David Yang Menggairahkan (1)
Ada satu pria lain dalam kehidupan Val, selain Arya. Nama pria lain itu adalah David, seorang lajang dari Amerika yang bekerja di sebuah perusahaan minyak asing di Jakarta. Mereka bertemu di sebuah klab malam, ketika Val sedang sendirian menghambiskan malam minggunya. Waktu itu David datang bersama seorang temannya, seorang expatriate juga, bernama Wayne. Sebetulnya, Wayne lah yang aktif menggoda Val malam itu. Tetapi, Val lebih tertarik pada David yang tampak lebih kalem dan lebih dewasa. Ketika Wayne mengajak berdansa, Val tidak menolaknya. Tetapi, begitu musik berganti, Val melepaskan diri darinya, dan mengajak David untuk berdansa. Tindakan ini menjadi semacam sinyal bagi Wayne, yang akhirnya mengalah.
Sepanjang sisa malam itu, Val berdansa hanya dengan David, dan mereka pun semakin merasa dekat satu sama lainnya. Wayne akhirnya menghilang entah kemana, dan baru bergabung lagi ketika klab sudah akan tutup pukul 2 pagi. David menawarkan diri mengantar Val pulang, dan Val tentu setuju, sementara Wayne bersungut-sungut karena harus pulang sendirian.
Mereka berdua pulang dengan taksi, dan sepanjang perjalanan mengobrol ke sana ke mari. Bagi Val, David adalah seorang pria yang pandai bicara walaupun tidak pernah berpanjang-panjang. Komentar-komentarnya selalu cerdas dan jenaka, atau witty kata orang Inggris. Senang sekali rasanya Val mendapat teman bicara seperti David, setelah dua minggu ini bekerja keras dan berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak terlalu lancar berbahasa Inggris.
David juga sangat tampan, dengan mata biru yang romantis, dan dagu kokoh yang terbelah dengan indahnya. Rambutnya pirang dan dibiarkan agak panjang, bergerai sedikit di bawah kupingnya. Mulutnya seksi, pikir Val setiap kali ia memandang David berbicara. Bibirnya menampakkan ketegasan sekaligus kelembutan, dan nafasnya tercium harum karena ia tidak merokok. Ia juga tidak berjanggut dan berkumis, klimis dan bersih, sehingga menggoda Val untuk menciuminya.Setibanya di apartemen Val, hari sudah menjelang pagi, dan Val memutuskan untuk segera tidur, walaupun sebenarnya ia ingin memberi kesempatan David untuk mendekatinya lebih jauh. David pun tampak tidak ingin terburu-buru, dan segera mencium kedua pipi Val sambil mengucapkan selamat malam.
******
Lalu, Val dan David sering berjumpa, entah untuk makan siang di hari Minggu atau pun untuk bersama-sama ke klab malam di hari Sabtu. Biasanya, perjumpaan mereka hanya untuk mengobrol dan saling bertukar lelucon. David pun belum pernah terlihat berusaha mencubu Val, dan Val masih merasa perlu membuka diri lebih jauh. Walaupun begitu, jika sedang berdansa, Val merasa David semakin hangat kepadanya. Badannya semakin erat ditempelkan ke badan Val, dan Val pun dengan senang hati membiarkan tubuhnya didekap mesra. Saat itulah Val merasa bahwa David selama ini hanya berusaha sopan, walaupun ia menginginkan dirinya
Setelah beberapa lama, hubungan mereka semakin erat. Percumbuan pertama mereka justru terjadi ketika pada suatu hari David mampir ke gedung tempat kantor Val berada. Ia sebetulnya berkunjung ke kantor lain yang terletak dua lantai di atas kantor Val. Seusai urusannya, David melihat jam tangan dan menyadari bahwa ia bisa langsung pulang ke rumah karena hari sudah pukul 5 sore. Iseng-iseng, ditelponnya kantor Val, dan ternyata Val juga belum pulang. Maka ia pun mampir, dan menemui Val yang di kantornya tinggal berdua saja dengan sekretarisnya. Pegawai-pegawai lain sedang berhamburan ke luar ketika David masuk.
Berbeda sekali penampilan David, pikir Val ketika melihat teman prianya masuk. David memang tampak semakin ganteng dengan jas hitam dan dasi biru menyala. Sepatunya mengkilap dan terkesan mahal. Minyak wanginya lebih semarak dan mewah dibandingkan jika ia ke klab malam. "Hello, gorgeous ...," sapa Val ketika David muncul di pintu kantor pribadinya. David mencium pipi Val, membuat Val merasa terselimuti oleh keharuman pria gagah ini.
