FBI - 1

Bookmark and Share
Akhirnya kuputuskan menerima tawaran itu. Setelah aku yakin bahwa ini tidak akan ada hubungan sama sekali dengan sepak terjang dinas rahasia kelas dunia, Federal Beurau Investigation (FBI). Walaupun kutahu, aktifitas yang akan dilakukan, sebenarnya, termasuk dalam klasifikasi confidencial atau rahasia.
Dari penjelasan IF, aku jadi tahu kalau, yang dimaksud dengan FBI adalah kependekan dari Fun By Intimacy. Artinya, mendapat kesenangan melalui hubungan intim. Tidak harus dengan lain jenis. Dengan yang sejenis pun juga oke. Asal saja tahu caranya. Sebab, tujuan akhir dari hubungan intim adalah pelepasan ketegangan seks yang menggebu. Siapa bilang berhubungan seks sejenis tidak bisa mendapatkan kepuasan atau orgasme?
FBI dapat juga diartikan Fasih Berhubungan Intim. Komitmen dari FBI adalah hubungan yang terjadi bukan karena pemaksaan atau mengharap bayaran. Namun dengan suka rela. Hanya karena ingin berpetualang dan mendapat kesenangan birahi semata. Jika setelah itu, ada sejumlah materi yang didapat, itu bukanlah sebagai bentuk bayaran. Namun, lebih merupakan tanda kasih dan apresiasi. Tidak lebih dan tidak kurang. Fun Fun Fun. Everything is just for fun. That's all. Never think about sin or religy. It will make us does not have any choice but leave it.
Apalagi, nanti, aku hanya sekadar menikmati cumbuan dan layanan cinta, yang ujung-ujungnya, toch, hanya sebagai penyaluran hasrat seks semata. Kalau sudah ngebet begini, lelaki dan perempuan tidak ada lagi bedanya. Apalagi, ketika hasrat sudah merasuk sukma dan geliat birahi menginginkan penyelesaian. Bisa dalam bentuk persetubuhan (body contact), saling masturbasi ataupun orogenital intercourse. Ejakulasi adalah pamungkas ritus senggama.
Kapan pelaksanaannya. Aku masih tidak tahu. Karena akan diberitahu kemudian. Namun, aku sudah berpesan pada IF, agar kerahasianku di jaga. Aku tidak ingin orang lain tahu. Kalau aku pernah nerima tawaran "main" dengan sesama lelaki. Malu lagi (Aku juga masih punya sekadar rasa malu untuk mengekspose "penyimpangan" kecenderungan seksual. Terserah orang mau bilang apa tentang aku. Munafik juga boleh).
Menanggapi permintaan yang kuajukan, IF tidak menjawab selain menganggukan kepala seraya menepuk-nepuk pundakku. Bagiku, isyarat itu sudah lebih dari cukup, sebagai ungkapan kesetujuan IF terhadapku.
Aku sendiri, tidak munafik, memang punya dorongan kebutuhan seks yang besar. Apalagi di usiaku yang muda ini. Betapa, sebenarnya, aku juga lelah melakukan perangsangan artifisial dengan onani atau masturbasi yang, sebenarnya, hanya sekadar untuk menyalurkan hasrat seks yang menggebu.
Sementara untuk melakukannya dengan pelacur. Terus terang, aku tidak punya nyali dan uang untuk membayar. Uang saku yang kudapat hanya cukup untuk transpot dan sekadar jajan makan siang di kantin. Lagipula yang akan aku jalani nanti tidak terlalu asing-asing benar buatku. Aku sudah pernah mengalaminya dahulu.
Dan IF berani menawariku untuk FBI juga bukan tanpa alasan. Setelah ia sempat pada suatu ketika memergokiku sedang masturbasi di kamar. Saat itu, sebenarnya, ia hendak bertandang saja. Katanya ia sedang "bete" sehingga kemudian ia singgah ke tempat kost-ku.
"Lho, kenapa ngloco? Sayang kan, membuang-buang peju-mu dan apakah kamu juga tidak capai dengan 'kerja bakti' seperti itu?", Teguran IF sempat membuat wajahku pucat pasi.
