Siang hari di sebuah rumah kosong, kembali saya mematangkan rencana yang telah kami susun dengan kedua anak buahku. Kali ini sasaran kami adalah sebuah rumah mewah yang terletak dibilangan Jakarta Selatan. Kami adalah sekawanan perampok yang menjunjung tinggi kode etik perampok, artinya tidak pernah tercampur dengan tindak criminal lainnya.
Sebagaimana para netters ketahui bahwa di zaman yang serba sulit saat ini, sangatlah sakit rasanya bila harus menahan lapar tiap hari sementara banyak orang di luar sana yang sanggup mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah untuk sepiring nasi. Bahkan jauh lebih kenyang rasanya makan di Warteg daripada makan sepiring nasi yang berharga ratusan ribu tersebut. Setidaknya itulah bandingan kekontrasan yang terlihat di negara ini.
Saya tidak katakan tidak setuju mereka menikmati hasil jerih payah mereka. Dan tentu saya setuju kalau itu mereka dapatkan dengan kerja keras mereka. Dengan berkaca pada situasi inilah saya juga ingin merasakan paling tidak setengah dari keadaan tersebut. Tentu dengan kerja keras juga, hanya mungkin caranya berbeda. Jika mereka merampok dengan menggunakan dasi dengan wajah penuh damai, kami merampok dengan cadar dengan wajah tertutupi. Itulah salah satu factor pendorong terbesar sehingga terbentuklah kelompok ini.
Tepat jam 00.30 kami telah siap siaga di depan rumah mewah yang menjadi sasaran kami dini hari ini. Dengan cekatan saya merintis jalan masuk ke rumah yang diikuti anak kedua anak buahku. Satpam yang sedang ngantuk saat itu dengan mudah kami ikat. Tentunya kami tidak mengalami kesulitan masuk ke rumah ini karena hal ini kami adalah ahlinya.
Rumah yang serba mewah dengan perabotan yang serba mewah pula. Terdapat beberapa kamar yang harus kami periksa satu persatu. Dari tiga kamar kami berhasil melumpuhkan tiga orang yang menurut perkiraanku adalah pembantu. Terdiri dari dua wanita dan satu laki-laki yang kemungkinan supir pribadi di keluarga itu. Kami sampai diruangan yang cukup besar yang kurasa adalah ruang tamu. Terdapat photo keluarga yang terdiri dari lima orang, yakni suami istri, anak perempuan dua dan satu laki-laki yang kira-kira berumur dua puluhan.
Berpedoman pada photo tersebut, berarti kami harus membekuk lima orang lagi. Akhirnya kamar yang laki-laki dapat kami temukan dan langsung kami ikat dan satukan dengan para pembantu tadi. Dan selanjutnya kami temukan kamar para wanita bersebelahan. Kami mengikat para gadis yang mengenakan pakaian tidur tersebut. Sekilas wajah mereka tampak tidak kalah dengan para artis dan sangat seksi dengan pakaian tidur mereka. Tapi karena hal ini telah terbiasa bagi kami sehingga menganggapnya angin lalu saja. Yang penting bagaimana melaksanaakan aksi ini dengan sukses.
Karena kami kesusahan mencari kamar tidur utama, maka kami paksa mereka untuk menunjukkannya. Tampaknya si gadis yang lebih tua tegar juga dan tidak mau mengaku. Kesal bercampur gemas, saya tangkap buah dadanya.
"Auw.. Jangan..!" katanya tiba-tiba.
Sebagai lelaki normal, Berdesir darahku manakala memegang buah dada yang ternyata tidak muat digenggamanku. Mungkin karena dia memakai pakaian tidur membuat buah dadanya tidak terlihat menonjol. Seperti terhipnotis dengan buah dadanya tersebut, tangan saya tetap membetot kedua buah dadanya dan mata kami saling melotot. Tetapi akhirnya aku tersadar dan lanjut bertanya.
"Dimana kamar orang tuamu.. Jawab! Aku tak ingin menyakiti kalian!" kataku dengan lembut tapi tegas.
"Di atas.." akhirnya dia menjawab juga.
Dengan sigap kami naik ke atas dan mendapati beberapa kamar. Tapi tentunya siapapun dapat menebak mana kamar utamanya. Dengan berbagai kunci yang kami punya akhirnnya kami dapat membuka pintu kamar tersebut dengan tidak meninbulkan suara berisik.
