Dao Ming Se tidak menyangka kalau hubungannya dengan San Cai akhirnya kandas juga, tidak seabadi kisah cinta Romeo dan Juliet di Inggris atau Romi dan Juleha di Betawi, setidaknya cinta semacam itulah yang selalu diimpikannya selama ini. Mungkinkah hanya karena keegoisannya selama ini yang akhirnya membuat mereka tak lagi dipersatukan, A Se pun tak mengerti, ia sudah cukup banyak mengalah dan kini ia sudah bosan untuk melakukannya lagi.
Dao Ming Se pun tidak pernah berpikir kalau kejadian itu pada akhirnya menyisakan trauma yang mendalam di hatinya terhadap wanita, ia menjadi seorang paranoid, dan tidak mau didekati dan mengejar-ngejar wanita lagi. Ia takut cintanya kembali kandas di tengah jalan.
Suatu hari, menjelang petang A Se sedang duduk-duduk sambil melamun di teras balkon rumahnya, ia memulai kebiasan bodoh itu sejak ia putus dari San Cai. Namun, di tengah-tengah lamunannya, tiba-tiba mata A Se menangkap bayangan sebuah mobil Ferrari merah yang merayap masuk ke pekarangan rumahnya. Tentu saja A Se sangat mengenal siapa pemilik mobil mewah itu. Tetapi tidak seharusnya Hua Ce Lei masih di Taiwan sore ini, A Se malah berpikir kalau A Lei sudah ada dalam pesawat yang akan mengantarnya ke Amsterdam saat itu untuk berlibur bersama keluarganya selama dua pekan.
"Lei, Kau tidak jadi berangkat?" tanya A Se saat A Lei berdiri di depannya dan kemudian bersandar pada void balkon.
"Ya begitulah, selalu saja seperti ini. Aku terkadang tidak bisa mengerti kedua orang tuaku sendiri. Padahal mereka sudah membeli tiket untuk tiga orang dan kemarin sore mereka masih begitu bersemangat untuk berangkat. Tapi, mengapa tiba-tiba tadi siang ayahku membatalkannya?" Keluh A Lei dengan nada jengkel.
Meski wajah A Lei kusut dan cemberut seperti itu, tetap saja tidak mengurangi ketampanan A Lei sedikit pun. Bahkan ia malah tambah menarik saja saat merengut seperti itu, setidaknya A Se menilainya demikian. Entah mengapa, tatapan A Se terhadap A Lei berbeda kali ini, ia memandang pemuda tampan itu dengan pandangan yang terkesan aneh selama beberapa saat sampai-sampai A Lei menjadi salah tingkah karenanya.
"A Se, kenapa memandangku seperti itu? Kau seperti mau menerkamku saja!" kata A Lei kemudian. Tiba-tiba Dao Ming Se melompat dari kursinya dan menghampiri A Lei, ia menggelitik temannya itu dan memeluknya dari belakang, tingkah A Se seperti anak kecil saja. Sesaat kemudian ia terbahak-bahak menyaksikan temannya itu mengeliat-geliat karena kegelian.
"Boleh juga, kebetulan aku memang kelaparan nih!" gurau A Se sambil terus menggelitik A Lei.
"A Se, hentikan! Kau seperti anak kecil saja!" pinta A Lei sambil menahan rasa geli karena A Se terus menerus menggelitiknya. A Se menghentikan aksi nakalnya itu, ia mencubit pipi A Lei.
"Iya, sahabatku yang ganteng. Begitu saja marah!"
"Kita ngobrol di kamarku saja, yuk!" ajak A Se kemudian. A Lei mengangguk, mereka memang tidak suka jika nyonya besar (ibu A Se) sampai menguping pembicaraan mereka seperti yang biasa dilakukannya. Entah mengapa di dunia ini masih ada wanita separah itu. Untung saja nyonya besar tak di rumah saat itu, tetapi tetap saja ada tangan kanannya di dalam rumah itu yang harus tetap diwaspadai.
A Lei mengikuti langkah A Se menuju kamar pribadinya yang juga ada di lantai dua rumah besar itu. Begitu keduanya masuk, A Se langsung mengunci pintu kamarnya. Dan beberapa saat kemudian, handphone A Se berbunyi,
"A Se, aku dan Xi Men sedang menuju ke tempatmu!" kata Mi Chuo dengan cepat setelah A Se menerima teleponnya. A Se menoleh, dilihatnya A Lei sudah merebahkan diri di atas kasurnya, seperti biasa, pemuda itu suka sekali tidur. Tetapi kali ini, kembali A Se memandangi tubuh jangkung yang sedang telungkup di atas kasur pegasnya itu dengan tak berkedip, ia memandanginya dengan birahi. A Se memelototi pantat A Lei yang seksi dan berisi itu. Entah kenapa, selama ini ia tidak pernah memperhatikan kalau temannya itu punya fisik yang nyaris sempurna dan menggairahkan. Kemudian A Lei berbalik, melihat ke A Se.