Menahan malu. Ketika tanpa setahuku, IF sudah masuk dan berada dalam kamarku yang kebetulan lupa aku kunci.
"Kemari biar kubantu dirimu", lanjut IF seraya menghampiri diriku.
Belum hilang keterkejutanku, IF sudah jongkok dan tangannya meraih batang kemaluanku yang masih menegang.
Tanpa dikomando lagi, mulutnya segera menguliti kepala penisku dan menenggelamkannya dalam lautan kenikmatan. Tubuhku bergetar merasakan gesekan sensasi persetubuhan yang terjadi antara ujung kemaluanku dengan bibir dan lidah IF. Beda sekali dengan sensasi yang kurasa sebelumnya, nikmatnya gesekan antara tanganku dengan batang kemaluan.
Mengimbangi pagutan IF pada batang kemaluanku, jemari tanganku segera menjelajahi lekuk tubuh seraya meremas-remas kedua puting susuku. Sementara kepala IF terus bergerak maju mundur ke arah selangkanganku, mencabut-benamkan batang penisku ke ronga mulutnya yang hangat. Gerakan lidahnya terasa liar menggelitik kepala penisku. Memberikan efek perpaduan rasa senut-senut, linu dan kegelian, yang nikmat.
Aku memejamkan mata menikmati perjalanan mengayuh birahi. Sampai akhirnya, aku sampai ke titik pendakian. Tubuhku menggeletar. Jemari tanganku mengepal dan kakiku terasa kejang. Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Sambil melenguh panjang kupancarkan keluar puncak hasrat kelakianku yang tumpah ruah ke dalam mulut IF. Aku ingat, saat itu, IF sempat terbatuk-batuk. Tersedak oleh batang kemaluanku yang menggelepar memuntahkan lahar asmara.
Asli, aku sama sekali tidak menyangka apabila, IF, ternyata mempunyai kecenderungan yang sama denganku. Senang juga mencumbu sesama lelaki. Padahal, penampilannya sehari-hari, sama sekali tidak mengesankan demikian. Biasa saja, seperti stereotype kaum lelaki pada umumnya. Jantan dan sangat maskulin. Sampai akhirnya terjadi peristiwa di atas. Barangkali, inilah, yang kumaksud dengan kemunafikan. Diakui atau tidak, agaknya memang ada penganut aliran kemunafikan seperti ini di dalam masyarakat kita.
Aku juga ingat, pengalaman pertamakali melakukan orogenital intercourse/fellatio/nyepong/ngenyot atau mengelomoti kemaluan lelaki. Saat itu, aku masih di kelas 1 SMA. Ketika sedang melakukan perkemahan dalam rangka inisiasi. Korbannya, batang kemaluan Hari, kakak kelasku. Usai bernyanyi-nyanyi dalam acara api unggun, kami segera masuk ke dalam tenda. Tidur saling berhimpitan. Isi tenda penuh. Aku kebagian tempat untuk tidur di dekat pintu ke luar. Di sampingku ada Hari.
Aku belum pernah berkemah, atau tidur jauh dari orang tua. Sehingga aku jadi sulit tidur. Saat teman-teman yang lain sudah mendengkur, aku masih belum dapat memicingkan mata. Telingaku masih dapat membedakan suara dengkur teman-teman yang saling bersahutan.
Malam semakin larut. Dingin pun datang menelusup. Mataku tetap tidak dapat terpejam. Aku gelisah menoleh ke kiri dan ke kanan. Terlihat semua teman sudah terlelap. Tidur. Saat berpaling pandang ke arah Hari, yang tidur miring, tak sengaja dikeremangan cahaya malam, ekor mataku menangkap sesuatu menyembul dari balik celana gombrang batik yang dikenakannya.
Diamati dari kontur dan tekstur yang ditimbulkannya, aku yakin benar saat itu Hari sedang tidak memakai celana dalam. Terlihat bayangan kepala dan batang kemaluannya tercetak besar bagai gambar timbul. Pada saat yang sama, entah mengapa tiba-tiba dadaku menjadi berdegup keras. Ada rasa aneh mendesir dan menyelinap membelenggu diri. Gabungan dari aneka rasa keinginan untuk melihat, menyentuh, mengusap, mencium, dan mengulum. Berbaur menjadi satu.
