Teman fitness - 1

Bookmark and Share
Aku tidak menyangka bahwa kota yang kecil seperti "M" di Jawa Timur ini bisa membuatku mengenal banyak wanita dan mereka semua rata-rata sudah mapan dan berkeluarga. Kejadiannya mulanya juga tidak kuduga. Pertama kali aku mengikuti senam pada sebuah sanggar senam yang cukup terkenal dan pada awalnya setelah selesai senam aku langsung tancap gas dan pulang.

Suatu ketika pada waktu senam usai aku merasa lapar, kusempatkan sebentar mampir di kantin depan untuk minum, di sana kulihat banyak sekali wanita dengan riang dan tertawa lepas. Sambil minum aku merasa ada sepasang mata melihatku dengan serius dan kucoba menoleh dia tersenyum. Kutaksir umurnya 32 tahun tetapi badannya masih sip. Kubuang pandang mataku menjauhi untuk menghindari tatapan matanya tapi tak lama kemudian aku dibuat terkejut oleh suaranya yang sudah berada didekatku.
"Sendirian ya.., Boleh Aku duduk di sini", pintanya sambil meletakkan pantatnya di kursi depanku, sehingga dia sekarang jelas berada di hadapanku. Dia memperkenalkan diri dengan nama Diana dan aku menyambut dengan memberikan namaku "Ade". Saat dia ngobrol kuperhatikan bodinya cukup bagus, dadanya kutaksir nomor 36C besar dan padat, pinggangnya ramping. Perkenalan awal ini akhirnya aku dan Diana menjadi lebih akrab. Suatu ketika saat aku pulang senam kulihat Diana sendiri, dengan baik hati aku menawarkan dia untuk aku antar ketujuannya dan dia tidak menolak.

Di dalam mobil sesekali mataku mencuri pandang ke arah dadanya, kali ini Diana memakai kaos dengan leher rendah dan ketat sehingga nampak jelas garis BH-nya. Tanpa terasa dia juga melihat ekor mataku dan berkata;
"Hayo De.., Kamu lihat apa barusan.., Kalo nyetir yang bagus dong jangan lihat samping ntar kalo nabrak bagaimana", tanyanya pura-pura marah.
"Ah.., Nggak ada cuman lihat aja kog", jawabku bingung sambil menggaruk kepala yang tidak gatal tanda aku manyun.
"Ah.., Sudahlah.., toh sama juga khan dengan punya istrimu di rumah", timpalnya sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah saat pertama kali berkenalan kami memang sama-sama mengaku jujur tentang kondisi masing-masing.

Kendaraan memasuki halaman yang cukup luas dengan taman yang cukup bagus
"Masuk dulu De,.., aku ada perlu pengin cerita-cerita ama Kamu", pintanya. Tanpa persetujuan lagi aku memasuki ruang tamunya. Tak lama kemudian Diana keluar dengan memakai rok mini dan kaos tanpa lengan. Pandanganku jadi kacau melihatnya, dari sela ketiaknya kulihat jelas BH-nya hitam dengan daging yang menyembul indah.

"Lho.., Kog sepi nih, mana keluargamu yang lain..", tanyaku menyelidik.
"Anakku masih sekolah sedangkan suamiku sudah 4 hari ini tidak pulang, biasa bisnis", jawabnya. Sambil kulihat tangannya mengutak-atik remote televisi.
"Nah terus kegiatanmu apa kalo lagi sepi begini..", tanyaku lagi. Sambil sesekali mataku kuarahkan pada pahanya yang mulus terlihat dibalik rok mininya.
"Yach biasanya sih abis senam Aku kumpul-kumpul ama beberapa ibu-ibu dan dilanjutkan dengan santai-santai, belanja atau putar Video.., e.., e.., Yah tahu sendiri lah", senyumnya menggoda. Gaya duduk Diana berubah-ubah sehingga aku semakin bebas mengarahkan mataku pada pahanya yang terkadang menyembul banyak disela rok mininya.