"Kenapa lagi kau, A Se? Kau kesurupan yah?"
"Mungkin!" sahut A Se singkat. Ia melangkah menghampiri A Lei. "Aku memang kesurupan nafsu birahi," kata A Se dalam hati kecilnya.
A Se pun melompat ke atas kasurnya, berbaring di samping A Lei. Kemudian ia mengelus-elus rambut A Lei dan wajah pemuda itu dengan tangannya.
"Lei, kau tampan juga!" puji A Se kemudian. A Lei benar-benar merasa kikuk saat itu.
"Apa-apaan ini? Memangnya kenapa kalau aku tampan? Kau kan juga tampan," sahut A Lei sambil tetap membiarkan jari-jemari A Se merayap di mukanya. Tak disangka, tiba-tiba A Se mendaratkan ciuman bibirnya untuk yang pertama kali di bibir A Lei, ia bahkan melumatnya dengan liar. A Lei mendapatkan serangan semacam itu malah tambah ketagihan, ia pun balas memagut bibir A Se yang sensual itu sambil tangannya menyibak-nyibakkan rambut A Se.
A Lei kemudian menindih tubuh A Se sambil terus berpacu dengan permainan lidahnya. A Lei pun diburu nafsu saat itu, ia berusaha mengimbangi A Se dengan pagutan liarnya. Mereka bergulung-gulung di atas kasur sambil berpagutan satu sama lain, menggelinjang dan mengerang-erang keenakan.
A Se mengusap pipi A Lei, menciumi pipinya yang putih bersih itu, menggigit-gigit kupingnya dengan liar, mengecup lehernya dan hampir seluruh wajah pemuda itu disapu dengan ciumannya yang dahsyat.
A Se benar-benar sudah tidak terkendalikan lagi, ia seperti kuda liar.
Ia menyelusupkan tangannya ke balik t-shirt A Lei, meraba-raba dan meremas-remas kedua puting susu A Lei, sebelum A Se membukanya. A Lei pun tak kalah liar, ia pun membuka kaos dan celana A Se sampai tersisa celana dalamnya saja, kemudian ia menciumi seluruh tubuh A Se yang menggairahkan dengan aroma kejantanannya itu.
A Se memasukkan tangannya ke sela-sela celana A Lei, sampai ke balik celana dalamnya, ia merasakan kalau tangannya saat itu sedang memegang batang kejantanan A Lei yang sedang ereksi penuh itu.
A Se pun tambah penasaran, ia membuka restsleting celana jeans yang dipakai A Lei dan memelorotkannya, A Se hanya menyisakan celana dalam ketat A Lei. Jelas benar di depan mata A Se, kontol A Lei yang telah mengeras dan memadati celana dalam yang dipakainya itu, seakan-akan sudah tak sabar lagi untuk cepat-cepat melesak keluar dari sangkarnya.
A Se mencaplok bagian yang menonjol itu dengan mulutnya, ia menikmati sensasinya untuk beberapa saat lamanya sebelum tangannya menanggalkan celana dalam putih itu.
Begitu celana dalam A Lei ditanggalkan, kontol sepanjang 17 cm itu langsung tegak di depan batang hidung A Se, bergoyang-goyang seperti batang bambu yang tertiup angin. A Se meraihnya dengan tangannya, mengelus-elus dan mencengkeramnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menjelajah meraba-raba paha dan selangkangan A Lei.
A Lei benar-benar sudah tidak lagi mampu menahan kenikmatan yang dirasakannya, apalagi ketika kontolnya itu tenggelam di dalam mulut A Se. A Se menjilatinya dengan lidahnya, menggigit-gigit kulupnya, melumat batangnya dan menghisapnya maju mundur.
"Achh, nikmatnya. Teruskan, A Se!" pinta A Lei dengan manja sambil kedua belah tangannya mencengkeram ujung sprei dan tubuhnya menggeliat naik turun. Membiarkan A Se menikmati kontol A Lei dengan bibirnya. Dao Ming Se tampak sangat lihai memainkannya, sepertinya ia telah berpengalaman. Sementara A Lei masih baru dalam urusan itu, sebelumnya ia tidak pernah mengenal kenikmatan semacam itu.
A Se makin memperkuat hisapannya, ia melumatnya dengan buas dan liar. A Se senang bisa menjadi orang pertama yang bisa menikmati kontol A Lei yang masih perjaka itu, barangkali pacar-pacar A Lei pun belum ada satu pun yang pernah menikmatinya.
A Lei mengerang lebih keras dan sesaat kemudian, A Lei menyemprotkan spermanya beberapa kali di mulut A Se, ketika A Se sedang seru-serunya berpacu melumat dan mengocok kontol A Lei secara bergantian. Muka A Se basah oleh keringat bercampur sperma, membuat A Se tampak lebih seksi di mata A Lei.
