David Yang Menggairahkan (2 - selesai)
---------------------------------------
David memaksa Val mampir di apartemennya, tidak langsung pulang. Val sebetulnya hendak membantah, karena besok pagi ia harus kembali ke kantor.
"Apakah ada agenda penting besok?" tanya David sambil menancap gas meninggalkan pelataran parkir, masuk ke jalan Thamrin yang sudah padat oleh kendaraan.
"No ... hanya ada satu pertemuan sehabis makan siang. Itu pun tidak terlalu penting, just a routine discussion," jawab Val.
"So, c'mon ... kamu bisa mampir ke tempatku. Ada pizza istimewa di lemari es, dan kita bisa makan malam ala Italia. Di dekat apartemenku ada restoran Italia," desak David. Val akhirnya menyerah. Sambil mencubit pipi David dengan gemas, ia akhirnya setuju mampir ke apartemennya.
**********
Apartemen David lebih luas dari apartemen Val, terletak agak ke luar Jakarta ke arah Bogor. Ruang tamunya didominasi warna coklat tua dan ornamen merah maroon serta warna-warna emas. Sebuah jendela besar menghadap ke selatan, menampakkan hamparan ladang golf yang luas. Indah sekali.
Val menghenyakkan tubuhnya di sofa. David datang membawa dua botol minuman kaleng yang dingin. Sejenak mereka mengobrol tak tentu arah, sebelum akhirnya Val bangkit dan merasa tubuhnya perlu kesegaran.
"Aku mau mandi," ucapnya, "Kamu punya piyama ekstra, kan?"
"Mungkin terlalu besar untuk kamu," jawab David, "Tetapi,... apa betul kamu perlu piyama?" godanya sambil mengedipkan sebelah mata.
"Nakal!" sergah Val.
David menuntun Val ke kamarnya, menyuruhnya memilih sendiri piyama yang akan dipakainya. Val memilih yang berwarna biru tua, dari handuk dan berukuran besar. Lalu, di depan David yang berdiri kagum, ia melepaskan pakaian kantornya, meletakkan dengan rapi di atas ranjang David. Molek dan mulus sekali tubuh itu, membuat David menelan ludah berkali-kali. Val memang seperti patung marmer buatan Itali yang hidup!
"Kamu juga perlu mandi, kan?" ucap Val sambil memandang David dengan matanya yang biru penuh godaan. Bagaimana David bisa menolak ajakan seperti itu?
Tergesa-gesa David membuka seluruh pakaiannya, lalu menyusul Val yang sudah berlari ke kamar mandi.
**********
Di kamar mandi, Val bertanya di mana pisau cukur David. Dengan agak heran, David balik bertanya, "Untuk apa?"
Val hanya tersenyum, dan David menyerahkan sebuah pisau cukur non-elektronik sambil tetap keheranan. Tetapi keheranannya segera berubah menjadi ketakjuban, ketika tahu apa yang hendak dikerjakan oleh bidadari mulus itu. Val hendak mencukur bulu-bulu di sekitar kewanitaannya! Oh, it's gonna be fun! pikirnya gembira.
Val duduk di pinggir bak mandi jacuzzi, dan dengan cekatan melakukan pencukuran. Tampak jelas bahwa ia sudah terbiasa melakukannya. David terdiam memandang wanita molek ini mengangkangkan kakinya dengan santai, seakan-akan tidak ada orang lain di depannya. Dengan takjub dilihatnya kewanitaan Val semakin lama semakin bersih, dan akhirnya licin tak berbulu sama sekali!
Kemudian Val bangkit, dan tanpa banyak bicara menuju ruang shower yang dipagari kaca buram. Piyama mandi ditanggalkannya sambil berjalan, dilempar seenaknya ke penggantungan baju yang terbuat dari nikel, di pojok kamar mandi. David kembali tergesa-gesa mengikuti tingkah Val dan menyusul masuk ke ruang shower.
Di dalam, Val sudah membasahi tubuhnya dengan air. Wow! David tak berhenti mengagumi tubuh mulus itu. Dengan air di sekujur badannya, tubuh itu tampak lebih menggairahkan lagi. Teringat David akan patung-patung bidadari telanjang di pinggir kolam di Roma. Seperti itulah tubuh Val, cuma tentu saja lebih indah lagi karena 'patung' itu hidup!