"Wow ... you've got yourself a nice room, Val," kata David sambil memandang ke sekeliling kamar Val yang memang luas dan mewah itu. Meja kerjanya besar dan dilengkapi berbagai perlengkapan modern, membelakangi sebuah jendela besar yang menghadap jalan raya. Gordennya berwarna hijau kebiruan, berkesan sejuk. Lantainya berkarpet biru tua, tidak berbunyi ketika diinjak. Di sebelah kiri ada lemari besar berisi aneka minuman. Agak di tengah, ada meja besar dengan beberapa kursi, tempat Val mengadakan rapat dengan stafnya. Juga ada sebuah papan tulis modern dilengkapi proyektor.
Val menawarkan minuman, dan David memilih bir dingin. Val sendiri menghirup iced coffee yang masih tersisa. Mereka duduk berhadapan di depan meja rapat, dan bertukar berita sehari-hari. Sesaat kemudian, Evi -sekretaris Val- masuk untuk pamitan pulang. Val mengucapkan selamat sore dan meminta Evi menutup pintu kantor. Kini hanya Val dan David yang tinggal. Sejenak mereka terdiam, dan hanya suara AC terdengar mendengung.
Lalu, entah dari mana, Val punya ide sensual. Bagaimana kalau hari ini aku menggodanya untuk bercumbu, di sini, di kantorku?, Val membatin sambil menumpangkan kakinya yang mulus.
Dan entah apa pula sebabnya, David pun berpikiran sama. Sambil menghirup birnya, David memandang wanita di hadapannya, dan menyadari betapa cantiknya Val dengan pakaian kantornya. Ia memakai baju krem tipis, menampakkan sebagian dadanya samar-samar. Rok hitamnya tampak ketat membungkus pinggul, dan terangkat agak tinggi ketika Val menumpangkan satu kakinya di atas kaki yang lain. God, she's so sexy, pikir David. Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang.
Mereka tiba-tiba saling memandang, dan mata Val bersinar nakal. Dengan gaya sensual, Val menjilat bibirnya sendiri, menampakkan lidah mungil yang basah. David menelan birnya dengan susah payah, dan membalas memandang nakal. "You are not leaving soon, are you...," ucap Val setengah berbisik. David menggeleng, senyumnya mengambang perlahan.
Val lalu bangkit menuju pintu, dan .... ckrek! ... pintu dikuncinya dari dalam. Ia lalu membalik memandang David yang kini juga bangkit dari kursinya dan meletakkan bir di meja. Val melepas sepatunya, menyepaknya seenaknya, lalu berjalan mendekat. Mereka kini berhadapan sangat dekat. David memegang pundak Val dengan lembut, menariknya lebih dekat lagi, lalu menunduk untuk menciumnya. Val memejamkan mata, menghela nafas David yang segar beraroma bir dingin, bercampur harum parfum. Ketika kedua bibir mereka bertemu, Val merasa darahnya berdesir cepat, membuatnya seakan melayang.
David melumat bibir merah yang memang sudah lama dirindukannya ini. Dihisapnya bibir bawah Val yang lebih tebal sedikit dari bibir atas. Ada rasa manis dan aroma kopi tertinggal di sana, membuat David seperti sedang mengulum permen kopi. Val menggumam, membiarkan David bermain-main dengan bibirnya. Ia membuka mulutnya, mengundang lidah David untuk bermain-main di dalam. Dan David tidak menolak undangan itu. Ia segera memasukkan lidahnya, mempertemukannya dengan lidah Val yang terasa lembut dan hangat. Val menangkap lidah David dengan kedua bibirnya, menyedot dan mengulumnya dengan bernafsu. Ini membuat gairah keduanya meningkat dengan cepat. Ciuman mereka berubah dari lembut ke bergelora. Nafas mereka yang tadinya masih teratur, kini mulai terengah-engah. Val memeluk David dan menopangkan seluruh tubuhnya ke pria itu, dan David pun perlahan-lahan mendorong Val ke belakang, ke arah meja.
Setelah beberapa langkah, Val tidak bisa mundur lebih jauh lagi. Pantatnya yang seksi terhenyak di meja jati yang biasa dipakai untuk rapat itu. David terus menciuminya, mengulum bibirnya yang menggairahkan itu. Val terengah-engah, tak kuasa menahan gejolak birahi yang kini telah menyerbu seluruh tubuhnya. Kedua tangan David menggerayangi bagian depan baju Val, melepas kancingnya satu persatu dengan tergesa. Ketika kancing terakhir tidak bisa dibuka dengan mudah, David menyentak baju Val sehingga kancing itu pun putus, jatuh bergelinding di lantai berkarpet. Val tidak bisa memprotes, mulutnya sedang sibuk melayani pagutan David yang semakin liar. Ia juga hanya bisa menggelinjang nikmat, ketika behanya dibuka dan kedua payudaranya yang sintal dicengkram dan diremas dengan gemas oleh David.
