke layar monitor, yang berarti tubuh Mbak Lastri juga semakin mendekat pada tubuhku bahkan nyaris bersinggungan. Aku semakin menikmati keadaan yang terjadi meskipun saat itu aku tetap menunggu situasi ideal seperti yang aku impikan selama ini.
"Nah film seperti ini yang Mbak Lastri Suka, eh.. Cen gedein dikit dong volumenya, nggak enak kalau nggak denger suaranya," Pinta Mbak Lastri.
Aku menuruti keinginannya yang padahal keinginanku juga, semakin asyik rasanya kalau mendengar wanita mendesah-desah menikmati persetubuhan. Diluar hujan mulai turun hingga menambah semakin erotisnya saat itu.
"Mbak Lastri, saya sudah nggak tahan nih," Akhirnya aku beranikan diri untuk memulai.
Mbak Lastri tak menjawab hanya kulihat dia menarik nafas resah matanya tak lepas dari adegan yang terjadi di layar monitor.
"Enak kayaknya yah kalo lagi begituan aku diperlakukan seperti itu. Suami Mbak Lastri sih nggak pernah deh kayak gitu, biasanya langsung tancap aja, sebentar lalu udahan, tinggal aku yang pusing sendiri," Mbak Lastri berkata ngedumel, badannya selalu bergerak-gerak resah tak mau diam, mungkin hal itu berarti Mbak Lastri sudah terkontaminasi hal-hal erotis seperti juga yang kualami akibat dari adegan-adegan penuh nafsu yang kami tonton.
Sampai pada akhirnya tanganku kujamahkan pada tangannya, kuremas pelan sambil menunggu reaksinya. Setelah aku tahu tidak ada penolakan, lalu tangannya kubimbing ke arah pangkal pahaku dan kuletakan diatas kemaluanku dengan posisi telapak tangan Mbak Lastri menghadap kebawah dalam keadaan seperti akan mencengkram kemaluanku berharap Mbak Lastri melakukannya sendiri. Karena tidak tahan, tanpa menunggu lagi akhirnya kuremas-remaskan tangan Mbak Lastri pada kontolku.
Tapi apa yang terjadi selanjutnya, Mbak Lastri malah memasukan sendiri tangannya kedalam celanaku dan meraih isinya lalu meremas dan sesekali mengocok batang kontolku, ku rasakan juga ibu jarinya kadang-kadang mengelus-elus kepala kontolku terasa agak geli tapi semakin menambah tinggi libidoku. Dalam situasi seperti itu aku tak mau tinggal diam, ku tarik tubuh Mbak Lastri agar semakin dekat hingga seperti berpelukan dengan posisi tubuh Mbak Lastri agak miring didepan tubuhku, tanganku mulai meremas-remas teteknya dari luar bajunya. Setelah puas dari luar, kumasukan kebalik bajunya dan meremasnya meskipun masih tertutup BH.
Akhirnya tanganku menelusup ke balik BH nya, kurasakan sesuatu yang empuk dan kenyal terpegang. Aku meremasnya dengan agak geregetan, kuremas-remas teteknya bergantian kiri dan kanan tak lupa pentilnya kupelintir-pelintir. Nafas Mbak Lastri ku dengar semakin menderu sedangkan tangannya tetap meremas-remas kontolku, tapi kontolku sekarang sudah berada di luar karena Mbak Lastri telah melepas kancing dan menurunkan seleting celanaku.
"Cen kalau ada orang gimana?" Mbak Lastri bertanya dengan terdengar agak khawatir.
"Tenang aja Mbak anak-anak paling cepet sore nanti baru pulang, udah gitu kan lagi hujan," Aku coba menentramkannya.
"Kita pindah ke kamar aja yuk!" Mbak Lastri akhirnya mengajaku untuk pindah ke kamar yang terletak di ruangan sebelah, tempatku beristirahat kalau siang sedangkan kalau malam dipakai untuk tidur anak-anak.
"Ayo..!," Aku mengiyakan, lalu berdiri dan mengancingkan celanaku.
Mbak Lastri berjalan duluan menuju kamar sedang aku mematikan film yang masih berlangsung dimana beberapa saat tadi sudah tidak menarik lagi karena ada yang sesuatu yang lebih menarik yang aku lakukan bersama Mbak Lastri. Tak kumatikan kompoter lalu kususul Mbak Lastri ke kamar.
Sampai di kamar kulihat Mbak Lastri sudah berbaring di atas kasur masih dengan bajunya. Kututup pintu lalu berjalan mendekatinya dan langsung ku peluk tubuhnya. Kucium bibirnya sambil lidahku kumasukan kedalam mulutnya lalu dihisapnya, kemudian gantian lidahnya ku hisap-hisap. Ciumanku kini kuarahkan kelehernya, kuciumi lehernya dan kupingnya tercium wangi farfum yang menguap dari tubunya.
