Nini tidak tinggal diam, badannya disusupkan telentang di bawah badan Rara. Kepalanya sekarang berada tepat di bawah vagina Rara sehingga dapat melihat dengan jelas penisku yang keluar masuk vagina Rara. Ditariknya bantal dan ditempatkan di bawah kepalanya. Nini mulai menjilati klitoris Rara dan penisku setiap kali penisku keluar dari vagina Rara. Rara tampak sangat menikmati tusukan penisku dan jilatan Nini.
"Aahh.. Aakkuu.. Kkeelluuaarr.. Ohh.. Ohh.. Aacchh.. Yyeess.. i'm cumming!" jeritnya menikmati saat mencapai klimaks sementara penisku terasa dipijat dan diremas-remas oleh vaginanya yang mengeluarkan cairan hangat dan menyiram batang penisku.
Kucabut penisku, ganti Nini menghisap vagina Rara dan menjilati seluruh cairan yang keluar dari vagina Rara. Aku mulai mengarahkan lidahku ke anus Rara, kudorong lidahku dalam-dalam lalu kusedot kuat-kuat. Rara berkelojotan diserang oleh kami berdua hingga Rara ambruk menindih Nini yang berada di bawahnya. Lalu aku berciuman dengan Nini sambil sesekali menjilat vagina dan anus Rara yang berada tepat di hadapan kami berdua.
Sekarang Nini duduk menghadap kami berdua sambil meraba dan melakukan masturbasi. Keadaan ini membuatku semakin bersemangat, lalu kuminta Rara untuk mengubah posisi dan menggenjotnya. Aku mendudukkan Rara di meja dan aku berada di depannya. Rara telentang di atas meja. Aku mengangkat kedua kakinya dan aku letakkan di pundakku hingga membuat penisku langsung menghadap vagina Rara.
Kumasukkan batang kejantananku dan aku menggenjot Rara lagi. Nini naik ke atas meja dan menduduki wajah Rara hingga mau tak mau Rara mengeluarkan lidahnya dan mengaduk-aduk vagina Nini. Sesekali Nini juga menyodorkan anusnya untuk dijilat Rara hingga tak ada jalan lain bagi Rara untuk juga menjilati dan menyedotnya.
"Shh.. Aahh.. Yyeess.. Keluarin.. Ach. Ach.. Yyeeahh" desahnya nikmat. Sementara tanganku masih meremas kedua payudaranya, kedua tangan Rara mencengkeram pinggir meja makan dan..
"Oohh.. Vir.. Aammppuunn.. Aakkuu.. Gaakk.. Kuuatt..!" jeritnya menikmati klimaks untuk kedua kalinya. Lalu Rara berdiri dan menciumku.
"Makasih ya Viir.. Kontol kamu enak banget" bisiknya.
Sementara Nini yang masih mengusap dan memasukkan jarinya ke vaginanya mendorongku hingga telentang dan memasukkan penisku yang masih tegang agar masuk ke vaginanya. Nini mulai menggenjot. Kuraih kepala Rara, kucium lalu kuminta dia agar menghisap anus Nini dari belakang. Rara segera melakukan yang kuminta, jarinya didorong memasuki anus Nini dan mengocoknya dari pelan menjadi semakin cepat.
"Oohh.. Ra.. Kamu nakal.." jerit Nini nikmat ketika aku menyodok vaginanya dengan penisku serta Rara mengorek anusnya.
"Cepet Say.. Cepet Say.. Aku.. Keluar.. Aakkuu.. Aahh.. Aahh..!" jerit Nini, badannya bergetar mencapai klimaks. Aku terus menggenjot Nini dan..
"Aahh.. Nini..!" jeritku.
Nini buru-buru mencabut dan menghisap penisku. Aku klimaks lagi. Nini menelan sebagian spermaku dan Rara menghampiri untuk minta bagian. Lalu mereka saling berciuman dengan hangat dan bermain-main dengan spermaku. Kemudian Rara terduduk memandangiku sambil tersenyum. Setelah itu aku mandi dan mengganti baju di kamar. Dari kamar mandi yang pintunya tidak kututup, aku dapat mendengar pembicaraan mereka.
"Wah.. Ni, gila bener lu.. Permainan lu menakjubkan, pantas saja kata Virano, lu is the best, kalian seimbang ya?" kata Rara.
"He is the best for me too Ra.., waktu pertama kali main sama dia, agak kewalahan juga gua, kalo sekarang gua dan dia udah biasa dan memang gua rasa, kami seimbang dan cocok. Gua bisa sangat terbuka, demikian juga dia dalam soal sex. Padalah gua juga baru kenal 3 hari yang lalu, tapi rasanya sudah kenal berbulan-bulan" kata Nini.
"Gua baru kali ini main bertiga gini lho" kata Rara.
"Gak pa-pa lah. Buat sekali-kali cari sensasi. Dari pada ama suami sendiri terus. Bosen. Gayanya gitu-gitu aja kan?" Nini membalas.