Timbul niat isengku untuk menggodanya lebih jauh, "Video apaan sih..", tanyaku pura-pura bodoh. Lama Diana terdiam dan akhirnya dia mengarahkan tangannya pada televisi dan tak lama kulihat adegan yang cukup mendebarkan yaitu seorang lelaki hitam dengan penis yang lumayan besar sedang dikulum oleh perempuan kulit putih. Kontras sekali nampaknya, aku terkejut sambil memandang Diana, dia tersenyum aku jadi salah tingkah. Akhirnya televisinya dimatikan.
"Yah itulah yang sering kami tonton bersama De.., Kami puas setelah menonton terus rumpi sama-sama, kebetulan hari ini mereka ada acara dan aku tidak sehingga aku sendirian saat ini", ceritanya pasrah.
"Nonton aja apa enaknya?, tanyaku menggoda padahal penisku sendiri sudah mulai tegak berdiri.
"Mending aku bantuin lho kalo begini", pintaku sambil senyum.
Diana ikut senyum dan menimpali, "Ah, De paling-paling kamu juga takut.., cuman omong aja".
"Mancing ya.." dia menimpali.
Aku merasa tertantang dengan omongannya langsung kujawab, "Nggak kok bener deh coba aja nyalain televisinya".
"Terus ngapain.., Berani beneran kamu", tantangnya tak kalah ngotot.
"He em.., Lihat aja.., aku udah tadi kog geregetan lihat kamu", balasku menantang, kulihat wajahnya memerah dan tanpa menunggu waktu lagi tangan Diana memijit tombol remote dan kulihat kembali bagaimana ganasnya cewek menghisap kemaluan si cowok.

Diana menggeser duduknya mendekatiku dan dia berbisik "De terus terang aku sama teman-teman sudah lama memperhatikan dirimu", belum sempat dia meneruskan aku sudah menyorongkan mulutku padanya, di luar dugaan dia langsung membalas dengan ganas dan buas. Hampir aku tidak bisa bernafas dan dengan sigap tanganku menjelajah seluruh tubuhnya. Tiba pada gumpalan daging yang mulai tadi kulirik kini sudah berada digenggamanku. Dengan lembut kuelus dan kuremas, Diana menggelinjang. Karena kursi yang kududuki sempit aku mencoba menggeser Diana pada tempat yang lebih lapang yaitu di karpet bawah.

Dengan perlahan tanganku mulai masuk pada gading susunya lewat celah ketiaknya. Kenyal sekali, kukucek terus sampai kurasakan puting Diana mulai mengeras sementara mulutku masih dikuasai oleh lidahnya yang panas. Kutarik mulutku dan kuangkat kaos Diana lewat kepalanya sehingga kini Diana tinggal hanya BH dan rok mininya. Aku melihat tak berkedip betapa besar dan indahnya payudara Diana walaupun sudah beranak tiga. Dengan cepat kutarik payudara itu keluar dari BH-nya.

Perlahan mulutku mendarat mulus pada lingkaran coklat kehitaman di tengah payudaranya. Kuhisap puting Diana yang mengeras dan besar. Dia mengerang tak karuan. Kuteruskan sambil tanganku mengusap seluruh tubuhnya. Aku menindih Diana perlahan, kurasakan penisku yang mulai membesar menatap perut Diana dan Diana menarik diri ke atas sehingga penisku mengarah tepat di selangkangannya. Tangan kiriku memeluk lehernya mulutku ke arah payudara kiri dan kanan sementara tangan kananku menjelajah tubuhnya. Kini tangan kiriku berpindah di susunya dan mulutku menciumi perut dan pusarnya sementara tangan kananku kini pada tempat yang tadi ditindih penisku yaitu vaginanya.

Diana terkejut dan, "Enngghh.., zz" dan suara itu tak beda dengan suara televisi yang kulirik semakin hot saja, tanganku tambah berani saja, kusibakkan rok mininya dan kuelus vaginanya. Tanganku tak sabar dengan cepat kumasukkan tanganku pada CD-nya dan kurasakan betapa lebat rambut vaginanya. Basah dan becak semakin terasa saat lubang vaginanya tersentuk jari tengahku. Kuucek perlahan Diana semakin tak karuan tingkahnya dan jariku yang lain mempermainkan clitorisnya. Aku tak bebas kutarik semua yang melekat di daerah pahanya yaitu rok dan CDnya, Diana hanya terpejam merasakan seluruh gerakanku. Kuperhatikan sekarang seorang perempuan telanjang bulat dengan payudara yang besar serta rambut kemaluan lebat dan clitorisnya yang cukup panjang keluar agak kaku. Tanganku terus mengucek lubang kemaluan Diana dan kudengar lenguhan tak karuan saat dua jariku masuk ke lubangnya.