Payudara Val termasuk besar, tetapi sangat padat. Apalagi pada saat birahi seperti ini, dadanya semakin sintal dan turun naik dengan cepat seirama nafas Val yang terengah. David menggerayangi bukit-bukit indah itu dengan gairah, terutama meremas kedua putingnya yang kenyal dan terasa hangat. Val mengerang dan mendorong tubuhnya semakin rapat. David melepas ciumannya, lalu menunduk untuk mengulum salah satu puting Val yang sudah mengeras itu. Val mengerang lebih keras lagi, merasakan mulut David yang panas mengelilingi puncak payudaranya yang terasa geli sekali.
Dengan dua tangannya yang masih bebas, Val membuka resleting celana David. Lalu ia merogoh dan menemukan apa yang dicarinya. Besar dan tegang sekali kejantanan David. Segera Val meloloskannya, bagai sedang melepaskan ular liar yang kini menyentak-nyentak minta dipuaskan. Dengan gemas diremasnya kejantanan itu. Dielusnya pula dengan sayang setelah itu. Diurut-urut, sehingga semakin membesar dan mengeras. Semakin panas dan berdenyut pula. Menggairahkan sekali. David mengerang merasakan dirinya semakin lama semakin terhanyut kenikmatan.
Lalu Val mendudukkan dirinya di meja, mengangkat kedua pahanya, menyebabkan roknya tersingkap, menampakkan celana dalam tipis berwarna coklat. Dengan satu tangan, Val menuntun kejantanan David untuk digosok-gosokkan di depan bibir kewanitaannya yang masih tertutup kain. Oh, geli sekali rasanya bagi Val, dan segera terasa cairan hangat mulai merayapi liang kewanitaannya. Apalagi kemudian Val menggesek-gesekan ujung kejantanan David di tonjolan kecil di bagian atas. Val mendesah merasakan nikmat mulai menyebar ke seluruh tubuhnya.
David pun tak kuasa menahan nafsu mendapat perlakuan seperti itu. Cepat-cepat disingkapnya rok Val lebih jauh. Lalu ditariknya celana dalam yang tipis itu dengan cepat, sehingga akhrnya kewanitaan Val bebas dari segala hambatan. Memerah-muda sudah warnanya. Sedikit basah pula di bagian bawahnya. Tanpa basa-basi, David memasukkan kejantanannya dengan sekali dorong. Val bagai orang tersedak, tersentak mendapat serbuan kenikmatan yang tiba-tiba itu. Tanpa basa-basi pula, David segera mendorong-dorongkan pantatnya, membuat Val terlonjak-lonjak di atas meja kokoh itu. Liar sekali permainan cinta ini.
Di kejauhan terdengar suara bel lift berbunyi. Untuk sejenak, Val merasa kuatir jika ada orang yang memergoki mereka berdua. Tetapi pikiran itu segera sirna, karena ia yakin ruang kerjanya kedap suara, dan pintunya sudah terkunci. Lagipula, dengung suara AC cukup kuat, menutupi suara apa pun yang masih bisa lolos dari ruang ini.
David memaju-mundurkan tubuhya dengan cepat. Val mengerang ketika tiba-tiba merasakan orgasmenya datang memburu. Permainan yang liar dan cepat seperti ini selalu dengan mudah membuat Val mencapai puncak birahi. Apalagi David memiliki kejantanan yang begitu besar, panjang, liat, dan kuat. Seluruh liang kewanitaannya dipenuhi oleh kejantanan itu, sehingga setiap gesekan terasa lebih nikmat. Hanya dalam waktu singkat, Val sudah berayun-ayun dalam ombak orgasmenya yang datang bertubi-tubi. Ia memeluk tubuh David yang masih memakai jas, sementara kedua kakinya melingkari pinggangnya, menjepit bagai kepiting raksasa menjepit mangsa.