Karena tidak tahan lagi menahan hasrat dan godaan (the desire and temptation) akhirnya, kuberanikan diri untuk perlahan mengusapnya.
"Oh.. my God", suaraku serasa tersekat dalam kerongkongan yang mulai terasa kering.
Aku merasa bagai tersengat arus listrik tegangan tinggi. Ada sensasi aneh kurasakan ketika ujung jemariku menyentuh sesuatu yang masih tersembunyi itu. Kulirik kelopak mata Hari, yang ternyata masih tetap terpejam. Bunyi hembusan nafasnya juga masih terdengar teratur. Artinya, dia tidak tahu dengan yang baru saja kulakukan.
Aku semakin berani. Setelah menghirup nafas panjang, dengan gerak perlahan kubuka tali pengikat celananya yang terjulur ke luar. Agar mudah bergerak, aku sedikit beringsut ke arah bawah. Akhirnya, aku berhasil membuka keseluruhan tali simpul pengikat celana gombrongnya.
Kembali aku mengatur helaan nafasku yang mulai terasa sesak. Sesekali aku menoleh ke kiri dan kanan, memastikan keadaan aman dan terkendali. Terlihat olehku semua masih tetap terlelap. Perlahan jemariku menyelinap dan merayap ke balik celana itu. Indra perabaku menyentuh sesuatu yang sudah tidak asing lagi buatku. Timbunan helai-helai rambut yang bergelombang dan terasa agak kasar.
Aku penasaran untuk melihat lebih jelas sesuatu yang masih tersembunyi. Lalu kusibakan tepi celana yang sudah tak terikat lagi itu. Amboi, terlihat pemandangan yang teramat indah di dalamnya. Kemaluan Hari seolah menyembul dari rerimbunan rambut kemaluan yang ikal dan lebat itu, menjulur ke bawah bagai belalai gajah. Aku menelan ludah. Menekan dengus nafasku yang mulai terasa memburu. Badanku mulai terasa panas terbakar.
Dengan badan gemetar dan degup jantung yang bertalu-talu, perlahan aku membaringkan tubuh lagi dalam posisi miring setengah meringkuk. Letak kepala kuusahakan tepat berada di depan pangkal pahanya. Badanku semakin menggeletar menahan beragam hasrat dan keinginan. Setelah meyakinkan diri bahwa semua akan berjalan dengan baik, aman dan kondusif, aku segera mendorong wajahku ke arah kemaluannya. Hem.. hidungku mengendus semerbak wangi aroma kejantanan menyebar dari pusat selangkangan itu. Kupejamkan mata seraya menghirup dalam-dalam aroma khas yang menggairahkan.
Perlahan jemariku mulai bergerak menyibak dan menyisiri helai-demi helai bulu kemaluan Hari yang tumbuh lebat itu. Terasa ditanganku permukaannya seperti bergerigi. Dibanding dengan jembut yang kumiliki, tekstur jembut milik Hari lebih lebat dan kasar. Namun, bagiku, hal ini malah semakin membangkitkan gairah.
Kugesek-gesekan wajahku di kerimbunan jembut Hari. Ada sensasi kegelian yang kurasa. Kunikmati lagi wangi kelakian yang menyebar dari selangkangan itu.Semakin kuamati dari jarak dekat, batang kemaluan Hari semakin menampakkan bentuk yang mempesona. Menjulur panjang, kokoh, dan besar, dengan gurat-gurat urat menonjol. Kontras dengan permukaan kepala penis yang halus karena disunat dengan bentuknya yang agak bulat lonjong.
Tanpa kusadari, bagai ular lidahku telah menjulur keluar, menjilati-jilat (licking) ujung penis Hari. Tidak lama kemudian, mulutku pun semakin berani menganga lebar. Tidak kalah gesitnya mengulum dan menguliti habis kepala dan batang kemaluan itu.
Bersambung . . . .