"Ah.. Sshh..," Mbak Lastri mendesis-desis ketika tangan kananku kumasukan kedalam celananya, lalu kuelus-elus belahan diantara pahanya yang kurasakan berbulu tapi tidak terlalu banyak. Jari tanganku menjepit-jepit dan mencubit-cubit kelentitnya kemudian kumasukan jariku kedalam lubang senggamanya kuputar-putar dengan gerakan maju mundur.
Kulihat Mbak Lastri semakin gelisah menahan nafsunya yang semakin tinggi terkadang keluar keluahan dari mulutnya seperti orang kesakitan tapi aku yakin itu karena kenikmatan yang sedang dirasakannya.
"Ah.. Cen Mbak Lastri suka nggak tahan kalau di pegang itunya aahh.. Mbak Lastri buka aja celananya ya!" Kata Mbak Lastri sambil membuka celana dengan cara mengangkat pantanya lalu menurunkan celananya, aku membantunya dengan menarik nya sampai terlepas dari kakinya, dan tampaklah sepasang kaki gempal dengan celana dalam warna merah mudanya yang masih melekat, menutupi setangkup daerah paling sensitifnya. Ku elus-elus kedua kaki Mbak Lastri lalu kuciumi pahanya bergantian menuju ke atas ke arah selangkangannya. Tanganku berpindah-pindah antara mengelus paha mulusnya dan meremas kedua bongkahan pantatnya kenyal.
Ciumanku semakin mendekati memeknya yang masih ditutupi celana dalam. Sampai di pangkal pahanya lidahku kusapu-sapukan mengelilingi daerah sekitar kemaluannya, kuciumi permukaan memeknya dari atas celana dalamnya, kemudian pelan-pelan kutarik CD nya dari arah belakang, sedangkan bibir dan lidahku tetap menciumi daerah sekitar selangkangannya. Setelah CD Mbak Lastri terlepas, tampaklah belahan memeknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak telalu tebal. Kupandangi sebentar, kuarahkan bibirku ke kemaluannya kuciumi dan kusapu-sapukan lidahku, sedangkan kelentitnya ku kenyot-kenyot dan kujepit dengan bibirku. Hidungku mencium aroma kemaluan Mbak Lastri yang unik membuatku semakin bernafsu.
"Memek Mbak Lastri wangi pake apa Mbak?" Tanyaku pada Mbak Lastri.
Mbak Lastri tak menjawab hanya desahan yang keluar dari mulutnya.
"Aahh.. Terus.. Ahh," Mbak Lastri mencercercau dan bergerak-gerak sedikit liar, terkadang pantatnya dinaikan keatas hingga kepalaku ikut terangkat, tangannya meremas-remas rambutku, terkadang menekan kepalaku ke arah kemaluannya. Lidahku kini kutusuk-tusukkan kedalam memeknya yang sudah berlendir hingga semakin basah bercampur dengan air liurku. Jari tanganku mengelus-elus lubang duburnya lalu kumasukan juga ke dalam vaginanya, kuputar-putar jariku dalam memek Mbak Lastri lalu kugerakkan maju mundur. Terkadang kelentitnya kutarik dan kukenyot-kenyot.
"Enak nggak Mbak?" Tanyaku sambil wajahku tengadah untuk melihat wajahnya.
Mata Mbak Lastri sedikit merem dan bibir bawahnya sedikit digigit.
"Heueuh enak banget Cen, Mbak Lastri belum pernah diginiin sama suami Mbak Lastri aahh.." Jawab Mbak Lastri.
Sambil terus menciumi vaginanya yang harum tanganku menulusup kebalik bajunya, kuangkat BH nya keatas teteknya. Kupegang dan kuremas-remas teteknya dan kupilin-pilin pentilnya bergantian.
"Cen buka dong bajunya!" Pinta Mbak Lastri padaku.
Kuhentikan kegiatanku, kulepas semua yang menempel di tubuhku, sementara itu Mbak Lastri juga melepas baju dan BH nya, dan sekarang aku dan Mbak Lastri sudah sama-sama bugil. Kupeluk lagi Mbak Lastri kuciumi bibirnya, kuremas-remas teteknya, kupermainkan vaginanya dengan cara memilin-milin kelentitnya dan memasukan dan memutar-mutarkan jariku didalamnya. Sementara itu tangan Mbak Lastri memegang, mengelus-elus dan terkadang mengocok kontolku yang sudah tegang.
Bersambung . . . .