A Se menjilati sperma A Lei di seputar mulutnya, dan juga sisa-sisa sperma yang masih menempel di ujung kontol A Lei pun tidak disia-siakannya. A Se sangat menikmati sperma kental perjaka itu, ia malah mencoba untuk merangsang lagi kontol A Lei agar tegak untuk yang kedua kalinya. Tetapi, untuk beberapa saat tidak berhasil, kontol A Lei terkulai lemas seperti keadaan pemiliknya. A Se kemudian merebahkan tubuhnya di sisi A Lei sambil membersihkan sisa-sisa keringat di tubuhnya dengan t-shirt yang dipakainya tadi.
Tiba-tiba A Lei membalikkan badannya, ia menindih badan A Se yang gempal itu. Kemudian A Lei menciumi seluruh badan A Se, menjelajah setiap lekuk tubuh A Se yang seksi itu sambil tangannya memelorotkan celana dalam bergaris hitam yang dipakai A Se.
A Lei kemudian mengocok kontol A Se yang panjangnya sekitar 16 cm itu, lebih kecil sedikit dibandingkan miliknya. Sesekali, A Lei menyelusupkan dan meremas-remas buah pelir dan selangkangan A Se. Tangannya terasa agak geli ketika bergesekan dengan jembut-jembut A Se yang tumbuh lebat itu, tetapi itu menjadi sensasi tersendiri bagi A Lei. Tidak berapa lama setelah menjalankan aksinya, tiba-tiba terdengar pintu kamar A Se diketok. A Se segera bangkit, meraih pakaian sekenanya, dan kemudian berlari ke arah pintu. Sementara itu A Lei masih bertelanjang bulat, telentang di atas kasur sambil memain-mainkan kontolnya sendiri.
A Se mengintip sebentar lewat celah kecil di pintu kamarnya itu sebelum ia membukakan pintu. Ia tahu, pasti yang datang bukan ibunya karena tidak mungkin ibunya pulang secepat ini dari perusahaan, apalagi hari ini ada rapat penting di kantornya itu.
"Xi men dan Mi Chuo datang!" seru A Se dengan suara pelan pada A Lei. A Lei memberi isyarat dengan tangannya, supaya kedua teman gank mereka itu langsung disuruh masuk saja. A Se pun langsung membukakan pintu, tetapi Xi Men dan Mi Chou tidak langsung masuk, mereka tertegun di ambang pintu menyaksikan A Se yang berdiri di balik pintu hanya dengan mengenakan celana dalam saja. A Se pun langsung menarik mereka masuk.
"Kau apa-apaan, A Se?" tanya Mi Chuo sambil memandangi tubuh sahabatnya itu dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya.
"A Lei, kau juga. Apa yang kalian lakukan?" timpal Xi Men tak mengerti sambil menoleh ke arah A Lei dan A Se bergantian. Mi Chuo mendekati A Lei. Ia terangsang juga melihat tubuh putih mulus A Lei yang kini berada di depan matanya tanpa dibalut seutas benang pun, selama ini ia tidak berani mengatakannya pada sahabatnya itu.
"Kami sedang pesta, kalian mau bergabung?" kata A Lei. Mi Chuo mengambil tempat duduk di sisi A Lei, beberapa saat ia memelototi tubuh A Lei dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya, terutama kontolnya yang innocent itu.
Tiba-tiba, tanpa dikomando, tangan Mi Chuo mulai merayap di tubuh A Lei, mengusap-usapnya dengan lembut, memegang-megang kontol A Lei dan mengelusnya. Kemudian Mi Chuo merendahkan tubuhnya, memeluk A Lei dan melumat bibir sahabatnya itu. A Lei pun membalasnya dengan permainan lidahnya yang dahsyat itu.
"Xi Men, lepaskan saja pakaianmu!Biar aku bantu!" kata A Se sambil membuka satu per satu kancing baju Xi Men, pemuda itu pun menurut saja, ia tampak seperti orang bodoh saja. Di depan matanya, Mi Chuo dan A Lei sedang menikmati permainannya, dan perlahan pakaian Mi Chuo pun mulai tanggal satu persatu oleh tangan liar A Lei.
Tidak ada pilihan bagi Xi Men kecuali harus ikut telanjang bulat seperti teman-temannya itu meskipun ia merasa agak risih juga ditelanjangi oleh orang lain. Setelah telanjang bulat, A Se memeluk tubuh Xi Men dengan erat, saling merapatkan tubuh mereka dan juga kontol mereka yang sama-sama sedang mencapai puncak ketegangannya itu. Mereka pun saling berpacu dengan nafsu. Kemudian A Se berjongkok di depan Xi Men dan memasukkan kontol sepanjang 18 cm itu ke dalam mulutnya dan menghisapnya,
"Argh!" Xi Men mengerang-erang dan menggeliat menikmati sensasi yang dikerjakan oleh A Se di batang kelelakiannya itu. Ia menggigit-gigit bibir bawahnya, menahan rasa geli dan nikmat.