Aku terkejut tiba-tiba Diana bangun dan menarik tanganku menjauh dari lubang kemaluannya, dengan mendesah Diana menarik kancing bajuku dan menurunkan retsleting celanaku hingga terlepas dan kini aku tinggal memakai CD saja. Diana menelusuri tubuhku dengan mulut mungilnya. Kini aku yang merasakan gejolak nafsu yang luar biasa, kurasakan tangan Diana mengelus penisku dari luar CD-ku. Mulut Diana semakin tak karuan arahnya leher, dada, pinggangku digigit kecil dan perutku juga tak luput dari ciumannya aku didorong sehingga posisiku telentang saat ini, tanganku hanya bisa menggapai kepala Diana yang kini berada di perutku. Kurasakan tangan mungil mulai meremas-remas keras penisku dan penisku semakin kaku saja. Kuperhatikan wajah Diana terkejut saat tangannya mulai masuk CD dan memegang penisku. Cepat-cepat disibaknya semua penghalang penisku dan kini dia nampak jelas bagaimana penisku meradang. Kepala penisku memerah dan tangan Diana tak sanggup menutup semua bagian penisku.

Diremas-remas dengan gemas penisku dan memandangku mesra, Aku mengikuti matanya dan mengangguk. Diana mengerti anggukanku dan dengan perlahan mulut Diana disorongkan pada kepala penisku. Aku merasa hangat saat mulut kecil itu mendarat pada penisku. Diana mulai menggila dengan menghisap dan menjilat seluruh bagian penisku. Aku merasakan penisku berdenyut keras menahan hisapan kuat mulut Diana.
"Ahh.., zzt..", Diana semakin menjadi mendengar eranganku, seluruh tubuhku terasa melayang merasakan panasnya lidah yang menjilat dan mulut mungil yang menghisap, dan kuperhatikan kepala Diana naik turun dengan mulut penuh. Tangan Diana juga tidak tinggal diam kuperhatikan tangan kirinya sibuk meggosok vaginanya sendiri dan tangan kanannya memegang penisku dan mengocoknya sementara mulutnya tetap aktif menghisap dan terus menghisap.

Diana kini mulai menjauhkan mulutnya pada penisku dan tak seberapa lama dia duduk sambil menuntun penisku diarahkan pada vaginanya, rupanya Diana juga tidak sabar ini terbukti dengan dipaksakan dengan keras vaginanya untuk tertusuk penisku dan kurasakan penisku hangat saat menembus lubang vaginanyana. Kusaksikan wajah Diana meringis menahan laju penisku di vaginanya, dia tidak bergerak menyesuaikan diri dengan penisku. Aku merasakan penisku berdenyut seperti dipijat, Diana perlahan mulai menggoyangkan pantatnya naik turun sambil rambutnya tergerai dan kulihat payudara Diana bergerak dan bergoyang indah, cepat-cepat kuremas dan kuusap-usap payudara besar itu dan tak seberapa lama kusaksikan Diana mengejang dengan memelukku erat dan kurasakan ada kuku yang menancap di punggungku
"sszztt.., eenngghh.., Aku nggak tahan De..", lenguhnya. Aku menjadi giat menggoyang penisku menusuk-nusuk vaginanya yang semakin basah, suara kecipak vaginanyana saat kutusuk membuatku semakin bergairah dan, aku memegang pinggang Diana untuk mengarahkan semua penisku pada lubangnya, aku mulai merasakan penisku panas dan mau keluar, Akhirnya..
"Diana.,., aku mulai nggak tahan nih.., mau keluar.., ahhzz", sambil terus kugoyang pantatku berputar dan meremas pinggulnya yang berisi, Diana semakin menjadi dan.., Creet.., creett.., creett. bersamaan dengan keluarnya spermaku aku merasakan ketegangan yang luar biasa bahkan lebih hebat dari yang tadi, kaki Diana kaku dan melingkar pada kakiku dan erangannya semakin keras dan binal. Pagutan tangannya kurasakan sampai aku hampir tak bernafas, Kami berdua puas dan sama-sama kelelahan.

Bersambung ....