Ciuman Warni terus turun ke perut. Godaan hasratku bangkit menyaksikan otot perut lelaki tua itu. Demikian kencang dan sangat serasi tampilannya. Aku iri dengan bentuk perut indah macam itu. Betapa nikmat selusuran bibir Warni merambahi perut lelaki itu.
Rasa iriku ini mendorong nafsuku untuk ikut menciuminya. Yaa, aku demikian ingin menciumi tubuh lelaki yang jelas-jelas telah menggeluti dan menumpahkan spermanya ke tubuh istriku sendiri. Aku dilanda sensasi erotis yang membuat orientasi seksualku tiba-tiba bergeser. Aku yang seharusnya melawannya malahan kini menjadi menikmati syahwat dari kekalahanku. Aku berubah menjadi pemuja penaklukku. Aku ingin menggantikan peranan Warni. Aku membayangkan aku sebagai Warni yang sedang menciumi otot-otot gempal lelaki yang bukan suamiku. Aku menjadi sangat kehausan.
Tenggorokanku terasa sangat kering. Dan rasanya obatnya hanyalah menyaksikan sperma lelaki itu tumpah di mulut istriku dengan bayangan syahwat yang membuat seakan sperma itu tumpah di mulutku. Tampak Warni tak melewati seinchipun ciuman dan bahkan kini juga jilatannya pada perut lelaki itu. Dan aliran bibir dan lidah Warni alur selanjutnya sudah kubayangkan. Pasti ciuman dan jilatannya akan meluncur ke arah kemaluan lelaki itu. Dan itu terjadi.
Warni memang type perempuan penikmat syhawat sejati. Lihatlah, tangannya yang penuh perasaan dan peka dia merintis dengan rabaan-nya merambah ke wilayah kemaluan lelaki itu. Dan kini bibir Warni 'napak tilas' mengikuti alur rintisan tangannya. Lidah dan bibir Warni menapaki jalur jari-jarinya untuk mencium dan menjilati batang kemaluan lelaki itu. Seperti si buta dengan tongkatnya. Jari-jari Warni menjadi pedoman bibir dan lidahnya dalam upaya melumat 'tongkat base ball' milik lelaki itu. Dan kini jari-jarinya sedang mengelusi batang tegar kaku serta hangat penuh otot itu untuk menuntun jalan jilatan dan lumatan lidahnya.
Dan ketika bibir dan lidah Warni menyentuh kemudian menciumi dan menjilati batang penis itu, si lelaki tua mendesis. Kenikmatan erotis yang sungguh luar biasa telah menimpanya. Tangannya yang kekar penuh otot merampas rambut-rambut Warni dan memerasinya. Dia menebar rasa pedih pada kulit kepala istriku. Dia ingin mendengarkan rintihan sakit yang nikmat dari mulut Warni. Saat dia benar mendengar rintih dan jerit sakit Warni, tangannya menekan keras kepala istriku. Dia tunjukkan keinginan hewaniahnya. penisnya dijebloskan lebih dalam ke mulut Warni. Dia ingin istriku melumati penisnya.
Tak lama kemudian kusaksikan lelaki itu cepat berbalik. Dia dorong Warni untuk telentang. Lelaki tua itu bergerak setengah berdiri untuk melangkahkan pahanya dan meng-angkangi dada istriku. Masih dalam remasan tangannya rambut Warni ditekankannya ke bantal sehingga kepala Warni terdongak dengan bibir yang setengah menganga. Pada saat itulah kangkangan lelaki itu bergeser maju. penisnya kembali disorongkan ke mulut istriku agar dilahapnya. Dan istriku cepat me-respon. Kini aku menyaksikan kembali gerakan mengayun. Dengan penisnya yang gede panjang lelaki itu ngentot mulut istriku Warni.