Saya melihat dua sosok tubuh yang lagi tidur pulas di atas tempat tidaur yang sangat mewah. Setelah saya mendekat dan mengarahkan pistol di kepala si suami, saya berikan kode ke anak buahku agar menyalakan lampu utama. Kemudian kamar itu terang benderang. Saya kaget setelah dapat melihat dengan jelas wajah si suami tersebut. Siapa yang tidak mengenal dia di negeri ini. Bukankah dia salah satu pejabat di negara ini?
Kenapa tadi saya tidak memperhatikan photo keluarga tadi? Ingin rasanya mundur, tapi sudah terlanjur basah dan tentunya ini akan sangat memalukan bagi para perampok lain bila berita ini terdengar besok dengan judul "Sekawanan perampok menghentikan aksinya setelah mengenali wajah korbannya". Sangat mencoreng profesi perampok bila hal ini terjadi.
Berarti aksi ini harus dituntaskan. Kembali saya amati kedua tubuh suami istri yang terlentang dengan menggunakan baju tidur itu. Kuamati pelan istrinya dengan seksama. Wajah yang sangat cantik keibuan sama halnya seperti ibu-ibu pejabat yang terhormat. Walau kutaksir sudah berumur kepala empat, tapi siapapun lelaki pasti masih bergairah melihat tubuh seperti ini.
Terlihat tonjolan di dadanya yang lumayan besar. Pandanganku turun ke bawah.. Seerr.. Berdesir jantungku melihat salah satu kakinya tertekuk ke samping yang membuat kakinya agak mengangkang sehingga baju tidurnya tersingkap sampai ke pangkal pahanya. Terlihat ujung celana dalamnya yang tentunya menutupi vaginanya. Warnanya hitam. Berlagak serius kusuruh anak buahku keluar kamar untuk mencari barang-barang berharga dengan meyakinkan aku sanggup mengatasi yang dua ini.
Tidak dapat kuingkari lagi kalau detak jantungku sangat keras. Dilain pihak saya menghormati komitmen perampok terhormat yang saya pegang kuat. Tapi siapa laki-laki normal yang tahan melihat hal seperti ini?
Sensasi yang semakin kuat membuat aku perlahan mendekatkan wajahku ke pangkal paha itu. Perlahan kuendus ujung vagina yang terlihat itu, uhh.. Semakin dekat sampai ujung hidungku menyentuh tonjolan vagina yang masih terbungkus celana dalam itu.
Perlahan kusingkapkan lagi baju tidurnya ke atas. Pelan-pelan semakin tampak gundukkan vagina istri pejabat tersebut. Saya singkapkan terus sampai ke pinggang tanpa membangunkan orangnya, sementara Pak pejabat masih mendengkur. Ternyata celana dalam yang dipakai ibu pejabat ini hanya sanggup menutupi setengah gundukan vaginanya. Setengah bagian atas gundukan vaginanya terbuka sampai terlihat sedikit garis yang membelah vagina itu yang ditumbuhi rambut halus.
Perlahan kujulurkan lidahku ke gundukan vagina yang sangat tebal itu. Kuusap-usapkan lidahku beberapa kali dari bawah ke atas sampai celana dalam itu basah. Akibatnya tonjolan clitoris vagina nyonya pejabat itu terlihat berbayang. Sengaja kuhindarkan persentuhan lidahku dengan kulit ibu pejabat itu biar dia tidak terbangun.
Pinggul Bu pejabat itu bergerak perlahan kesamping yang membuat pahanya semakin terbuka. Sementara batang zakarku yang sudah tegang terasa sakit karena terjepit dengan celana dalamku. Kuambil gunting dari kantong peralatan. Perlahan kusisipkan ujung gunting ke balik celana dalamnya secara mendatar sehingga celana dalam itu terpotong. Tampaklah bentuk vagina ibu pejabat itu secara utuh. Vagina yang sangat tebal terbelah panjang dengan clitoris yang mencuat keluar dari bibir vagina itu dihiasi dengan bulu-bulu halus rapi diseputar bibir vaginanya.
