The party - 1

Bookmark and Share
Sebelum aku ingin berterima kasih atas banyaknya komentar dalam ceritaku yang berjudul Santi. Namun aku juga ingin meminta maaf apabila banyak yang kecewa atas jawaban dan responku. Setelah cerita Santi dan Wati, aku ingin melanjutkan dengan cerita yang mungkin ini adalah cerita yang menggambarkan persetubuhan terpanjang dalam hidupku.

Pada awal tahun 2001 bulan Februari dimana aku saat itu mendapatkan liburan selama 2 minggu dari pekerjaanku, yang mana sebenarnya bukanlah liburan melainkan cuti yang kuminta. Dan sebelumnya ada seorang temanku yang mengajak untuk reuni dimana kami sudah tidak bertemu selama 5 tahun lebih dengan sibuknya kegiatan kami Masing-masing. Dengan cuti selama 2 minggu itu kumanfaatkan untuk bertemu dengannya di Bogor. Dan bertemu di villa yang telah disewa oleh temanku. Adapun kami berlima adalah Sonny, Dwi, Johan, dan Firman.

Singkatnya aku dijemput di bandara dan langsung ke villa mereka, sehari itu tidak ada kejadian yang menarik, dimana kami hanya bercerita mengenai Masa-masa SMU dulu dan banyak cerita-cerita mengenai betapa senangnya kejadian yang kami lalui. Namun keesokan harinya keempat temanku ini ada keperluan mendesak dikantor mereka, karena mereka satu kantor maka dengan terpaksa mereka meninggalkanku sendiri di villa. Hingga muncul kebosananku didalam villa yang lumayan besar itu, maka kuputuskan untuk melampiaskannya dengan berenang. Pada pukul 4 sore, aku pun siap berenang dan kupikir karena sendirian di villa maka aku tidak memakai celana renang untuk memudahkan.

Tak disangka tindakanku dilihat oleh beberapa pasang mata yang berada di atas villa temanku itu, selama 15 menit aku berenang tiba-tiba terdengar suara yang memanggil diluar pagar villa. Saat itu aku tidak berpikiran apa-apa dan kemudian dengan berbalut handuk yang menutupi senjataku, aku keluar untuk mengetahui datangnya suara tersebut. Setelah kuhampiri ternyata ada seorang wanita yang kuperkirakan masih SMU menanyakan apakah aku membolehkannya untuk ikut berenang. Spontan aku kaget.
"Koq tau kalo gue lagi berenang?".
Lalu dia menjawab bahwa dari villa yang dia sewa dia melihat kalau aku sedang berenang. Lalu kuijinkan saja dia berenang, karena daripada aku bosan sendirian.

"Masuk aja deh, gue mau ke belakang dulu yah".
"Makasih yah Om".
"Jangan panggil Om deh, panggil aja Donny".
"Iya Don".

Lalu dia beranjak ke kolam renang, dari dalam kulihat dia meloloskan pakaiannya hingga topless alias bugil. Kupikir apakah dia melihat kalau aku berenang bugil, semula aku ingin memakai celana namun setelah melihat dia topless maka kuurungkan niatku lalu aku ikut ke kolam renang.

"Koq berenangnya bugil sih Neng"
"Ayu, nama gue Ayu. Jadi panggil Ayu aja yah, kayanya enak deh berenang bugil begini", jawabnya sambil terus berenang.
Selama 5 menit kupandangi lekuk-lekuk tubuh Ayu, kutaksir payudara Ayu berukuran 34B dengan pinggul yang lumayan besar.
"Koq diam aja sih Don?" tanyanya sambil mendekatiku.
"Ngga apa-apa koq, emangnya sendirian di villa Yu?"
"Pada tidur tuh, cewe semua lho Don", jawabnya sambil tersenyum.
"Lha kalo cewe semua kenapa emangnya", tanyaku penasaran.
"Sapa tau ada yang disuka", jawabnya lagi.
"Wah, gue mah suka nusuk cewe Yu".
"Nusuk apa nih" tanyanya dengan mata yang melirik ke arah selangkanganku.
"Masa ngga tau sih Yu?"
"Ooohh, nusuk ini yang Don" katanya sambil menunjuk vaginanya.
"Iya Yu, soalnya enak sih kalo nusuk itu"
"Wah, Ayu jadi kepengen nih Don" jawabnya lagi dengan beranjak mendekatiku.

