Rona kehidupan - 3

Bookmark and Share
Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhir kesucian rumah tanggaku. Tanganku mencengkram erat tubuh Pak Yonas dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya, perlahan tetes air mata mengalir disudut mataku yang terpejam. Lalu Pak Yonas mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang vaginaku.
"Ohh.. Alya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat.." Pak Yonas terus mengocok vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa pedih dihatiku terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan.
"Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh.." lama Pak Yonas memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Pak Yonas aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Pak Yonas. Untuk beberapa saat Pak Yonas menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Pak Yonas.

Tak berapa lama kemudian Pak Yonas mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku.
"Oh.." ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku.
Perlahan ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya senjata Pak Yonas melalui jalan belakang dan kembali menancap di vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginaku

Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vaginaku, tanganku mencengkram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan.
"Ohh.. Alya.. sayang.. bawa aku ke puncak.. Ohh.."
Pak Yonas benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan Pak Yonas. Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Pak Yonas mesih saja berpacu diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku, kurasakan penis Pak Yonas menghujam telak keliang senggamaku yang mendudukinya. Kocokan demi kocokan yang semakin gaencar kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah dalam, erangan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku benar-benar melepaskan seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin terpuaskan.

Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Pak Yonas semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Pak Yonas menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku.
"Akhh.." Pak Yonas mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras, kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku. Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Pak Yonas roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Pak Yonas mulai beringsut menjauh dari tubuhku.
"Terima kasih Alya sayang.." setengah sadar dan tidak kudengar Pak Yonas membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mengambil sesuatu dari meja riasku dan berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak-acakan.

Jam lima sore aku baru terbangun dari tidurku, tubuhku serasa hancur dan capek bukan kepalang, aku tersentak kaget begitu kulihat jam di dinding kamarku menunjukan pukul lima sore. Oh.. sebentar lagi suamiku Mas Rohan pulang bagaimana kalau ia mendapati keadaan diriku yang seperti ini dengan sisa sperma yang mulai lengket membanjir di selangkanganku. kulihat banyak sekali cairan sperma Pak Yonas keluar meleleh dari dalam vaginaku bercampur dengan cairan rahimku dan membasahi seprei tempet tidur. Setengah merangkak aku menuju kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas keringat dan dosa, guyuran air hangat membuat tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek itu masih tersa ditubuhku. Kulihat vaginaku memerah dan bekas cupangan nampak di payudaraku, lama aku berada di kamar mandi menunggu cairan sperma Pak Yonas keluar semua meninggalkan liang rahimku. selesai mandi cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dang mengganti seprei serta sarung bantil guling dengan yang masih baru, aku tak ingin Mas Rohan curiga.

Aku masih termenung memikirkan kejadian siang tadi, aku mengutuk diriku sendiri dan sangat menyesal dengan hal itu. Bajingan benar Pak Yonas itu, ia telah menodai kesucian rumah tanggaku yang selama ini kujaga dengan baik. Yang lebih kusesalkan lagi akupun menikmati permainannya yang sangat nikmat. Belum pernah aku merasakan senggama sepanjang itu dengan Mas Rohan, aku bisa mencapai klimax sampai empat kali, kuakui hebat sekali permainan Pak Yonas. Jam delapan malam suamiku baru sampai dirumah.
"Maaf ya Sayang, aku nggak sempat pulang makan siang, soalnya ada klien dari Jepang yang mengajakku makan siang"
"Nggak apa-apa kok Mas.." hanya itu yang keluar dari mulutku.

Sebulan kejadian itu telah berlalu dan akupun menutup rapat mulutku dari siapapun walaupun itu teman baikku, aku tak ingin rumah tanggaku hancur dengan perceraian gara-gara kejadian itu. Dan selama itu pula aku aku mengabdi benar-benar kepada Mas Rohan suamiku, aku ingin membalas kelakuanku itu dengan menjadi istri yang baik dan mengabdi pada suami, tapi tetap saja perasaan bersalah itu terus menghantuiku. Kadang suamiku heran dengan perubahanku yang terkadang memanjakan dirinya, selama itu pula aku selalu berada dirumah, aku takut bertemu dengan bajingan itu lagi.

Suatu ketika suamiku menjamu klien yang lumayan besar disebuah restoran, kami datang dengan pasangan masing-masing dan inilah kali pertama aku bertemu dengan Pak Yonas yang ikut pada jamuan makan tersebut. Ia datang bersama teman wanitanya yang lumayan cantik, katanya ia telah resmi bertunangan dengan wanita itu. Agak grogi aku ketika bertatapan dengan matanya.
"Selamat malam Bu Alya apa kabar?, kenalkan ini Widya tunangan saya!".

