Sebelumnya, salam kenal bagi para 17ers. Tulisan ini berawal dari rasa ketidak puasan terhadap apa yang telah saya baca di sini. Karena yang banyak update hanya beberapa kategori saja, sedang yang lainnya jarang update (termasuk kategori ini).
Dan sebetulnya saya sendiri cukup bingung untuk memasukkan tulisan ini dalam kategori apa, tapi kategori ini salah satu yang sangat saya sukai.
*****
Cerita ini terjadi ketika saya masih di kelas 3 SMU di Bandung. Sebetulnya saya menyadari bahwa ada kecenderungan yang berbeda pada diri saya sejak saya masih kecil. Tapi saya tidak merisaukannya. Selama tidak kita eksplor, kecenderungan itu tidak akan membahayakan. Tapi saya sangat menyukai hal ini. Ini adalah pengalaman nyata.
Saya bisa di bilang berasal dari keluarga yang cukup mampu, dan banyak yang bilang kalau saya cukup tampan, karena banyak cewek yang naksir (itu kata temen cewek saya pada saya bila ada temannya yang naksir pada saya) tapi biasanya itu baru mereka katakan setelah lama berlalu, jadi saya tidak menangapi, lagian saya termasuk orang yang rada pendiam dan cenderung pemalu sama cewek.
Di sekolah, saya cukup terkenal, baik karena saya bisa dibilang kece' (itu bahasa yang sering digunakan waktu itu) maupun karena ortu gue yang cukup dikenal dikalangan mereka dan ortu mereka, karena kebanyakan ortu saya adalah atasan ortu mereka. Tapi saya tidak sombong dengan hal itu, karena saya punya teman dan sahabat dari semua kalangan, walaupun pada awalnya saya sering dibilang sombong karena sifat pendiam saya.
Waktu itu saya di comblangin dengan seorang cewek, yang saya tahu sudah suka sama saya sejak SMP (kami satu SMP). Pada awalnya saya kurang setuju, karena itu cewek bukan type saya (saya suka cewek cantik, sexy, putih dan rambut panjang), sedang dia walaupun tidak bisa dibilang cantik, biasa sajalah, tapi sepertinya punya daya tarik sendiri kalau kita sudah mengenalnya (entah apa), mungkin matanya yang indah, kulitnya hitam manis dan rambutnya pendek cenderung cepak, tapi berhubung yang nyomblangin sahabat gue sendiri yang pacaran sama sobatnya itu cewek, akhirnya aku mau diajak kerumah itu cewek, Widi namanya, dengan alasan pinjam buku, komik.
Singkatnya lama-lama kami saling suka karena sering ngobrol, curhat, aku berani bilang suka sama dia karena aku yakin nggak bakal ditolak, karena dia memang aku tahu sudah suka sama aku sejak dulu. Dan karena itu aku jadi merasa punya kuasa dan pegang kendali terhadapnya, walaupun dia agak tomboy tapi kalau sama aku dia nggak pernah ngelawan, mungkin karena perhatianku padanya, sedang dia sangat kurang kasih sayang, karena selama ini dia tinggal dengan tantenya sejak kecil, sedang ortunya ada di luar jawa.
Seperti yang aku ceritakan di awal, bahwa aku merasa ada yang berbeda dengan diriku, yaitu aku suka lihat cewek sexy, dan aku ingin cewekku juga terlihat sexy jika jalan denganku. Tapi caraku mungkin agak berbeda, karena yang aku lakukan sepertinya lebih cenderung memintanya memamerkan kesexyannya di public. Dan itu sangat membuat aku horny. Walaupun aku melakukanya dengan bertahap, dan tidak vulgar.