Seperti bayi yang berangkang dengan selangkangannya pas diatas wajah lelaki itu berayun naik turun memompa mulut istriku. penisnya keluar masuk menembusi bibir indah Warni. Nampak pipi Warni menjadi penuh seperti anak rakus yang menjejalkan seluruh kuenya masuk kemulutnya. Mulailah kedua mahkluk ini saling mengayuh, yang satu jemput dengan mulutnya dan yang lain antar penisnya.
Ucchh.. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan..
Aku mengakui stamina hasrat seksual kedua orang ini. Belum lama mereka telah menumpahkan hampir semua energinya saat menjemput orgasmenya tadi, kini mereka telah kembali ke arena pacu untuk kembali melampiaskan syhawat birahinya. Aku yakin puncak nikmat ke dua segera menyusul.
Aku sendiri sepertinya kena sihir. Apa yang istriku lakukan bersama lelaki itu telah meng-eksplorasi seluruh cadangan energiku. Aku telah pulih dan langsung bergairah untuk kembali melakukan eksplorasi pada kemaluanku. Tanganku mengelusi, mengocok-ocok, menjepit atau mencubiti penisku yang tak seberapa besar ini. Aku mencoba merasakan setiap elusan atau kocokkan tanganku sejauh bisa merangsang libidoku. Apa yang kini tampak di depan mataku mendorong habis hasrat birahiku. Aku mempercepat kocokkanku seiring dengan percepatan kuluman dan pompaan penis lelaki itu pada mulut istriku.
Kini aku merasakan kembali nikmatnya tanganku mengocok sendiri kemaluanku. Saraf-saraf peka baik yang langsung tersentuh elusan atau kocokkan tanganku maupun yang cukup tersentuh oleh khayalan syahwat ku telah berhasil merangsang kantong spermaku untuk memompakan simpanannya. Kini tak bisa kuhindari, aku merasakan spermaku merambati jaringan pipa-pipanya untuk selekasnya bisa menyembur keluar dari penisku. Yang membuat aku menjadi sangat terbakar adalah datangnya khayalanku yang bisa melahirkan sensasi baru bagi dorongan syahwatku.
Aku membayangkan betapa aku menjadi Warni yang kini sedang dijejali batangan panas gede dan panjang milik lelaki itu. Aku membayangkan tak lama lagi cairan kental panas akan luber muncrat memenuhi mulutku. Aku sudah membayangkan rasa asin, gurih, lengket atau kenyal-kenyal sperma lelaki itu di mulutku. Yang kemudian mengalir memasuki tenggorokanku.
Rambatan itu demikian gatal dan nikmatnya. Dengan paduan penuh irama tanganku yang mengelus, mengocok dan mejit-pijit aku sedang memasuki ambang orgasmeku. Aku semakin melototkan kepalaku ke arah wajah istriku. Kulihat pompaan penis lelaki itu mengayun semakin cepat dan semakin cepat.. Cepat.. Cepat..
Woowww.. Ayyoo.. Warnii.. Hohh.. Hohh.. Hohh.. Wajah lelaki itu.. Wajah ituu..
Aku kembali melayang.. Gelapnya malam serasa berputar.. Bayangan lampu jalusi nampak bergoyang seperti jendela kapalku. Kembali tanganku di jalusi itu lepas. Kembali aku terayun limbung. Kakiku tak mampu berpijak tegak. Bangku plastikku lepas dari injakanku. Amppuunn.. Aku tak mampu melepaskan kocokkan tanganku..
Spermaku muncrat tepat saat aku oleng dan melayang jatuh terguling ke tumpukkan puing bongkaran rumahku. Sementara itu sayup-sayup kudengar pula suara lelaki dan perempuan yang seperti sedang meregang jiwa dari kamar pengantinku. Rupanya pada saat yang bersamaan aku dan mereka sama-sama dilanda gegap orgasme.
Tanganku masih terus menggerakkan kocokkannya untuk memperpanjang nikmat orgasme dengan berusaha menangkapi suara-suara erotis dari istriku bersama lelaki itu. Dan hasilnya adalah hadirnya orgasme beruntunku. Desahanku serasa tak pernah henti. Dalam keadaan terjerembab ke tumpukan puing itu aku terus mendesah dan mendesis mengiringi denyutan muntah spermaku. Entah apa yang terjadi, rasanya spermaku terus muntah tak mau berhenti.