"Jangan cuma berdiri di sana, David, nanti kamu masuk angin," goda Val sambil menyerahkan sebotol sabun cair, "Bantu aku menyabuni tubuhku, alright?"
"Dengan senang hati!" sahut David sambil tersenyum manis. Dituangkannya sabun banyak-banyak ke telapak tangan, lalu diusapkannya ke tubuh Val. Wow! Kembali David terkagum merasakan tubuh yang tidak saja tampak halus, tetapi memang halus. Bersemangat sekali David menyabuni Val yang tertawa-tawa kecil seperti seorang anak dimandikan bapaknya. Tak berapa lama kemudian, tawa-tawa kecil itu berhenti, diganti dengan gumam. Lalu diganti lagi dengan desahan. Val mematikan air shower, memejamkan mata menikmati pelayanan khusus pria menawan di hadapannya.
David pun menyabuni tubuh Val makin seksama. Tangannya cekatan mengusapkan busa lembut dan wangi ke seluruh tubuh Val. Ketika menyabuni payudaranya, David berlama-lama mengusap-usap kedua puting susu Val, membuat wanita Irlandia yang molek ini bergelinjang-gelinjang kegelian. Kedua tangannya terangkat, mencekal erat tangkai shower, seakan bergantungan di situ. Posisi ini menyebabkan dua bukit kenyal yang membusung itu bertambah tampil menggairahkan. Gemas sekali David meremas-remasnya, bermain-main dengan busa sabun yang berleleran. Seakan-akan ia adalah seorang peternak yang sedang memerah susu-susu sapinya. Kadang-kadang ditarik-tariknya kedua ujung payudara yang semakin menggembung itu, seakan-akan benar ingin mengeluarkan susu.
"Don't be too long there, darling...," bisik Val tak sabar, "Touch me down there, honey...," desahnya.
David tersenyum dan segera menurunkan salah satu tangannya, menyabuni perut Val yang rata dan tambah licin oleh busa sabun. Dengan cepat, tangan itu tiba di selangkangan Val yang sudah pula terbuka karena ia berdiri dengan dua kaki agak terpisah. David mengusap-usapkan sabun ke seluruh kewanitaan Val yang telah bersih licin tak berbulu. Val menggeliat dan memejamkan mata, mendesah. David semakin giat menyabuni bagian yang putih bersih itu, mengusap-usap dengan telapak tangannya. Sementara tangan yang satu turun ke bawah, ke bagian belakang. David meremas pantat Val yang padat berisi itu, membuat wanita itu menjerit kecil, antara senang dan terkejut.
Kini seluruh kegiatan David terkonsentrasi di bagian bawah. Tangan kirinya menggerayangi bagian depan kewanitaan Val, sementara tangan kanan bermain-main di belakang. Dengan jari-tengah tangan kirinya, David perlahan-lahan menelusuri bibir kewanitaan Val . Kedua bibir itu seakan-akan merekah terpisah menerima jari David yang meluncur lancar ke bawah, lalu perlahan naik lagi ke atas. Ke bawah, ke atas, dengan perlahan tapi penuh kepastian. "Oooow....," Val mengerang dan menyorongkan pinggulnya ke depan, merapatkan kedua pahanya menjepit tangan David. Terasa sekali kenikmatan menjalari pangkal pahanya, membuat Val ingin segera ditelusupi oleh jari yang nakal itu.
Tangan kanan David bergiat di belakang, juga dengan jari tengah yang nakal menelusuri celah di antara dua bukit belakang Val yang seksi. Busa sabun membuat aktivitas David semakin lancar, dan kini ujung jari tengahnya menyentuh bagian luar lubang belakang Val. Pelan-pelan, David memutar-mutar ujung jarinya di sana, dan Val merasakan geli yang nikmat seperti geli yang terasa di liang kewanitaannya. Ah, kini ada dua kegelian di bawah sana, di depan dan di belakang. Val menggeliat-geliat seakan-akan kebingungan, apakah akan menyorongkan pinggungnya agar kewanitaannya bertambah geli, atau mendorong ke belakang agar belakangnya yang dirangsang. Akhirnya ia melakukan keduanya: menyorong ke depan dan mendorong ke belakang. "Oooow, that's nice honey..., do it some more," desahnya.