Pada awalnya, seperti bisanya orang pacaran, jika aku datang ke rumah Widi malem minggu aku mengajaknya bercumbu, ciuman, bibirnya lembut, nafasnya harum, lama-lama aku berani memintanya melepaskan branya, agar aku bisa mencumbunya dengan lebih bernafsu, dan sepertinya dia juga suka dengan belaianku itu, karena jika dia menuruti kemauanku dia merasa aku makin sayang padanya. Dan itu benar, karena saat dia mau untuk tidak memakai Bra, aku merasa dia sangat sexy, dan aku suka melihat gadis sexy, sehingga aku juga memperlakukanya dengan lembut. Lama kelamaan, aku memintanya agar jika aku datang kerumahnya kapanpun, agar dia tidak usah memakai BH. Dan dia menurutinya, setiap aku datang dia selalu hanya memakai kemeja, kaos atau apapun itu tanpa memakai BH, yang pada intinya memudahkan aku melihat payudaraya yang tidak begitu besar tapi indah, dengan putingnya yang mengarah ke atas.
Memang aku sering memintanya untuk tidak mengancingkan seluruh kancing bajunya, sehingga aku bisa melihat keindahan dan sexy-an tubuhnya, bahkan terkadang hanya tinggal satu kancing saja yang masih terpasang. Dan bila ada orang datang atau orang rumah lewat, dia hanya menutupi dadanya dengan bantal kursi tamu, yang dia siapkan di panngkuannya. Jadi selama aku berada di sampingnya dia selalu dalam keadaan setengah telanjang. Bahkan bila keadaan aman (orang rumahnya pergi) aku tidak memperbolehkannya memakai atasan sama sekali! sehinga selama itu dia melayani aku, baik itu menyediakan minum dan makan (karena biasaya aku lama sekali bila berkunjung ke rumahnya) dengan keadaan setengah telanjang. Tapi sama sekali aku tidak pernah menyetubuhinya, paling hanya mencumbunya mencium dan mempermainkan vaginanya dengan tanganku (karena aku masih takut dengan akibatnya). Dan selama itu pula aku tidak pernah membuka bajuku satupun, walaupun penisku sangat keras berdiri, karena aku sangat terangsang, bahkan kadang sampai menggigil.
Sampai pada suatu saat dimana dia mulai terbiasa dan tidak malu lagi, entah kenapa waktu itu aku kurang suka melihat daerah v-nya yang berbulu lebat, karena bagiku itu mengurangi ke sexi-an dan keindahan tubuh mulusnya.
Aku sangat terangsang sekali bila itu terjadi, karena tidak setiap minggu itu bisa terlaksana, tergantung keadaan rumahnya. Aku merasa sangat berkuasa terhadapnya bila aku bisa "memaksanya" melakukan itu semua, aku sendiri waktu itu heran kenapa Widi rela melakukan semua itu untukku, mungkinkah dia sanggat mencintaiku..?! Walaupun tak bisa kupungkiri akhirnya lambat laun akupun sayang padanya.
Tapi keinginanku untuk bisa memamerkan kesexy-an tubuhnya juga makin menggebu. Karena memang selama ini hanya aku yang bisa menikmati keindahan tubuhnya. Hingga pada suatu saat aku ingin memberikan kejutan pada pacarku itu.
Kalau tidak salah waktu itu adalah malam minggu, hari wajib aku apel kerumahnya. Sebelumnya aku telpon dia, mengabari bahwa aku baru akan datang jam 19.30-an dan kuminta dia untuk berpakaian seperti biasanya, yaitu tanpa memamakai Bra serta dandan yang cantik, entah kenapa sejak dia jalan dengan ku banyak yang bilang kalau dia makin feminin dan terlihat manis. Menurut pengakuan Widi sih untuk mengimbangi aku, agar aku tidak malu jalan dengan dia. Aku sih senang saja dengan hal itu. Walaupun sebetulnya tidak masalah juga kalau dia tetap tomboy, tapi aku bangga juga dengan pengorbanan dan usahanya untuk tampil menarik, karena itu semua untukku.
Waktu itu aku mengajak teman-teman bandku untuk datang kerumah Widi, jumlah kami berlima, aku tidak memberi tahu Widi bahwa aku akan datang berlima, karena memang biasanya aku hanya datang sendiri. Walaupun mereka sudah kenal beberapa bulan sebelumnya, temanku adalah teman Widi juga.
