Sore itu aku sedang menonton TV di kamar hotelku, ketika telepon berbunyi. Kuraih pesawat telepon yang terletak di meja samping ranjangku.
"Hallo Oom Robert. Ini Andi. Apa kabar?"
"Baik. Kamu sendiri bagaimana?"
"Lumayan. Kemarin Lolita cerita kalau ketemu dengan Oom di Tunjungan Plaza ya?"
Kamipun lalu berbasa-basi sejenak. Kuraih remote TV karena suaranya terlalu keras sehingga menggangu pembicaraan kami.
"Oom.. Saya ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Boleh saya mampir?"
"Of course. Ada apa sih?" tanyaku sedikit khawatir. Jangan-jangan Lolita cerita tentang kejadian kemarin.
"Nanti aja deh saya cerita. Jam 5 nanti saya ke hotel ya" jawab Andi di seberang sana.
Sekitar jam 5.15, terdengar bunyi bel pintu di kamarku. Seperti kuduga, ternyata Andi, suami Lolita keponakanku yang datang.
"Masuk Di"
"Makasih Oom".
Kamipun kemudian berbasa-basi menanyakan kabar masing-masing. Tak lama akupun bertanya maksud sebenarnya kedatangan Andi.
"Begini Oom. Mungkin Lolita sudah cerita tentang keadaan saya. Saya datang untuk minta bantuan Oom."
"Bantuan apa Di?" tanyaku walaupun sebenarnya aku sudah bisa menebak arah pembicaraannya.
"Jangan tersinggung ya Oom. Kita minta supaya Oom sewaktu-waktu jadi suami pengganti buat Lolita"
"Maksudmu?"
"Oom kan tahu. Saya tidak bisa memenuhi kebutuhan seks Lolita karena penyakit saya. Mungkin Oom Robert berkenan memenuhinya."
Andipun kemudian bercerita lebih lanjut, bahwa telah beberapa bulan Lolita memintanya untuk mencari lelaki untuk memuaskan birahinya. Karena ia sangat menyayangi istrinya dan takut bila Lolita menuntut cerai, iapun terpaksa menyanggupi. Tetapi sampai saat ini, dia belum mendapatkan yang cocok.. Kemarin setelah bertemu denganku, Lolita meminta suaminya untuk menanyakan kesediaanku untuk menjadi pemuas birahinya.
"Tolong ya Oom. Kasihan istri saya. Dia masih muda. Please ya Oom. Dia mengancam akan panggil gigolo atau bahkan akan menceraikan saya bila saya gagal membujuk Oom" Andi setengah merengek memintaku untuk meniduri istrinya yang cantik itu.
Akupun terdiam. Dalam hati aku heran mengapa selalu saja wanita memandangku sebagai pemuas nafsu mereka. Entah ini berkah atau kutukan bagiku.
"Ok deh. Ini karena saya kasihan saja sama kalian." jawabku
"Terimakasih ya Oom. Nanti malam jam berapa saya ajak Lolita ke sini?"
"Jam 8 deh" sahutku.
Andipun kemudian pamit meninggalkan kamarku.
*****
Jam 7.45 mereka telah tiba di kamarku. Lolita tampak cantik malam itu menggunakan gaun malam terusan yang memamerkan pundaknya yang putih mulus.
"Saya tinggal ya Oom" kata Andi sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Jangan. Kamu tetap di sini saja. Siapa tahu kamu sembuh nanti setelah melihatku menyetubuhi istrimu" perintahku.
Sudah kepalang tanggung, pikirku. Akupun harus menikmati malam ini. Menyetubuhi istri orang di depan suaminya adalah salah satu favoritku. Lolita tampak kaget mendengar permintaanku itu, tetapi dia tetap diam tak menyuarakan penolakannya.
Kuhampiri Lolita yang duduk di tepi ranjang. Akupun kemudian duduk di sampingnya.
"Nggak apa khan sayang.. Kalau suamimu nonton" tanyaku sambil mengelus-elus pundaknya yang halus.
"Ng.. Nggak" jawabnya agak gugup dan wajahnyapun memerah menahan malu.
"Tuh Di, nggak apa kok. Sudah kamu duduk aja yang manis di situ. Oom akan mulai memuaskan istrimu OK?" kataku pada Andi.
Andipun menurut, dan duduk di kursi menatap ke arah dimana istrinya dan aku berada. Kumulai menciumi pundak Lolita yang mulus. Kemudian dengan lidahku kutelusuri lehernya yang jenjang.
Lolita mulai mengerang ketika sambil kujilati lehernya, tanganku mulai merabai buah dadanya. Kuremas rambutnya dan kutarik wajahnya ke arahku sehingga akupun dapat melumat bibirnya dengan penuh gairah. Lolitapun nampak bernafsu sekali menciumiku. Lidahku yang menerobos ke dalam mulutnya, dikulumnya dengan gemas. Sementara tanganku yang mengusap-usap dadanya, merasakan puting buah dada itu mulai mengeras.