Dengan nafas terengah-engah, David terus menggenjot dan menghenyakkan kejantanannya. Ia tahu Val sedang dilanda orgasme, karena kejantanannya kini terasa diremas-remas dan disedot-sedot oleh kewanitaan Val. Untuk menambah kenikmatan, kadang-kadang David berhenti mendorong, membiarkan seluruh kejantanannya tenggelam sampai ke pangkalnya, lalu memutar-mutar pinggulnya. Val mengerang-erang nikmat, merasakan dinding-dinding kewanitaannya diaduk-aduk oleh sebuah batang kenyal yang panas. Selain itu, gerakan David menyebabkan tonjolan kecil di bagian atas kewanitaannya bagai sedang dipilin-pilin. Tak terperi rasanya, dua kenikmatan berpadu, membuat Val tersengal-sengal dengan mata terpejam, sambil mendesis, "Yess.., yess... ".
Kadang-kadang David menarik kejantanannya hingga hampir keluar dari cengkraman kewanitaan Val. Lalu, dengan hanya bagian ujung yang berada di dalam, David memutar-mutarkan kejantanannya dengan tangan. Bagi David, ujung kejantanannya yang sensitif itu bagai sedang diperas-peras, nikmat sekali. Bagi Val, gerbang kewanitaannya bagai sedang dikelitiki oleh jutaan jari-jari hangat. "Oh,... yes ... do it again .... yes...!" desahnya sambil mencengkram punggung David, membuat jas pria itu semakin lecek. Dengan suka hati, David memenuhi permohonannya, terus memutar-mutar sambil sesekali mendorong masuk seluruh kejantanannya. Dengan ibu jari tangan lainnya, David menekan dan memutar –mutar pula tombol kenikmatan di bagian atas kewanitaan Val, sehingga perempuan molek ini menggeliat-geliat kegelian.
Tetapi keduanya tidak bisa terus bertahan dengan gerakan-gerakan kecil yang menunda puncak orgasme itu. Setelah sepuluh menit bermain-main begitu, David tidak bisa menahan nafsunya. Ia kembali memasukkan seluruh kejantanannya, sedalam-dalamnya sehingga membentur dinding belakang kewanitaan Val, membuat Val kembali seperti tersedak oleh rasa nikmat. Lalu David mulai bergerak dengan cepat kembali, penuh keliaran kembali, menyerbu dan membenturkan dirinya ke tubuh Val. Akibatnya, Val terpaksa merebahkan seluruh tubuhnya di meja. Ada beberapa dokumen dan surat yang tertindih, tetapi Val tak peduli. Baju kantornya sudah terbuka sepenuhnya di bagian depan. Behanya pun tak lagi menahan kedua payudaranya yang berguncang-guncang seirama gerakan David.
Kini lah saatnya mencapai puncak bersama. David merasakan gemuruh orgasmenya telah tiba, sehingga ia mempercepat gerakan pinggulnya. Val pun menyerah, membiarkan dirinya diterjang-terjang oleh kejantanan David yang terasa semakin membesar dan semakin panjang. Tubuh Val menggeliat dan meregang bagai busur panah. Punggungnya terangkat, tetapi pantat dan bahu serta kepalanya tetap di atas meja. Dua bukit di dadanya menjulang sangat seksi, sehingga David terundang untuk meremasnya dengan kedua tangan. Val menjerit, karena remasan itu begitu keras, menimbulkan sedikit rasa sakit, tetapi juga bagai memicu ledakan akhir dari orgasmenya.
David pun tak tertahankan lagi. Ia menghujamkan kejantanannya dalam-dalam, merasakan cairan hangat kental mengalir dengan cepat dari dalam dirinya, sepanjang kejantanannya, lalu muncrat keluar dengan sangat kuat. Berkali-kali David meregang-regang merasakan muncratan demi muncratan berhamburan memenuhi liang kewanitaan Val. Matanya terpejam karena rasa geli dan nikmat yang tak tertahankan. Sementara Val sudah pula menggelepar-gelepar, menyebabkan beberapa lembar surat terlempar ke lantai. Tubuhnya terasa meledak-ledak dan setiap ledakan menimbulkan kenikmatan luar biasa.
Kira-kira tujuh menit lamanya kedua pasangan ini meregang dan menggeliat menikmati puncak birahi bersama. Seandainya saat itu ada gempa bumi pun, pastilah keduanya tak akan menyadarinya. Dan sesungguhnya, ketika mereka sedang menuju puncak, telpon di kantor Val berdering-dering. Tetapi siapa yang peduli, ini kan di luar jam kerja...
*****
Berdua mereka akhirnya meninggalkan kantor ketika matahari telah seluruhnya tenggelam. Sambil tertawa-tawa mereka berjalan cepat menuju tempat parkir. David memaksa Val ikut mobilnya untuk pulang ke apartemen. Val setuju setelah menitipkan kunci mobilnya ke seorang petugas keamanan.
Bersambung ....