House 121 - 5

Bookmark and Share
Laki-laki tersebut tersenyum memandangku, "Dik Tony jadi terangsang yah," ucapnya tersenyum.
"Bapak suka dengan kontol Dik Tony ini, sudah besar, panjang, bengkok. Bengkoknya ini yang Bapak suka, Bapak jarang mendapatkan kontol yang seperti ini," ucap Pak Arnan, yang memegang kontolku.

Laki-laki tersebut memasukkan kontolku ke dalam mulutnya, mengisap-isapnya, mengemut-emutnya.

"Akhh.." desahku
"Saya sudah tak sanggup lagi Pak, tolong jangan lakukan," ucapku.
"Jangan khawatir sayang, jangan khawatir," ucap Pak Arnan, namun terus melakukannya.

Batang kontolku terus diisap-isap, dijilati, biji totongkupun di emutnya dan beralih ke kontolku lagi. Mulutnya menarik-narik batang kontolku, seperti anjing menarik-narik daging. Akhh.. Aku tidak tahan, hingga kakiku mengejang, laki-laki tersebut menghentikan permainannya, memandangku, dan melepas kontolku dari mulutnya, aku tahu laki-laki tersebut menelan mani yang ku keluarkan. Pak Arnan mengelap kontolku lagi. Pahaku mendapat giliran, diusap-usapnya dengan handuk hangat, hingga pantat, dan lubang pantatku di usap-usapnya, hingga akhirnya laki-laki tersebut menyelesaikan pekerjaannya, meletakkan baskom kecil tersebut di atas meja.

Pak Arnan membuka celana pendeknya, laki-laki tersebut tidak memakai kolor lagi, berjalan ke arah ku menaiki ranjang, mendekatiku, hingga tepat kontolnya berada di depan mukaku. Pak Arnan menggenggam kontolnya yang besar dan panjang itu mengarahkan ke mulutku, dia menyuruh untuk mengisap kontolnya seperti yang dilakukannya terhadap kontolku. Dengan pelan aku telan kontol laki-laki tersebut.

"Isap-isap, emut-emut, sayang," ucap Pak Arnan.

Aku melakukannya, kujilati juga batang kontolnya seperti yang dikatakannya. Perasaan jijik aku belakangkan. Kontol Pak Arnan kembali memasukan kontolnya ke dalam mulutku dan menekan pantatnya, kontolnya masuk lebih dalam, laki-laki tersebut menyodok-nyodok mulutku dengan totongnya.

"Akh.. Akhh.. Akhh," desahnya merasakan kegelian. Pak arnan mengentot mulutku, hingga desahannya yang panjang membuat dia menghentikan gerakannya, aku merasakan maninya masuk dalam mulutku, mau muntah rasanya aku. Laki-laki tersebut mengeluarkan kontolnya dari mulutku, aku langsung meludah keranjang mengeluarkan maninya dari dalam mulutku. Pak Arnan tersenyum, dan mencumbu bibirku, laki-laki tersebut melumat bibirku, memasukan lidahnya ke dalam mulutku, saat itu Bang Nainggolan keluar dari pintu kamar mandi.

Bang Nainggolan mengelus punggung Pak Arnan, laki-laki tersebut membalas dengan mengelus-elus tangan Bang Nainggolan, dan turun dari ranjang memegang kontolnya, Bang Nainggolan jongkok menyambut kontol Pak Arnan dan langsung menelannya, Akhh.. Terdengar desahan kuat Pak Arnan, dan desahan suara kencing Pak Arnan terdengar masuk ke dalam mulut Bang Nainggolan, kontol Pak Arnan dikeluarkan sedikit dan kelihatan dari lubang totongnya, mancur air kencing berwarna putih, dengan enaknya Bang Nainggolan menampung air kencing Pak Arnan dengan mulutnya.

"Akhh, desah Pak Arnan, memutar kepalanya dengan cepat, sehingga keringatnya bercipratan. Pak Arnan menaiki ranjang, menungging dengan pantatnya ke atas, mulut laki-laki tersebut menjamah kontolku, sementara Bang Nainggolan memasukan kontolnya ke dalam lubang pantat Pak Arnan dan menyodominya. Tubuh Pak Arnan maju mundur sambil terus membetot totongku.

Pak Arnan menyuruhku menyodomi Bang Nainggolan, hingga kulampiaskan juga nafsu ku pada laki-laki tersebut, perasaanku yang marah padanya, sehingga aku melakukannya. Pak Arnan memintaku untuk menyodominya lagi, akh.. Ternyata begitu enaknya kurasakan, hingga entah beberapa kali maniku keluar yang kadang kala di telan Bang Nainggolan atau Pak Arnan. Hari itu kami bertiga saling melampiaskan nafsu sesama lelaki. Kami bertiga merasa kelelahan, hingga istirahat untuk makan dan tidur. Malam hari Pak Arnan mencumbuku lagi, aku pun tanpa malu-malu lagi membalas cumbuannya, menciuminya, menjilati tubuhnya yang berbulu, menelan kontolnya, mengisap-isapnya, mengemutnya, hingga laki-laki tersebut menyemprotkan maninya ke dalam mulutku. Sementara Bang Nainggolan mengocok-ngocok kontolku dengan mulutnya. Betapa senangnya Pak Arnan, ternyata aku tunduk dengan permainannya.

Dua hari aku tidak berangkat kuliah, terkurung di kamar dengan kedua laki-laki ini yang tidak henti-hentinya mengentot, bercumbu, mengocok-ngocok kontol dengan mulutnya, menelan air mani dan entah apa lagi berikutnya.