Aku diam dan bersalaman dengan tunangannya, aku heran ternyata sikapnya masih sopan dan ramah padaku seakan tidak pernah terjadi sesuatu diantara kami. Klien suamiku kali ini seorang pria yang sudah berumur dengan tubuh yang agak tambun, ia didampingi teman wanitanya yang cantik dan agak nakal, aku tahu dari sikapnya ia hanya seorang perempuan panggilan yang sengaja menemaninya. Pak Wirya nama lelaki itu, yang tidak kulupakan ia mempunyai tatapan yang nakal ketika melihatku seakan menelanjangi seluruh tubuhku dan menghempaskannya ketempat tidur. Dari gaya bicaranya pun ia terdengar agak kurang ajar dan membuatku sangat muak mendengarkannya. Tidak ada kejadian apa-apa malam itu, aku pulang dengan suamiku dan perpisah dengan pasangan Pak Wirya dan Pak Yonas.

Sudah menjadi kegiatan rutin Mas Rohan suamiku untuk memberikan laporan bulanan kekantor pusat di Jakarta dan hal ini kadang membuat Mas Rohan harus menginap dijakarta. Biasanya ia pulang kerumah orangtuanya dan menginap disana, dan aku terpaksa sering ditinggal sendiri di Bandung. Seperti kali ini suamiku mesti kembali ke Jakarta dan menginap disana selama tiga hari, karena katanya akan ada meeting dengan dewan komisaris hari berikutnya. Seperti biasa sore itu baru saja aku kembali dari toko swalayan untuk membeli kebutuhan dapur, ketika sampai didepan pintu rumah kudapati sebuah bungkusan kado tergeletak disana. Dengan rasa penasaran kubuka bungkusan itu dan ternyata isinya adalah sebuah VCD kaset yang bertuliskan namaku di covernya, kuperhatikan sekeliling rumahku untuk mencari orang yang meletakan VCD tersebut tapi tidak kutemukan. Bergegas aku masuk dan kunyalakan VCD player di ruang tengah tempat kami biasa menonton TV. Mataku terbelalak kaget dan tubuhku menggigil ketika menyaksikan adegan dilayar TV, seorang wanita dan seorang lelaki tengah bergumul diatas tempat tidur yang tak asing lagi bagiku. Ya.. itu adalah adegan aku dan Pak Yonas waktu itu dengan sangat jelas tergambar adegan demi adegan.

Tubuhku lemas dan kepalaku menjadi pusing, belum aku menyadari apa yang terjadi terdengar suara telepon berdering, perlahan kudekati dan kuangkat..
"Gimana Sayang..? baguskan VCDnya?" kudengar suara yang tak asing lagi di gagang telepon.
"Pak.. Pak Yonas.. kurang ajar.. bajingan kamu.., belum puas kamu memperkosaku.."
"Ah sayang, bukankah kau juga menikmatinya, sengaja VCD itu kukirim buat kenang-kenangan"
"Biadab aku sudah.. membuangnya.."
"Nggak apa-apa aku masih punya copynya kok, kalau kamu mau aku bisa mengirimkannya lagi"
"Bajingan..! serahkan copynya padaku, aku nggak mau benda itu dilihat orang lain"
"Bisa saja Sayang, asal kau mau memenuhi permintaanku.."
"Kau mau apa lagi dariku.."
"Aku cuma ingin kau menemaniku makan malam, aku ada teman yang mengajakku makan malam dan harus membawa teman wanita"
"Gila bagaimana kalau suamiku tahu..?"
"Tenang saja dia kan lagi diluar kota.. pokoknya aku jemput nanti jam setengah enam" tanpa mempedulikan jawabanku ia menutup teleponnya.

Aku bingung kepalaku tambah pusing gimana kalau suamiku mengetahui hal ini, buru-buru kuambil VCD itu dan kubakar sampai tak bersisa. Malam itu seperti janjinya Pak Yonas datang kerumah untuk menjemputku, tapi aku menolak aku tak mau terjebak untuk yang kedua kali oleh laki-laki ini. Tapi kemudian ia mengancam akan menyebarkan VCD itu ke internet dan menyerahkannya ke suamiku, aku seperti makan buah simalakama. Akhirnya aku mau juga ikut dengannya, karena kupikir paling buruk ia meniduriku lagi walaupun ia hanya mengatakan untuk ditemani makan malam dengan temannya. Pak Yonas menyuruhku memakan gaun terseksi yang aku punya dan akupun melakukannya, gaun tanpa lengan warna ungu dengan bawahan yang menjuntai kelantai menutupi kakiku. Aku benar-benar sexy dan anggun malam itu seakan hendak mengikuti acara formal saja, gaun sebatas dada yang terpaksa menonjolkan belahan payudaraku melekat ketat membuat puting susku tergambar dengan jelas karena gaun seperti ini memang dirancang untuk tidak mengenakan BH.

Bersambung . . .