Setelah berkata demikian Ayu duduk diatas pahaku dan mulai melumat bibirku, dan akupun yang telah terangsang melihat lekuk-lekuk tubuhnya maka kubalas lumatannya. Selama 15 menit kami saling melumat dan mempermainkan lidah kami, Ayu mulai menarik handuk yang kukenakan dan terpampanglah senjata yang selama ini kubanggakan dalam menaklukkan cewe di ranjang.

"Wah Don, kontol loe gede and keras deh. Memek Ayu jadi gatel nih ngeliatnya".
"Masa sih, mau digaruk ngga Yu?".
"Mau donk, dari tadi dah gatel koq Don. Waktu Ayu lihat Donny berenang bugil".
Dan tanpa pemanasan penisku langsung dimasukkan ke dalam vaginanya yang telah basah oleh lendir dan air kolam.
Slepp.. bless
"Ahh.. gila bener nih kontol", jawabnya diiringi amblasnya penisku.
"Ayu.. Ayu.. Masa belum pemanasan dah langsung maen aja".
"Abis dah ngga kuat nih". sambil menjawab Ayu pun mulai menggoyangkan pantatnya.
Menerima perlakuan Ayu ini, aku hanya mengisap dan menyedot puting susunya dan kubiarkan Ayu yang bekerja.
"Donn, koonntoll loe bener-bener kerass..".
"Memekk guee ampee kesemutann nih", jawabnya di antara desahannya.

Karena kulihat Ayu sudah hampir mencapai puncaknya maka aku membaringkannya di tepi kolam renang dan mulai kugenjot memeknya dengan cepat dan dengan irama yang tidak beraturan. Nampak dari ekspresi Ayu bahwa dia sangat menikmati persetubuhan kami ini.
"Shh.. Shh.. Donn.. gguuee.. akhh".
Datanglah puncak kenikmatannya dan kurasakan jepitan dan remasannya yang membuatku hampir tidak dapat menahan maniku sendiri.
"Enak yah Yu?".
"Enak banget deh, tapi Donny belum keluar yah".
"Istirahat dulu aja Yu".
"Nggak ah, Ayu mau digaruk terus ama kontol Donny", jawabnya.

Maka tanpa ragu-ragu aku kembali menggenjotnya dan kukejar puncak kenikmatanku sendiri, dan terasa sekali jepitan dan remasan memeknya selama kugerakkan penisku untuk terus ngebor memek Ayu dengan cepat.
"Shh.. Donn, yangg cepeett.. guuee dahh.. mauu.. keelluuaarr".
"Barengann Yu", jawabku.
"Shh.. Ayuu.. guee keluarr".
Terdengar jeritan kami berbarengan dan kurasakan jepitan memeknya sekali lagi, setelah itu kami berdua berbaring setelah kulepaskan penisku dari lubang kenikmatan Ayu.