"Sekarang aku akan menghisap buah dada istrimu. Kamu perhatikan baik-baik ya" kataku pada Andi yang menatap tak berkedip.
Aku turunkan perlahan tali gaun malam Lolita, sehingga buah dadanya yang kecil tapi padat itu nampak. Langsung kuterkam buah dada itu, kuhisapi dan kujilati putingnya. Erangan Lolita makin keras terdengar memenuhi ruangan kamarku.
"Enak.. Oom.. Ahh.." desah Lolita sambil tangannya semakin menekan kepalaku ke buah dadanya.
Kujilati dan kuhisap buah dada keponakanku yang cantik ini sepuasnya. Sesekali sambil menjilati puting buah dada Lolita, aku melirik ke arah Andi, suaminya.
Setelah puas memainkan buah dadanya, aku membetulkan kembali tali gaun malam Lolita. Kemudian aku bangkit berdiri di depannya. Kulepas dengan segera semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat berdiri di depan Lolita, istri Andi yang cantik itu. Tampak mata Lolita sedikit terbelalak melihat ukuran kemaluanku yang mencuat di depan wajahnya.
"Seperti ini yang kamu inginkan Lit?" tanyaku.
"Iya Oom.. Lita suka yang besar dan keras seperti ini.." jawabnya.
Tangannya yang halus mulai mengocok kemaluanku perlahan.
"Kamu dengar Andi? Istrimu suka kontol yang besar dan keras. Kamu harus rajin berobat ya." kataku melantur.
"Sekarang aku akan minta istrimu menghisapi kontolku. Kamu tidak keberatan khan?" tanyaku lagi.
"Gimana keberatan nggak? Kalau keberatan kita sudahi saja" kataku lagi karena Andi belum menjawab.
"Nggak Oom" jawabnya lirih.
"Bagus kalau gitu." kataku sambil tersenyum menatapnya.
"Ayo sayang.. Kamu mulai hisap barang Oom ya" kataku pada Lolita, sambil menaikkan kedua tanganku ke atas pinggang. Rasa hangat mulai kurasakan ketika kemaluanku mulai masuk menyesaki mulut Lolita keponakanku ini.
Kuremas-remas rambutnya dengan sebelah tanganku, sementara tanganku yang lain masih berkacak pinggang.
"Ups.. Sorry suamimu nggak kelihatan tuh" kataku sambil menarik keluar kemaluanku dari mulut Lolita. Akupun memposisikan tubuhku agak menyamping, sehingga Andi dapat melihat dengan jelas adegan kami.
"Gimana Di? Sekarang kelihatan khan? Kamu bisa lihat istrimu dengan jelas?" tanyaku retoris. Kembali kujejalkan kemaluanku dalam mulut Lolita. Lolitapun dengan bernafsu mengulumi dan menjilati kemaluanku.
Aku masih berkacak pinggang sambil sesekali menoleh ke arah Andi. Dia tampak berusaha menahan perasaannya melihat istrinya tercinta sedang menyedoti kemaluan besar lelaki lain. Sementara Lolita masih dengan penuh gairah memainkan kemaluanku dengan mulutnya yang hangat.
"Ehmm.. Ehm.." desah Lolita sambil terus menghisapi kemaluanku.
Jemari tangannya yang lentik dengan perlahan mengocok batang kemaluanku. Memang kasihan keponakanku ini. Sebagai wanita cantik sudah beberapa lama ia tidak bisa menyalurkan hasrat seksualnya.
"Di, aku akan keluar di dalam mulut istrimu. Is it Ok? " tanyaku lagi menggoda Andi.
Dia masih asyik menatap istrinya yang sedang mengulum kemaluanku dengan penuh nafsu. Kupandang kebawah, dan tampak wajah cantik Lolita yang sedang mengulumi kejantananku. Tangannya yang halus sedang mengusap-usap buah zakarku.
"Look at me.." perintahku.
Lolitapun melihat ke atas dan menatapku dengan tatapan nakal menggoda. Tak tahan lagi aku dibuatnya.
"Ahh.." erangku ketika aku berejakulasi di dalam mulut Lolita, keponakanku yang cantik ini. Lolita dengan rakus menelan semua cairan ejakulasiku, dan menjilati sampai bersih yang masih tertinggal di kemaluanku.
"Luar biasa istrimu, Di. Enak sekali hisapannya" kataku sambil tersenyum puas. Kulihat Lolita sedang mengusap bibirnya dengan tisu, dan kemudian beranjak ke toilet.