David menurunkan tubuhnya, berlutut di depan Val. Ia lalu mulai menciumi bagian depan kewanitaan Val yang licin dan kini penuh keharuman sabun wangi itu. Val segera mengucurkan sedikit air untuk mengusir busa di sana, sehingga kini kewanitaannya yang mulus itu terpampang jelas di mata David. Oh, indah sekali tampaknya bagian yang sangat sensitif itu. Putih bersih, tidak berbulu, seperti seorang gadis yang belum lagi remaja. Kedua bibir kewanitaan itu tampak menebal, merekah memperlihatkan daerah yang memerah dan basah oleh air maupun oleh lendir bening. Agak ke atas, dan agak tersembunyi, terlihat tonjolan kecil berwarna kemerahan yang agak berdenyut-denyut. Tonjolan itulah yang pertama dituju oleh David, diciuminya dengan lembut, lalu dijilatnya dengan ujung lidah. "Geez....,"
Val terlonjak seperti disengat setrum, dan otomatis pula kakinya membuka lebih lebar, dan pinggulnya tersorong ke depan.
Pada saat Val mengangkangkan kakinya, tangan David beraksi lagi. Jari telunjuknya masuk dengan leluasa ke dalam kewanitaan Val, disusul jari tengahnya. Dua jari nakal itu bermain-main di dalam sana, berputar dan menggosok-gosok dinding yang licin dan berdenyut dan memerah itu. Val semakin gelisah menggeliat-geliatkan badannya. Apalagi kemudian David juga menggelitiki bagian belakangnya. Val bagi terperangkap dalam dua sumber kenikmatan birahi yang membuatnya bergetar sekujur tubuh. Liang kewanitaannya terasa semakin menguak, dan David kini memasukkan satu jari lagi, sehingga tiga jari ada di dalam sana, keluar-masuk, berputar-putar, mengurut-menggosok. "Oh, God ...... I can't stand it anymore....," erang Val sambil memegangi bahu David dan melebarkan kangkangannya sehingga ia nyaris terjongkok.
David lalu duduk di lantai shower, dan membiarkan Val mengangkangi kepalanya. Dengan posisi ini, ia bisa leluasa menjilati kewanitaan Val dan bermain-main dengan lubang belakangnya. Ia kini memasukkan lidahnya ke dalam liang kewanitaan Val yang sudah dibanjiri cairan cintanya. Kini tiga jari dan satu lidah ada di dalam sana, membuat Val merasa kedua lutunya hilang, lemas sekali. Apalagi David kemudian menyedot dan seakan-akan mengunyah-ngunyah seluruh kewanitaan Val, membuat wanita itu tak tertahankan lagi, melorot ke bawah, jatuh di pangkuan David sambil mendesah-desah dengan mata terpejam.
Dengan sedikit gerakan, Val berhasil menangkap kejantanan David yang sudah pula menegang di antara jepitan dua bibir kewanitaannya. Lalu Val mendorong ke bawah, dan liang kewanitaannya seperti sebuah mulut kecil yang kelaparan hendak menelan kejantanan David yang kenyal dan besar dan panjang dan hangat itu. Tetapi, walaupun Val sudah mengangkang selebar-lebarnya, tetap saja diperlukan upaya ekstra untuk memasukkan seluruh kejantanan David. Dan Val pun merasakan nikmat luar biasa ketika dinding-dinding kewanitaannya perlahan-lahan menguak dan menerima daging kenyal yang padat dan hangat itu, menggosok keras dan mantap, mengirimkan berjuta-juta kenikmatan ke seluruh tubuhnya.
Baru saja seluruh kejantanan itu melesak, Val sudah merasakan orgasmenya datang menyerbu. Ia terduduk dengan seluruh kejantanan David berada di dalam dirinya, begitu besar dan panjang sehingga seakan-akan ujungnya sampai ke leher Val!