Hari itu aku Pak Arnan memutar kaset yang ternyata kaset kami sedang melakukan sodomi, aku melihat begitu bernafsunya mencumbu Pak Arnan dan Bang Nainggolan, menciumi, menjilati dada Pak Arnan yang berbulu, mengisap-isap kontol Pak Arnan dan Bang Nainggolan, menyodomi Pak Arnan dan Bang Nainggolan dan kedua laki-laki tersebut juga sama dengan halnya aku, kami terus melampiaskan nafsu kami. Akh, ternyata permaianan kami direkam Pak Arnan, hancurlah hidupku jika kaset ini tersebar, di lihat orang-orang terdekatku. Pak Arnan tersenyum, mencium bibirku.

"Bapak tahu apa yang sedang kamu pikirkan, tenang Bapak tidak akan membuat masa depanmu menjadi suram karena kaset ini, ini menjadi rahasia kita, selagi kamu tidak menentang Bapak, Dik Toni akan aman saja dan justru Bapak menawarkan Dik Tony untuk tinggal bersama Bapak," ucap laki-laki tersebut.

Bagiku itu merupakan ancaman yang jika aku tidak menuruti kemauannya akan berakhirlah hidupku. Pak Arnan kembali mencumbuku, mengajak bermain lagi, yah.. Apa boleh buat akupun melayaninya agar tidak terjadi hal yang menyebabkan masa depanku rugi, yang pasti permainan inipun akan di shoot dengan kamera tersembunyi yang letaknya entah dimana.

Akhirnya aku diijinkan untuk keluar dari rumah Pak Arnan setelah 4 hari disekapnya di dalam kamar untuk memuaskan nafsunya dan Bang Nainggolan, dan kupikir nafsuku juga, namun aku tidak menginginkan, aku adalah laki-laki normal. Aku berniat untuk pulang ke kampung, menenangkan pikiranku dahulu, Akhh.. Rumah yang membawa kesialan bagiku, aku menatap rumah Pak Arnan cukup lama.

"Datanglah ke sini, menemuai Bapak, Bang Nainggolan dan Noni," ucap Pak Arnan saat aku pamit.

Dengan uang saku yang diberikan Pak Arnan dengan jumlah yang sangat cukup bahkan lebih untuk menempuh perjalanan ke kampung. Aku sudah tiba di terminal Amplas, membeli tiket tujuan Kampungku. Akh, aku berfikir mungkin bukan aku saja korban Pak Arnan, entah berapa banyak laki-laki yang sepertiku yang telah menjadi korbannya dan siapa berikutnya?

Pak Arnan bergelut di ranjang bersama Noni, laki-laki tersebut terus mencumbu bibir perempuan cantik tersebut sementara pantatnya naik, turun, kontolnya menyodok-nyodok lubang pepek Noni dengan gencar dan cepat, desahan, desahan lembut Noni terdengar menikmati permaian Pak Arnan.

"Enak, enak.. Nikmat.. Nikmat Pa, lagi.. Lagi.. Teruskan, akhh.. Akhh.. Akhh," desah Noni.

Pak Arnan menghentikan permainannya saat mendengar bunyi bel berkali-kali, mengajak Noni turun dari ranjang, dan mereka berjalan menuju sofa di depan ranjang tersebut, Noni duduk di atas pangkuan Pak Arnan yang menyambut bininya tersebut dan memeluknya, pandangan mereka ke monitor TV di depan, kelihatan jelas di monitor TV 29" tersebut Bang Nainggolan bersama 3 laki-laki berdiri di luar pagar. Pak Arnan tersenyum.

"Kamu suka dengan mereka, sayang?" tanya Pak Arnan memegang dagu Noni, perempuan tersebut menatap ke layar TV lagi, "Ketiganya tampan-tampan Pa, dengan badan yang kekar, dan cukup jantan. Laki-laki yang tinggi dan berbadan padat berisi tersebut pasti bisa memuaskan Papa," ucap Noni.

Pak Arnan tersenyum, mencium bibir Noni, mereka bercumbu sesaat, Pak Arnan mengulum bibir perempuan cantik tersebut.

"Papa akan mempersiapkan kebutuhan mereka," ucap Pak Arnan bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu yang terletak disebelah kirinya, membuka pintu engkolnya, laki-laki tersebut menghidupkan lampu di ruangan yang cukup luas tersebut, menekan tombol power komputer dan Pak Arnan mengambil 3 bingkai photo 10 R dari laci dan memasangnya ditembok sebelah kiri ruangan tersebut.

"Sebentar lagi, akan menyusul pasanganmu," ucapnya sambil tersenyum. Pandangan laki-laki tersebut beralih ke photo Tony dalam keadaan berdiri telanjang bulat dan tertawa memperlihatkan giginya yang putih terpampang dan sudah terbingkai dengan bagus dan rapi, bingkainya pun beda dengan bingkai photo-photo yang lain yang jumlahnya puluhan, semuanya sama terenyum, dengan posisi berdiri dan telanjang bulat, kesemuanya adalah laki-laki yang jantan, tampan dan masih muda. Di bagian bawah tertulis nama lengkap mereka.

"Apa khabar Dik Tony?" ucap Pak Arnan, menyentuh photo tersebut tepat pada kontolnya, tangan Pak Arnan beralih ketulisan nama yang dengan jelas terbaca Ir. Tony. Laki-laki tersebut memeriksa kedua pintu yang letaknya bersampingan, pintu dimana menuju ruang kamar kost yaitu kamar 1 dan kamar 2. Terkunci, laki-laki tersebut mematikan lampu sebelum keluar dari ruangan tersebut.

Pak Arnan mendekati Noni yang masih duduk di sofa, "Kita lanjutkan permainan kita Ma? Mereka bisa menunggu," ucap Pak Arnan, Noni menyambut tangan Pak Arnan dan mereka berdua menuju ranjang dengan tersenyum..

Tamat