*****
Akupun kemudian beristirahat sejenak sambil menonton TV di sofa.
"Gimana Di.. Kamu bisa ereksi nggak lihat yang tadi?" tanyaku.
"Sedikit Oom.." jawabnya.
"Ya.. Semoga cepet sembuh deh.. Sayang lho istri cantik nggak dipakai" jawabku.
Lolita kemudian duduk disampingku di sofa. Tak lama kamipun telah kembali berciuman. Tangannya yang halus kembali dengan lembut mengusap-usap barang kesukaannya.
"Lita hisap lagi ya Oom.. Biar cepet naik" pintanya.
"Minta izin dulu dong sama suamimu" jawabku menggoda.
"Iih Oom Robert.. Mas Andi.. Boleh ya aku hisap kontolnya Oom Robert?" tanyanya manja.
Andi yang duduk di sampingku hanya mengangguk pasrah. Lolitapun kemudian berlutut di depanku, dan mulai melingkarkan bibirnya di kepala kemaluanku. Karena kemaluanku belum ereksi, maka hampir semuanya masuk dikulum mulut keponakanku ini.
Tak lama, kemaluankupun semakin membangkak, dan mulut Lolitapun mulai kewalahan menampung besarnya kejantananku ini. Setelah penuh ereksi, hanya sepertiga bagian saja yang bisa dikulumnya, sementara tangannya mulai mengocok sisanya.
"Di... rasanya sekarang waktunya aku menyetubuhi istrimu. Kamu nggak berubah pikiran khan?" tanyaku sambil tersenyum.
Andipun menggelengkan kepalanya. Langsung kutarik tubuh Lolita, dan diapun berdiri untuk kemudian duduk dipangkuanku. Kuciumi lagi bibirnya, dan kemudian kuturunkan tali gaun malamnya.
"Ayo buka saja sayang" kataku.
Lolitapun kemudian membuka gaun malamnya, sehingga hanya celana dalam G-string yang masih dikenakannya. Kembali dia menaiki tubuhku, dan diapun menyibakkan celana dalamnya untuk kemudian mengarahkan liang vaginanya ke kemaluanku.
Rasa nikmat menjalar ketika secara perlahan liang vagina Lolita menjepit ketat kejantananku. Kemudian Lolitapun dengan bernafsu memompa tubuhnya di atas kemaluanku.
"Ohh.. Ohh.. Fuck me.. Fuck me.." racau Lolita menahan nikmat.
Kupegang pinggangnya yang ramping, dan kupompa juga tubuhnya dari bawah. Suara sofa yang bergoyang serta erangan Lolita membuatku makin terangsang. Sesekali kuhisap buah dadanya dan kuremas-remas pantatnya.
"Oohh.. Faster.. Faster.. Ya.. That's right.. Oohh.. Faster.. Faster.." erang Lolita mendaki bukit kepuasan birahi.
Tak lama tubuh Lolitapun mengejang dan iapun menjerit ketika mendapatkan orgasmenya. Akupun semakin cepat memompa tubuhnya yang masih menggelinjang-gelinjang dalam dekapanku, dan akhirnya akupun menyemburkan ejakulasiku dalam vagina keponakan cantikku ini.
*****
"Terimakasih ya Oom" kata Lolita manis. Tampak wajahnya bersinar-sinar setelah melampiaskan nafsunya yang terpendam selama ini.
"Ya.. Sama-sama," jawabku
"Nanti kalau ke Surabaya lagi, mampir tengokin Lita lagi ya"
"OK deh.. Kamu juga kalau ke Jakarta telepon Oom ya".
Lolita kemudian berpaling ke suaminya.
"Thanks ya Mas Andi... mau memenuhi kebutuhan Lita" kata Lolita sambil mencium mesra Andi suaminya.
Merekapun kemudian pamit pulang.
"Permisi ya Oom. Terimakasih atas bantuannya"
"Ok Andi. Semoga cepat sembuh ya. Sorry lho ya, kalau kata-kataku menyinggung kamu. Maksudku sih supaya kamu bisa lebih terangsang dan cepat sembuh"
"Iya Oom. Andi ngerti kok"
Setelah mereka pulang, akupun kemudian menuju kamar mandi untuk mandi air hangat. Enak sekali tubuhku saat itu. Setelah menahan birahiku yang belum tuntas saat bermesraan dengan sekretaris Pak Joko pagi tadi, akhirnya kesampaian juga bersetubuh dengan wanita secantik Lolita. Sayang besok aku sudah harus kembali ke Jakarta karena ada meeting dengan klienku. Tetapi mungkin aku akan sering mengunjungi kantor cabangku di Surabaya ini. Tentu saja ini adalah alasan yang paling baik untuk mengunjungi Lolita, keponakanku yang cantik.
Tamat