"Don, ntar malem gue ama temen gue kesini yah", tanyanya.
"Boleh aja koq, tapi ntar napa-napa lagi?", tanyaku.
"Lha, ngga apa-apa kan. Lagian gue bakalan kangen nih ama kontol loe ini", jawabnya sambil meremas-remas kontolku.
"Terserah lah, daripada gue sendirian di sini", jawabku.
"Ok deh, gue balik dulu yah".
Ayu pun berdiri dan memakai bajunya kembali. Sebelum beranjak pulang ke villanya, dia memberikan ciuman sambil berbisik.
"Ntar malem kita pesta yah Say", terlihat senyumnya.
Lalu aku pun Masuk kekamar mandi dan mulai mandi lalu memasak mie yang disediakan oleh teman-temanku. Pukul 7 malam, terdengar Ayu memanggil namaku.
"Donny sayang, bukain pintu donk" teriaknya
"Gila juga nih anak, belum apa-apa dah manggil-manggil sayang segala", pikirku.
"Hai Say, ini Dewi, yang ini Senny, trus yang ini Susi", setelah kubukakan pintu untuknya dan langsung disosor dengan perkenalan dengan temannya.

Kuperhatikan bahwa rata-rata mereka memiliki payudara yang hampir sama dengan Ayu sendiri, namun yang menarik adalah Susi karena di antara mereka berempat Susilah yang memiliki payudara terbesar.
"Wah, cantik-cantik nih."
"Iya donk, kalo ngga mana mungkin Donny sampe senyum-senyum", jawab Senny yang agresif.
"Yu, toketnya Susi gede banget sih" bisikku kepada Ayu.
"Ngga tau tuh make apa, tapi masih perawan lho", jawabnya sambil tertawa.
"Masa sih, yang bener nih Yu?".
"Tanya aja langsung ama orangnya", jawab Ayu sambil Masuk ke villa dan diikuti oleh Dewi, Senny dan Susi yang menunduk karena mendengar percakapanku dengan Ayu.
"Sorry yah Sus, tapi koq bisa gede gitu sih?" tanyaku kepada Susi.
"Yah dari sononya sih", jawabnya.
"Nah, hayoo dah ngaceng yah Don?", tanya Senny yang membuatku sedikit malu.
"Hehehehehe, tau aja nih. Mau lihat nggak?", jawabku sambil meremas-remas penisku sendiri.
"Iya mau donk, abisnya Masa Ayu doank yang dikasih", jawab Dewi bersemangat.
"Bener-bener deh cewe-cewe sekarang, doyan amat sama kontol", jawabku menggoda.
"Sapa suruh bikin gatel memek aja", jawab Ayu yang dari tadi senyum-senyum.
"Yah terserah deh".
Tanpa malu-malu mereka mulai membuka baju mereka masing-masing terkecuali Ayu dan Susi. Kulihat Ayu memasang sebuah VCD kedalam VCD player yang menampilkan adegan-adegan panas, sedangkan Susi hanya termenung memperhatikan kelakuan teman-temannya sehingga membuatnya untuk memilih duduk di tepi kolam renang.

Lalu Senny dan Dewi mulai mendekatiku dan mulai membuka pakaian yang kupakai, setelah pakaianku terlepas mereka hanya bisa senyum melihatku.
"Koq ngga pake CD, ntar masuk angin lho", tanya Dewi
"Lha kan ada sarungnya disini, ada 3 sarung lagi", jawabku.
Senny tampak tidak peduli akan perkataanku, dan dia langsung melumat kontolku yang Masi lemah dan belum bereaksi. Kuluman dan jilatannya sangatlah membakar birahiku.
"Senn, enakk bangett sedotan loe".
"Hmm hmm", jawabnya.

Kupilih untuk duduk dan menikmati jilatan dan sedotan mulut Senny, hingga membuat Dewi memberikan memeknya kedepan mukaku. Dan tanpa basa-basi kujilat dan kukulum memeknya yang berbau khas, kulumanku membuatnya menggoyangkan pantatnya ke mukaku hingga membuat mukaku basah karena lendir yang keluar dari memeknya.
"Sedoott iittill guee donkk".
Kuturuti saja kemauannya dan kuberikan sedikit gigitan yang membuatnya semakin liar.
"Donn, guee keelluuaarr..".
Kusedot semua cairan yang keluar dari memeknya, setelah itu kurasakan penisku mulai memasuki sebuah lubang hangat. Setelah kulihat ternyata Senny sudah tidak tahan untuk melumat penisku dengan memeknya, tampak ekspresinya yang sedang dilanda nafsu.