"Tapi jujur lho. Baru kali ini gue ngesex dengan sepenuh hati kaya tadi. Nafsu birahi benar benar membakar tubuhku, gua nggak sadar kenapa bisa gua lakukan hal-hal seperti tadi" kata Rara lagi.
Aku keluar dari kamar mandi lalu berbaring kecapaian di ranjang. Sementara Nini dan Rara terus mengobrol, aku tertidur. Pada jam 5 aku terbangun, kulihat mereka telah tertidur di sampingku. Kujilat puting susu Nini lalu beralih ke vaginanya. Nini terbangun lalu tangannya bergerak mencari penisku, dielus elus dan dikocoknya. Aku mendekat ke telinga Nini.
"Mau sensasi lebih?" bisikku.
"Siapa lagi?" rupanya Nini mengerti maksudku.
"Arif" sahutku pelan.
"Lebih baik jangan, karena tampaknya dia tahu siapa aku" sahutnya, aku membenarkannya.
"OK, kita keluar malam ini bertiga, kamu boleh menentukan cowok yang kamu sukai, nanti biar aku yang atur" kataku.
"Deal" sambutnya.
Setelah makan malam, kami bertiga mengunjungi sebuah club yang berada di tepi pantai kawasan Legian. Nini memakai rok terusan ketat mini warna kulit berbahan kaus tipis agak transparan mencetak tubuhnya, tanpa lengan dengan belahan V yang rendah hingga memperlihatkan sebagian buah dadanya yang tidak mengenakan BH. Rara mengejutkanku, dia memakai rok terusan hitam yang dia pakai saat pertama kali ngesex denganku 7 tahun silam, namun kali ini dia tidak mengenakan BH.
"Hey, Ra.. Aku masih ingat baju itu, kamu masih menyimpannya?" aku bertanya.
"Sejak saat itu aku simpan dan tidak pernah kupakai, baru kali ini kupakai lagi" jawabnya.
Saat beberapa gelas minuman telah habis, Nini mulai tampak liar, berdansa meliuk-liukan badannya sambil tangannya terkadang diangkat ke atas membuat rangsangan pada kaum lelaki. Karena club ini open air dan tidak ada AC, sebentar saja tubuh Nini telah berkeringat hingga membuat bajunya basah dan memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan jelas. Bagian dadanya sangat jelas tampak dengan puting yang tercetak di dadanya.
Sedangkan Rara pun telah bergelayut di leherku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga kembali membuat penisku menegang sementara Nini di sampingku. Kulihat seorang pria mencoba mendekati Nini dan bergoyang di depannya. Nini dengan demonstratif menari semakin erotis di hadapan pria itu. Kulihat pria tersebut, lumayan keren.. Akhirnya kulihat Nini sudah memegang pinggang cowok tersebut sambil menggesekkan bagian bawah perutnya ke penis cowok tersebut hingga keenakan cowok tersebut dibuatnya. Terlihat cowok tersebut memegang erat pantat Nini dan meremasnya.
"Vir.. Kenapa kamu biarkan Nini seperti itu? Kamu nggak marah..?" Rara bertanya.
"I am an easy going person, Sayang, kalau dia senang melakukan itu, biarlah dia melakukannya" jawabku.
"Kalian sangat moderat ya" bisiknya.
Sambil masih berpelukan dengan cowok tersebut, Nini melangkah mundur mendekatiku lalu menyandar di badanku sehingga tangan cowok tersebut terjepit di antara Nini dan aku, tapi cepat cepat ditariknya tangannya. Nini menarik tangan kiriku dan dibawanya ke pantatnya kemudian aku raba pantatnya sampai ke pinggangnya. Kubisikan sambil kujilat telinganya di depan muka sang cowok..
"Kamu nggak pakai CD ya?" Nini membalikkan wajahnya sambil tersenyum padaku.
"Katanya disuruh cari sensasi baru?" jawabnya manja sambil diraihnya kepalaku dengan tangan kanannya, lalu kami berciuman.
Sementara tangan kananku masih memeluk Rara, jari kiriku kumasukan ke mulut Nini agar basah, lalu menjalar ke balik roknya mencari lubang anusnya. Setelah kutemukan, kukorek dan kumasukkan jariku ke dalam anusnya. Nini menggelinjang lalu diraihnya tangan kiriku dan dibawanya ke arah dadanya melewati pinggangnya lalu kuremas dadanya. Tak hanya sampai di situ, tangan kiri Nini menjalar ke belakang menggapai penisku yang telah mengeras lalu diremas-remasnya dengan penuh nafsu.
Nini melakukan semua itu dengan liarnya di depan hidung sang cowok itu hingga cowok tersebut memandang sampai terbengong-bengong tak dapat berkata apa pun melihat kelakuan Nini. Akhirnya Nini melepaskan ciumannya padaku dan kembali menghadap ke depan lalu menarik leher cowok tersebut. Kudengar Nini berkata..
"Tadi lu ngajak gua ngewe kan?" Cowok tersebut masih bengong.