Mi Chuo makin dahsyat dengan permainannya, Ia membalikkan tubuh A Lei dan menindihnya, kemudian menciumi A Lei dari belakang. Ia menyibakkan rambut A Lei agar bisa mengecup dan melumat leher pemuda itu, dengan gaya vampire-nya. Kemudian turun ke punggung dan ke pantat A Lei yang seksi itu.
Mi Chuo meremas-remas pantat A Lei sebelum ia mendekatkan mukanya dan menjilati liang anus A Lei. Ketika A Lei mengangkangkan kakinya, kesempatan itu dipakai oleh Mi Chuo untuk menjilati dan menciumi seputar selangkangan A Lei dan buah pelirnya, serta kontol A Lei yang terjepit di bawahnya.
Setelah puas dengan ciuman-ciumannya, Mi Chuo menarik badan A Lei sampai pemuda itu nungging di depannya. Mi Chuo meremas-remas kontolnya sendiri dan kemudian mengocoknya. Kemudian ia mencoba memasukkannya ke lubang anus A Lei yang membuka di depannya itu. Ia mengarahkan rudalnya yang 17 cm itu agar tepat di lubang A Lei. Setelah itu, ia mendorong badannya ke depan, seiring dengan tenggelamnya kontol Mi Chuo di dalam lubang anus A Lei.
"Achh!" A Lei kesakitan ketika Mi Chuo memasukkan kontol besarnya itu. Mi Chuo malah tak memperdulikannya. Ia kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur, sehingga kontolnya keluar masuk di lubang anus A Lei. A Lei mengerang kesakitan, namun lama kelamaan ia merasakan kenikmatannya juga. Ia tidak mau membayangkan bagaimana mungkin kontol Mi Chuo sebesar itu bisa menembus lubang anusnya, tetapi yang jelas ia sangat menyukai dan teramat sangat menikmatinya.
Benteng pertahanan kekakuan Xi Men pun lama kelamaan runtuh juga, sikap dinginnya berubah menjadi keganasan. Ia menusukkan batang kejantanannya ke pantat A Se dan kemudian memompanya maju mundur dengan gerakan makin cepat dan liar, sampai spermanya itu tumpah ruah di dalam lubang anus A Se. A Se merasakan lubang anusnya itu terasa basah dan hangat oleh cairan kelelakian Xi Men. Badan Xie Men telah bermandikan keringat, tapi itu tidak lantas membuatnya patah semangat. Ia punya stamina yang sangat tinggi dengan libido yang tak kalah tinggi juga tentunya.
Xie Men mendorong tubuh A Se dan membantingnya ke atas kasur, kemudian menindihnya dan menciumi seluruh tubuh A Se. Permainan Xi Men menarik perhatian Mi Chuo dan A Lei, mereka berdua memandanginya untuk beberapa saat. Kemudian Mi Chuo merangsek perlahan mendekati Xi Men, setelah itu ia menindih lagi tubuh Xi Men dan menciuminya.
Xi Men benar-benar tidak bisa terkontrol lagi, apalagi kini tubuhnya terjepit oleh A Se di bawah dan Mi Chuo di atasnya. A Lei pun tak mau ketinggalan juga, F4 tidak akan lengkap tanpa dirinya. Ia mendekatkan kepalanya ke sela-sela paha A Se, dan kemudian menghisap kontol A Se, dan sesekali diselingi dengan jilatan-jilatannya.
A Lei sebetulnya ingin sekali menikmati kontol Xi Men yang paling besar diantara mereka berempat itu, karena itu begitu Xi Men menelentangkan tubuhnya, A Lei pun langsung menindihkan badannya membelakangi Xi Men.
Xi Men pun mendaratkan kecupan-kecupannya ke punggung A Lei yang ada di atasnya. Kemudian ia membetulkan posisi kontolnya agar tepat di lubang anus A Lei, setelah tepat sasaran, A Lei pun memompa badannya naik turun seiring dengan keluar masuknya kontol Xi Men di pantatnya.
"Argh! Nikmat sekali pantatmu, Lei!" seru Xie Men sambil terus menggoyang A Lei.
F4 pun melewatkan 4 jam terakhir itu dengan mencoba permainan baru mereka itu. Yang jelas, mereka sama-sama puas dan ketagihan. Jadi tidak sampai di situ saja, melainkan mereka seringkali melakukannya, khususnya di rumah A Se ketika sedang tidak ada nyonya besar. Dan itu pulalah, yang membuat mereka berempat makin kompak dan makin lengket saja.
Tamat