Pelan-pelan aku bergeser ke kegelapan di balik pot-pot tanaman hias. Aku tunggu beberapa saat kemungkinan yang berada dalam kamar mendengar suara jatuh dan menengok keluar jendela. Ternyata tak ada yang memperhatikan jatuhku. Rupanya mereka begitu asyik dalam jebakan nikmat syahwatnya. Mereka tetap tidak mendengar suara yang cukup gaduh karena tubuhku yang terjengkang ke puing ini. Aku sendiri sudah nggak lagi tahu, apakah aku terluka atau tidak.
Aku masih tetap ingin menuntaskan keingin tahuanku. Sejauh mana dan apa yang diperbuat Warni istriku bersama lelaki itu dalam kamar pengantinku. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 3 dini hari. Aku terseok bangun dari tumpukan puing di luar jendela kamarku. Walaupun tubuhku terasa ngilu dan pedih aku tetap berusaha mengatur bangku plastik untuk kembali ke lubang kisi-kisi jendela.
Kulihat betapa Warni yang memang betul-betul perempuan penuh haus syahwat ketemu dengan lelaki yang memiliki kekuatan untuk melayaninya. Dalam telanjang bugilnya dan coreng moreng wajahnya sperma di seputar mukanya istriku menindih dan memagut bibir lelaki itu. Nampak sesekali mengangkat wajahnya untuk melihati wajah lawannya kemudian kembali memagut bibir dan mengelus-elusi rambut lelaki itu.
Ooo.. Rupanya Warni masih menuntut agar vaginanya mendapatkan giliran penis lelaki itu. Nampak kini tangan kanannya turun untuk mengelusi kemaluan lelaki itu. Dan nampak banget olehku betapa Warni begitu 'keranjingan' pada penis gede panjang milik lelaki itu. Kusaksikan lembutnya tangan Warni demikian bertolak belakang dengan kasar otot-otot kemaluan lelaki itu. Dan tangan lembut itu memeras, memijit dan mengelusi batang yang kekar dan kasar itu. Sungguh sebuah 'kontrastistik erotisme' yang sangat indahnya.
Tak diragukan lagi, kedua insan ini langsung memasuki keadaan yang memanas penuh atmosfir birahi. Warni dan lelaki itu siap untuk menempuh pergulatan barunya. Mereka memasuki ettape ke.3-nya menuju puncak syahwat berikutnya. Dan yang terjadi kemudian kendali di atas ranjang itu beralih ke sang lelaki itu. Dia mendorong telentang kembali tubuh Warni. Dia raih tubuh itu pada tungkai kakinya menuju pinggiran ranjang.
Tepat saat bokong Warni menyentuh tepiannya, lelaki itu mengangkat tungkai kiri Warni untuk dipanggul ke bahunya sementara tungkai lainnya menjuntai ke lantai. Selanjutnya yang terlihat adalah penis lelaki itu dengan pasti diarah tuntunkan ke vagina istriku yang sudah demikian menantinya.
Semuanya berjalan begitu mengalir, seakan hal demikian sudah merupakan ritual rutin dalam pertemuan-pertemuan mereka. Butuh beberapa detik untuk lelaki itu mendesakkan kemaluannya ke vagina Warni. Aku melihat betapa kepalanya penis yang demikian bulat dan berkilatan menekan bibir vagina Warni hingga terbawa melesak ke dalam. Dan betapa desis nikmat langsung terbit dari mulut istriku mengiringi amblasnya penis ke dalam lubang kemaluannya.