"Dia ini cowokku, tapi gua malam ini mau cowok satu lagi, kalau lu bisa penuhi dua syarat gua, mungkin lu bisa ikut kami bertiga sekarang" Nini berkata lagi.
"Syaratnya apa?" tanya cowok tersebut.
"Pertama gua mau coba lidah lu di vagina gua sekarang" Wah, Nini sangat liar malam ini, pikirku.
"Kedua, kontol lu musti setidaknya sama besar dan panjang seperti cowok gua" tantang Nini. Aku setengah terkejut mendengar syarat Nini tapi aku juga tersenyum mendengar persyaratan yang kedua itu.
Mungkin cowo tersebut sudah sedemikian bernafsunya sehingga mengiyakan saja syarat yang diminta Nini. Kebetulan meja kami berada di pojok dekat pinggir laut dan berada di kegelapan. Nini yang duduk di kursi tinggi lalu menarik roknya ke atas serta membuka kakinya. Cowok tersebut menunduk dan mulai menjilat vagina Nini sementara Nini tetap menggoyangkan badannya. Sekitar semenit cowo tersebut menjilat vagina Nini lalu Nini menghentikannya.
"Sudah, sudah, not bad.." kata Nini akhirnya.
"Sekarang lu kan sudah terangsang jilatin vagina gua, coba gua pegang kontol lu", dengan enteng Nini meraih celana cowok tersebut lalu membuka ritsletingnya dan mengeluarkan penis cowok tersebut. Berukuran kira-kira 13 cm, tapi lingkarannya kecil, mungkin 3 cm saja. Hmm.. Aku tersenyum melihatnya.
"Nggak lulus, punya cowok gua lebih panjang dan besar, perlu bukti??", Nini meraih celanaku dan mengeluarkan penisku yang masih lemas. Nini menundukkan kepalanya lalu mulai menjilat dan menghisap penisku. Seketika itu pula penisku mengeras namun belum sempurna. Nini melepaskan kulumannya dan meminta cowok tersebut untuk melihatnya.
"Percaya?" kata Nini sambil dengan kurang ajar sedikit mendorong kepala cowok tersebut ke bawah untuk dapat melihat dengan jelas penisku.
Cowok tersebut pergi meninggalkan kami dengan kecewa dan Nini hanya tertawa sambil meneruskan goyangannya. Untung saja kami berada di pojok kegelapan dan yakin bahwa tidak ada orang yang mengetahui perbuatan Nini tadi.
"Huuh.. Apakah sensasiku cukup menarik buat kamu, Sayang?" kata Nini.
"Lu gila Ni.. Gimana kalau cowok tadi marah lu permainkan gitu?" kata Rara.
"Kalau dia marah, paling-paling gua kasih blow job, bereslah" jawab Nini seenaknya.
"Mau di sini terus atau mau pindah?" ajak Nini.
"Pindah aja" tegas Rara.
"Pusing gua liat Nini, lama-lama jadi horny lagi gua" lanjutnya.
"Bukannya memang udah horny lu, tuh ada Virano bisa bantuin lu, atau mau sama gua lagi? Tapi Virano juga musti ikut, soalnya gua kan bukan lesbi asli" kata Nini seenaknya.
"Mumpung di Bali, jarang ada yang kenal, kalau di Jakarta nggak mungkin lah gua kaya begitu" katanya pula.
Lalu kami meninggalkan tempat itu menuju hotel. Aku dan Nini berdua mengeroyok Rara habis-habisan sampai Rara berteriak menyerah setelah orgasmenya yang ke-5, sedangkan aku dan Nini masing masing orgasme sekali. Lalu kami mengantar Rara pulang ke rumahnya dan kami kembali ke hotel melanjutkan nafsu yang tertahan karena aku masih ingin memberi kenikmatan lebih pada Nini.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Sore harinya Rara akan datang kembali ke hotel. Aku dan Nini kembali ke Jakarta pada hari Senin dengan pesawat yang berbeda tentunya. Hubungan sex-ku dengan Nini terus berlanjut 3-4 kali dalam sebulan dan berlangsung kurang lebih selama 3 tahun. Kalau di Jakarta pasti dilakukan di rumahnya, tapi kadang kami juga pergi ke luar kota atau luar negeri.
Variasi dan teknik permainan Nini yang begitu beragam seakan tidak pernah ada habisnya, selalu saja ada kejutan-kejutan baru yang sampai dengan saat tulisan ini dibuat, menurutku she is the best amongst all up to now. Saat itu pernah aku berpikir, tidak heran bahwa Nini dapat memperoleh kehidupan yang sedemikian mapan serta teknik permainan sex yang luar biasa seperti itu karena mungkin hal ini memang sangat berhubungan erat dengan pekerjaan dan karier yang dibinanya selama ini.
Profesinya itulah yang kubiarkan tetap menjadi misteri dalam cerita ini, barangkali saja ada pembaca yang bisa mengungkap. Atau mungkin saja ada di antara pembaca yang juga pernah berhubungan dengan Nini sehingga tentunya akan dengan mudah menebak siapa dia sebenarnya.
Tamat