"Oh, besar sekali kamu, David.....," Val mengerang dan merasakan orgasmenya menggemuruh di bawah sana. Ia lalu memutar-mutar pinggulnya, menambah intensitas kenikmatan, sehingga akhirnya ia tak kuasa lagi menahan jerit kecil keluar dari kerongkongannya. Kaki dan pahanya mengejang, menggelepar dan terkapar di lantai shower. David mencekal erat pinggang Val, menjaga agar wanita yang sedang kasmaran ini tidak terjerembab di lantai.
Setelah Val agak mereda, David meraih keran shower dengan tangan kirinya, sehingga sejenak kemudian mereka berdua dihujani air segar dari atas. Val tertawa senang, mengangkat mukanya sehingga air membasahi seluruh rambutnya yang keemasan. Bagai bercinta di bawah hujan, pikir Val, sambil mulai menggerak-gerakkan pinggulnya lagi. Mula-mula, ia bergerak maju-mundur, sehingga kejantanan David yang masih terbenam di dalam tubuh Val kini membentur-bentur dinding depan dan belakang kewanitaanya. David merasakan kejantanannya seperti sedang diurut-urut oleh segumpal daging kenyal yang lembut, basah dan hangat. Kontras sekali dengan tubuhnya yang diguyur air dingin. Apalagi kemudian Val memutar-mutar pinggulnya sambil terus menekan ke bawah, membuat David merasa sedang diperas-peras, dipilin-pilin.
Val kini menaik turunkan tubuhnya sambil bertelektekan di bahu David. Matanya kembali terpejam, dan wajahnya tetap mendongak menerima curahan air shower. Bibirnya terkadang merekah, mendesahkan nafas panas yang mulai memburu lagi. Sungguh cantik wajah Val dalam keadaan basah dan penuh birahi seperti ini. David bernafsu sekali menciumi lehernya yang jenjang dan halus dan licin oleh air itu. Sementara kedua tangannya kini kembali meremas-remas payudara Val yang berguncang-guncang seirama gerakan tubuhnya. Permainan cinta mereka kini memasuki tahap final, ketika keduanya mulai merasakan gemuruh birahi meminta jalan untuk menerobos keluar.
Dengan bersemangat, Val terus menaik-turunkan tubuhnya. Ia adalah seorang penunggang wanita, di atas kuda jantan putih perkasa. Nafasnya mendesah-desah seperti seorang joki sedang memacu kudanya menuju garis finis. Nafas David tak kalah memburunya, juga seperti kuda yang sedang mengerahkan seluruh tenaganya untuk menang di pacuan. Berdua mereka berderap menuju puncak birahi, ditingkahi suara air yang mengucur deras dan kecipak bertemunya kejantanan dengan kewanitaan di bawah sana. Ramai sekali, seru sekali, bergelora sekali.
Akhirnya Val tiba di puncak birahi terlebih dahulu. Ia menjerit keras, mengerang panjang, dan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang basah oleh air bercampur sedikit keringat. Gerakan turun-naiknya telah berubah menjadi gerakan serampangan; terkadang kekiri-kekanan, terkadang maju-mundur, terkadang turun-naik, terkadang semua gerakan itu sekaligus dilakukannya. Val tak lagi memiliki kendali atas tubuhnya yang sedang dilanda kenikmatan puncak. Betapa kuatnya birahi menguasai tubuh manusia!
David segera menyusul, ikut mengerang panjang ketika merasakan air bah di dalam tubuhnya menghambur ke luar, membuat kejantanannya bagai membesar lima kali lipat, sebelum memancarkan cairan kental panas ke dalam tubuh Val. Seluruh tubuh David yang kekar itu berguncang-guncang, membuat Val ikut terlonjak-lonjak, sementara kejantanannya seperti mengamuk di bawah sana, seperti melompat-lompat menerjang dinding-dinding kewanitaan Val yang sedang meregang.
Mereka baru berhenti setelah sekitar 10 menit menggelepar-gelepar seperti itu. Val terkulai letih memeluk tubuh David yang sudah tersandar ke dinding ruang shower dengan nafas terengah-engah. Tubuh mereka masih terus dibasahi oleh curah air shower yang sejuk. Val mencium David, mengucapkan terimakasihnya. Kini ia harus berpikir keras, bagaimana caranya bangun tanpa terpeleset!