Yang kusaksikan melalui kisi-kisi jendelaku ini menjadi 'gong' dari perselingkuhan istriku dengan lelaki itu. Dalam posisi begini kulihat mereka lebih 'profesional' dalam saling mengayun. Irama sodokkan penis dan lahapan bibir vagina yang teriringi oleh desah dan rintihan bertalu-talu dari pasangan selingkuh itu. Wajah lelaki yang begitu nikmat merasai lubang sempit vagina istriku, atau wajah istriku yang begitu hanyut dalam pusaran nafsu birahinya merasai batang tegar gede panjang milik lelaki yang bukan suaminya itu benar-benar sesuatu yang nyata telah kuhadapi.
Dan tak aku pungkiri, aku menikmati ke-selingkuhan istriku. Aku menikmati bayanganku yang mengajak orientasi seksualku untuk bergeser ikut menjilati atau melahap tubuh lelaki itu. Aku merindukan peristiwa ini berulang dan aku bisa menyaksikannya lagi.
Goyang dan ayun Warni bersama lelaki itu sampai pada puncaknya saat tiba-tiba istriku bangkit dan tangannya merenggut gumpalan dada lelaki itu. Kulihat cakarnya terhunjam pada daging dadanya yang menghasilkan alur luka yang panjang berdarah. Itulah puncak orgasme Warni yang buas dan liar. Nafsu hewaniahnya yang tak pernah dia perlihatkan padaku.
Ketika segalanya telah usai, sementara ketelanjangan dalam kamar pengantinku belum juga berakhir, lelaki itu mengambil sepotong kain berwarna terang dan lembut yang terserak di lantai. Sementara Warni istriku telentang kelelahan di ranjang, dengan sabar lelaki itu menge-lap sperma dia yang tercecer pada tubuh istriku dengan celana dalam istriku yang ada di tangannya.
Dia menge-lap spermanya yang meleleh dari lubang dubur, dari lubang vagina serta di seputar selangkangannya dan juga yang terserak di dagu, pipi, leher serta buah dada istriku. Kuperhatikan pula saat celana dalam istriku dia lemparkan kembali ke lantai. Aku tak lagi menyangsikan cerita Giman. Tetapi aku hari ini bukan lagi aku kemarin lusa yang seorang suami baru turun dari kapalnya. Aku sekarang adalah lelaki yang menikmati istrinya mendapatkan nikmat syahwat dari lelaki lain.
Lelaki itu pulang sangat dini hari. Mungkin sekitar pukul 4.30 pagi. Mungkin istriku mengingatkan kemungkinan aku suaminya pulang pagi ini.
Dan aku memang pulang pagi ini. Aku telah berdiri di ambang pintu rumahku jam 7.30 pagi. Istriku menyambut aku dengan penuh rindu. Dia sedang bersiap untuk belanja ke pasar. Dia bertanya padaku ingin masakan apa untuk makan siang nanti. Aku serahkan saja padanya. Dia toh tahu kesukaanku. Aku hanya berharap Warni lekas berangkat ke pasar. Aku sudah tak sabar untuk memasuki kamar mandi.
Aku menemukan apa yang sangat ingin kutemukan pagi itu. Celana dalam istriku yang berwarna terang dan lembut nampak berada di gantungan kamar mandi. Tanganku meraihnya dan jari-jariku merabainya hingga kutemukan gumpalan lengket itu. Kini aku tak lagi sekedar menciumnya. Aku mempersiapkan seluruh diriku. Celana dalam itu kuamati lebih cermat. Kupandangi dimana saja gumpalan-gumpalan lengket nempel pada celana dalam itu. Kemudian aku memulai apa yang sangat aku rindukan. Aku dekatkan celana dalam itu kemulutku. Aku mulai melahap. Aku lumat-lumat celana itu pada gumpalan lengketnya. Aku merasai sperma dingin yang sangat kental larut dalam mulutku. Aku meyakini sedang mengunyah dan akan menelan sperma milik lelaki teman selingkuh Warni istriku.
Aku mendapatkan nikmat orgasmeku tanpa tanganku menyentuh apalagi mengocok penisku. Air maniku muncrat-muncrat saat sperma lelaki itu mulai mengaliri tenggorokanku.
Jakarta, Mei 2004
E N D