Seperti yang sudah kuduga, begitu kupijit bel pintu rumahnya, yang membukakan pintu adalah dia sendiri karena dia tahu aku akan datang. Waktu itu, dia memakai rok jeans di atas lutut, dan kemeja putih tangan pendek, dan yang paling penting adalah dia benar benar terlihar cantik karena payudaranya secara samar terbayang di balik kemeja putihnya. Dia tampak terkejut karena tidak menyangka aku datang bersama teman-teman ku, aku dan teman teman dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu, dia sedikit salah tingkah sepertinya, karena merasa malu, takut toketnya terbayang di balik kemejanya, padahal jika tidak diperhatikan tidak begitu terlihat. Hanya sepertinya teman temanku mengetahuinya, karena saat Widi berjalan guncangan payudaranya agak berbeda.
Kami bercanda dan berbincang sejenak, teman temanku banyak memuji Widi karena terlihat cantik dan sexy malam itu, beda dengan saat mereka terakhir bertemu beberapa bulan lalu, ketika pertama akali dia ku perkenalkan pada mereka, saat baru jadian. Kemudian Widi pamit untuk mengambilkan minum bagi kami semua.
Saat Widi kebelakang, teman temanku pada ribut, menanyakan padaku apakah Widi bener tidah pake BH?! Sexy banget deh! begitu kata mereka. Aku hanya senyum senyum saja sambil mengangguk, dan dalam hati merasa senang karena bisa memamerkan kesexian pacarku pada teman-temanku.
Saat Widi kembali datang dengan membawa baki minuman, mereka langsung kompak terdiam, pura pura tidak terjadi apa-apa, tapi kelakuan mereka yang tampak menahan senyum, membuat Widi penasaran, dan bertanya padaku.
"Ada apa sih..?!"
"Nggak cuman tadi waktu kamu ke belakang mereka pada bilang kalau kamu sexy sekali dengan berpakaian seperti itu, beda dengan saat pertama mereka bertemu denganmu!" jawabku.
"Iya Wid, kamu sexy sekali deh kalau nggak pake BH" kata Agung, salah seorang temanku yang terkenal ceplas ceplos.
Secara reflek perlahan Widi menggunakan baki yang dia bawa untuk menutupi dadanya, tapi secara tegas kukatakan.
"Udahlah nggak usah ditutup tutupi, mereka sudah tahu kok, kalau kamu nggak pake BH!"
"Sini bakinya!" pintaku.
Akhirnya karena sudah kepalang basah mungkin, Widi secara rela menemani aku dan teman temanku ngobrol dan bercanda dengan keadaan yang seperti itu. Baju putih yang agak transparant membuat payudaranya membayang, apalagi saat kami tertawa, goncangan badanya membuat dirinya makin terlihat sexy, karena payudaranya bergoyang goyang naik turun, ditambah lagi ada saat dimana kulit payudaranya terlihat di sela sela kancing bajunya. Dan akhirnya Widipun merasa terbiasa dan nyaman dengan keadaannya.
Kemudian karena perutku yang minta diisi, karena belum makan dari sore, akhirnya setelah minta ijin sama tantenya aku mengajak Widi makan malam di luar. Tadinya Widi berencana untuk memakai BHnya dulu, tapi karena kularang, dan mengatakan "Ini kan malam hari, jadi nggak bakal ketauan deh!" kataku mencari alasan. Maka dia pun menurut saja. Entah kenapa jika dia menuruti kemauanku untuk memperlihatkan keindahan tubuhnya, aku makin sayang padanya. Dan dadaku berdegup kencang karena exciting, bahwa keinginanku untuk memamerkan kesexian pacarku malam ini akan terlaksana.
Dan kamipun meluncur di jalan dengan menggunakan mobil kijangku, kuminta Iwan temanku yang menyetir mobil, sedang aku dan Widi duduk jok tengah sedang dua temanku yang lain duduk di jok belakang. Dalam perjalanan kudoktrin Widi agar nanti dia pede aja jalan di sampingku, karena aku bangga punya pacar yang sexy seperti dia, yang dapat menarik perhatian semua orang. Ia pun mengangguk, dan akupun mengatakan betapa aku makin sayang padanya karena itu semua.
