Lanjutan cerita dari cerita tante girang sebelumnya, Ngentot bu Dewi
Aku mendengar kabar kalau suaminya Bu Dewi sedang bepergian keluar kota. Seketika aku punya ide untuk memuaskan hasratku malam ini. Rumah Bu Dewi tidak jauh dari rumahku. Hanya berbeda gang saja. Malam itu, tepat pukul 8, aku bersiap pergi ke rumahnya. Aku membawa tas yang berisi perlengkapan untuk mengerjainya.
Sesampainya di rumahnya, aku memencet bel yang ada di pagar rumahnya. Keluarlah Bu Dewi, memakai daster dan jilbab kausnya. Ia agak kaget dengan kedatanganku. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia tidak senang dengan kedatanganku.
“Buka pintunya dong” kataku menyeringai.
“Mau apa lagi kamu?” tanyanya dengan ketus sambil membuka pintu pagar.
“Pake nanya, ibu sudah tahu kan?” jawabku.
Aku pun masuk ke dalam, pintu pagar langsung ku kunci dengan gembok yang kubawa dari rumah.
“Heh” bentaknya.
“Apa sih? Nurut aja deh” kataku.
Aku masuk ke ruang tamu. Ketika masuk, aku kaget, ternyata ada orang lain di rumah ini. Aku tahu kalau Bu Dewi punya anak, namun masih berumur 5 tahun. Tapi yang kulihat adalah wanita berjilbab berumur sekitar 25 – an. Wajahnya cantik, berkulit putih, pantat dan payudaranya masih kencang. Menurutku ia masih perawan. Ia sedang menonton tv, ketika melihat kedatanganku, ia langsung masuk ke kamarnya.
“Itu siapa?” tanyaku.
“Adik saya, namanya Dina, awas kalau kamu macam – macam sama dia” ancamnya.
Aku mengangguk, namun pikiranku mulai berjalan mencari ide bagaimana caranya supaya aku bisa menikmati tubuh indahnya. Aku langsung menarik Bu Dewi ke teras rumah. Ku remas kedua payudaranya, ternyata ia tidak memakai BH, lalu kucium bibir manisnya.
“Mmmmmhhhhhh” erangnya.
Tanpa basa – basi, kudorong ia sampai jatuh telungkup, kuangkat pantatnya sehingga posisinya menungging sekarang. Kuangkat dasternya sampai pantat, dan kubuka celana dalamnya. Kuusap pantat putihnya.
“Bu, aku udah ga tahan nih” kataku.
Pintu pagarnya amat tinggi, sehingga aku berani menyetubuhinya di teras.
Dia hanya bisa terdiam. Kusumpalkan celana dalamnya ke mulutnya supaya erangannya nanti tidak terdengar sampai ke dalam. Kukeluarkan kontolku yang sudah mengeras. Langsung kumasukkan ke dalam memeknya. Sleeppp.
Terasa kesat, karena memeknya belum terlalu basah. Kukeluarkan kontol mainan yang kubawa dan kusodokkan ke anusnya.
“Mmmmmmhhhhhh” erangannya tertahan celana dalam di mulutnya.
“Mantap banget memeknya ibu” kataku.
Kusetubuhi dia sambil kuremas – remas kedua payudaranya. Memeknya terasa agak basah, 5 menit kemudian ia orgasme. Kontolku terasa hangat karena semburan cairan orgasmenya. Itu membuat kontolku semakin lancar memasuki memeknya. 10 menit kemudian aku orgasme.
Crooottttt crooootttt. Kumuncratkan spemaku ke dalam memeknya.
“Mmmmmmhhhhh” erangnya.
Kupeluk tubuh indahnya dari belakang. Kusetubuhi wanita berjilbab ini untuk kedua kalinya. Kucabut kontolku, kukeluarkan chloroform yang kusiapkan untuk jaga – jaga. Kusekap Bu Dewi sampai dia pingsan. Kuseret dia ke dalam garasi. Kontol mainan tetap kusumpalkan di anusnya. Aku pun masuk ke dalam rumah.
Kuhampiri kamar Dina dan kuketuk pintunya. Sesosok wanita cantik membuka pintu dengan jilbab putihnya. Langsung kusekap dia dengan chloroform. Tidak lama kemudian, ia pingsan. Tubuhnya yang seksi hanya terbungkus daster merah tipis.
“Beruntung juga aku malam ini, dapet perawan ting ting” kataku.
Kulucuti dasternya sehingga hanya tersisa jilbab, BH, dan celana dalam. Melihat wanita jilbab setengah bugil membuat kontolku tegang kembali. Kubuka BH dan celana dalamnya. Payudara putih mulus dengan puting berwarna pink mengacung terpampang di depanku. Memeknya ternyata tidak ditumbuhi bulu sedikitpun. Memeknya masih rapat menandakan ia masih perawan.
Kusedot payudaranya dan kupilin – pilin putingnya.
“Mmmmmhhh” erang Dina.
Aku kaget, kukira ia terbangun, tapi ternyata tidak. Jadi kulanjutkan aksiku. Sekarang kumain – mainkan klitorisnya. Dina mengerang tanpa sadar. Aku sudah tak sabar lagi, jadi langsung kukeluarkan kontolku dan kucoba memasukkannya ke dalam memek perawan yang sudah mulai basah karena permainanku tadi.
Agak susah karena memeknya masih rapat, namun kupaksa dan berhasil. Darah segar mengalir di kontolku menandakan bahwa Dina benar – benar perawan. Setelah kupaksa lebih kuat, akhirnya seluruh kontolku masuk ke memeknya. Mulai kukocokkan kontolku di memeknya. Kontolku serasa dipijat oleh memek Dina yang masih rapat.
“Mantep ni perawan” kataku.
“Mmmmmmhhhhhh” erang Dina tanpa sadar.
Memeknya menjadi basah yang menandakan ia orgasme. Aku pun bertambah semangat mengocokkan kontolku di dalam memeknya. Tidak lama kemudian spermaku muncrat di rahimnya.
Croootttt croootttt.
Kucabut kontolku dan kukeluarkan kamera digital yang kubawa di dalam tas. Ku foto Dina yang bugil namun tetap memakai jilbab putihnya. Ku foto close up memeknya yang menjadi agak lebar dengan sperma yang mengalir keluar. Tidak lupa ku foto anusnya dan kucolokkan dua jariku ke dalam anusnya dan kukocok sebentar anusnya.
Kucium memeknya sebagai tanda perpisahan. Dan kutulis pesan yang berisi bahwa kalau Bu Dewi atau Dina berani melaporkannya kepada siapapun, maka semua foto bugil Dina dan foto perselingkuhan Bu Dewi akan kusebarkan. Sebelum pergi, kukencingi sekujur tubuh Dina begitu juga jilbabnya. Aku pun pulang dengan perasaan puas dan lega.
Masih bersambung kok, tenang aja, tunggu sambungannya... sabar ya...