Nafsuku yang semakin tinggi membuat aku semakin berani. Kujilati langsung belahan vagina ibu pejabat itu. Kuusapkan lidahku dari bawah dekat dengan lubang anusnya sampai ke ujung clitorisnya.
"Akh.." tiba-tiba mulut ibu pejabat itu mendesis dan pinggulnya menghentak saat lidahku menyentuh clitorisnya.
Kuhentikan jilatanku karena kukira dia terbangun. Kutunggu sesaat ternyata terdengar lagi dengkuran halusnya. Terus kujilati belahan vaginanya dengan rakus, lubangnya yang merah tua dan juga sampai ke pinggir gundukan vaginanya sampai ke pangkal pahanya.
"Akh.. Akh.. Akh.." mulai terdengar desisan istri pejabat itu dan pinggulnya mulai bergerak naik turun mengikuti irama jilatanku di vaginanya.
Sedangkan vaginanya sudah semakin membengkak sehingga terlihat semakin menggembung ke atas dan basah. Mungkin dia lagi bermimpi sedang bersetubuh dengan Pak pejabat saat ini. Tak tahan lagi dengan batang zakarku yang terjepit, kukeluarkan melalui resleting celanaku. Sambil menjilati vagina Bu pejabat sementara tanganku mengocok batang zakarku. Kulihat lubang vagina nyonya pejabat itu mulai mengeluarkan lendir berwarna bening agak putih.
Kupercepat kocokanku pada penisku sampai kurasakan mendekati puncak sementara pinggul istri pejabat itupun semakin cepat begerak, turun naik dan kadang berputar halus. Kuhentikan jilatanku pada vaginanya ternyata pinggul itu terus bergerak.
"Ouhhss.. Aakhh.. Oohh.." desisan nyonya itu terdengar semakin berat.
Perlahan aku berdiri sambil mengocok batang zakarku. Pelan-pelan kudekatkan penisku ke vagina Bu pejabat itu. Ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya dan perlahan kepala penisku kuarahkan ke lubang vagina istri pejabat itu. Karena goyangan pinggulnya membuat kepala penisku beberapa kali meleset dari lubang vaginanya.
Akhirnya kepala penisku bisa juga tepat di lubang vaginanya yang telah menganga itu. Terasa vaginanya hangat. Dan mulai kutekan perlahan.
"Bless"
Amblas kepala penisku tepat di lubang vagina yang sudah seperti ingin menelan batang zakarku. Tapi kalau kumasukkan semua nanti bisa membangunkannya. Akhirnya penisku hanya ku gosok-gosok saja dari lubang vaginanya sampai ke clitorisnya.
"Aahh.. Oohh.. Akhh.." desisan yang keluar dari mulut ibu pejabat itu semakin sering.
Dan aku juga semakin cepat dan kasar menggesek-gesek kepala penisku di bibir vaginanya. Beberapa menit kemudian terlihat pinggul ibu pejabat itu semakin naik ke atas yang membuat kepala penisku terbenam di lubang vaginanya. Sesaat kepala penisku terbenam di lubang vaginanya, kurasakan kepala penisku seolah digigit lubang itu dan kurasakan kedutan-kedutan vaginanya. Dan "seerr.. Seerr.. Seerr.. Serr" begitu kurasakan cairan keluar dari vagina istri pejabat itu menyirami kepala penisku.
Dan kurasakan juga spermaku hendak mau tumpah. Karena ruang gerakku terbatas, kutekan saja batang zakarku ke lubang itu dan..
"Crroott.. Crroott.. Crott.. Crot." spermaku menyembur begitu banyaknya kusemprotkan ke lubang vagina nyonya pejabat itu.
Sebentar kemudian kubersihkan kepala penisku dengan mengusapkannya ke clitoris dan gundukan vaginanya. Lega dan terasa ringan rasanya badanku sekaligus sedikit lemas. Kumasukkan penisku ke dalam celanaku dan kututupi kembali vagina istri pejabat itu dengan menurunkan baju tidurnya sementara celana dalamnya kumasukkan ke kantongku.
"Bos, sepertinya penyimpanan uang dan barang berharga ada di kamar ini."
Tiba-tiba anak buahku masuk ke dalam kamar. Untung semuanya telah selesai sehingga wibawaku dapat terjaga.
Bersambung . . . .