Kemudian aku memintanya (mungkin lebih cenderung dibilang agak memaksa) untuk melepaskan satu kancing bajunya yang paling atas agar dia lebih terlihat cantik, menarik dan sexy, Pada awalnya dia menolak, tapi setelah agak kupaksa dengan mengatakan bahwa aku senang punya pacar yanng sexy, akhirnya dia mau untuk membuka satu kancing bajunya (mungkin dia takut aku putusin. Bukan sombong tapi aku tahu kelemahanya, yaitu dia sudah naksir aku dari SMP dulu).
Kesanggupannya untuk membuka satu kancing baju bagian atasnya itu disambut oleh tepuk tangan dan siulan teman temanku yang mendengarnya. Dan mereka berani menjamin nggak akan ada yang berani ganggu, karena mereka akan menjaganya. Tapi untuk menjaga kemungkinan bahwa dia akan mengancingkan kembali bajunya, maka aku mengambil gunting dari belakang jok supir dan menggunting satu kacingnya sampe putus sambil nyengir, "Takut kamu ingkar janji!" kataku pada Widi. Dan dia hanya memukulku manja.
Dengan begitu keinginanku yang rada aneh tapi membuatku sangat terangsang itu akan lancar terlaksana. Malam itu aku mengajak Widi jalan jalan dan makan di kawasan Dago yang setipa malam minggu pasti ramai dikunjungi para kaum muda. Dengan tanpa memakai Bra dan kancing bagian atas yang terbuka alias putus, maka dengan begitu, setiap orang akan dengan leluasa melihat keindahan payudaranya setiap ia berjalan, menunduk, atau bahkan orang yang berada disebelahnya akan dapat melihat payudaranya dari samping. Karena aku melarangnya untuk menutupi dengan tangannya.
"Jadi anggap saja seperti biasa" kataku, saat dia merasa canggung dengan tatapan semua orang terutama cowok padanya yang lebih banyak mengarah pada buah dadanya.
Yeah.. Walaupun payudaranya tidak begitu besar, tapi bagiku ukuran 32B sangat menarik, dan sangat sexy untuk diperlihatkan secara tidak terang terangan.
Aku sengaja mengajaknya duduk berdua saja dan berhadap hadapan, agar terkesan romantis. Dan setelah makan selesai, aku kembali memintanya untuk melepaskan satu kancing bajunya lagi, dan kemudian memberinya uang untuk membayar semua makanan yang kami pesan, semula ia agak ragu, tapi dengan bulat tekad ia akhirnya mau melakukan yang kupinta (kali ini tak ada sedikitpun pemaksaan).
Saat itu akupun sedikit heran, kenapa Widi dengan suka rela mau melakukannya, padahal itu berarti dia akan memamerkan dengan lebih jelas pada semua orang kesexi-an tubuhnya. Ia berjalan seorang diri dengan mantap, tanpa terlihat malu, melangkah menuju meja kasir. Tentunya aku sangat terangsang sekali ketika semua mata cowok melihat dirinya dengan tatapan yang bagiku seperti terlihat iri dan ingin memiliki dirinya. Dalam hati aku berkata:
"Ia pacarku bung, ingin ya punya pacar seperti dia?!"
Dikesempatan lain saat kutanyakan pada Widi, mengapa saat itu ia mau melakukan semua itu, dengan tanpa memakai Bra dan dengan baju yang rada transparan serta dua kacing yang terbuka, berjalan di tengah ruangan yang lumayan banyak orang, memperlihatkan goyangan toketnya saat berjalan dan tentunya memperlihatkan sebagian keindahan tubuhnya pada orang yang memandangnya.
Ia hanya menjawab, karena dia ingin membuktikan cintanya padaku, ia ingin membuat aku senang, sehingga aku tak akan meninggalkannya. Karena ia sangat mencintaiku.
*****
Demikian ceritaku kali ini, mungkin lain kali akan aku sambung lagi dengan pengalaman yag lebih seru lagi dengan Widi dan yang lainnya. Maaf bila cerita ini kurang memuaskan.
TAMAT