"Donn, gue entot duluan yah kontol loe", tanyanya.
"Silakan aja sayang, perlakukan kontol gue semau loe".
"Iya say, enak banget kontol loe.. keras and gede lagi".
"Shh.. Yu, bener deh kata loe. Gue bisa ketagihan deh ama nih kontol", jawabnya.
Kulirik Ayu yang terlihat sedang bermasturbasi memandangi kami dengan nafsunya.
"Shh.. ahh.. gilaa.. guee mauu keluarr".
Lalu Senny pun orgasme, dan ternyata mereka sebelum datang ke villaku mereka bermasturbasi yang tertunda. Sehingga menyebabkan mereka cepat mengalami orgasme, setelah Senny orgasme kupandangi mereka dengan nafsu yang menggantung.

"Don, sini aja keluarinnya", Ajak Ayu yang melihat tingkahku.
"Wahh, dah kebelet yah Yu?".
"Kontol loe sih bikin gregetan, sini donk.. gatel banget nihh", jawabnya di antara nafsu.
Kuhampiri Ayu dan kuminta dia untuk bermain doggie style.
"Ahh.. memek loe koq makin enak aja sih Yu".
"Kontol loe juga Don".

Kugenjot memeknya dengan pelan dan berirama karena aku ingin menikmati memek-memek SMU yang tidak pernah kudapatkan selama ini, Ayu pun tidak kalah buasnya mengimbangi permainanku.
"Donn.. Shh.. lebih cepet..".
Kupercepat goyanganku dan selama 30 menit permainanku dengan Ayu, membuatnya orgasme dengan kenikmatan yang tidak dapat diungkapkannya. Namun Ayu tidak mau melepaskan kontolku begitu saja, dan dia menyuruhku duduk dan kuturuti maunya. Ternyata kuat juga si Ayu ini, dan kami pun memulai kembali pertempuran kami. Dimana posisi kami adalah aku memangku Ayu yang memamerkan punggungnya dan penisku tidak lepas dari memeknya yang sedang menggoyangkan badannya naik turun dan memutar-mutarkan pantatnya. Kuremas-remas payudaranya yang membuatnya semakin liar bergoyang.

"Ahh.. Donn.. dahh mauu keluaarr belumm?", tanyanya.
"Bentar lagi say", jawabku mendesah menikmati goyangannya.
"Guuee mauu keluarr lagii".
"Tahan bentar sayy", jawabku.
"Ahh.. ngga kuatt", jawabnya disertai orgasmenya yang kedua.
Karena ingin kusemprotkan maniku sekali lagi, maka mulai kugenjot dia dengan keras dan cepat.
"Yu, didalam apa diluarr"
"Dalemm ajaa"
Crott.. crett.. crott.. sekitar 6 semburan mani kusemprotkan didalam memeknya.
Setelah itu, kubiarkan kontolku di dalam vagina Ayu. Dan tampak Susi sedang mengelus-elus selangkangannya sendiri dengan mata tak berkedip ke arah kami berdua.

"Yu, boleh ngentot ama Susi ngga?", tanyaku.
"Tanya ama Susi aja" jawabnya sambil menjepit penisku seakan tidak rela penisku lepas dari vaginanya.
Kukeluarkan penisku dari vagina Ayu dan kudekati Susi yang menunduk ketika menyadari bahwa aku mendekatinya.
"Sus, mau kaya mereka nggak?", tanyaku yang tidak mendapatkan jawaban.
Kutarik Susi memasuki ruangan tengah villa dan kulumat bibirnya dengan balasan yang tidak kuduga, lalu kususupkan tanganku kedalam celana pendeknya yang dimana CD Susi telah basah oleh lendirnya sendiri.
"Kerangsang yah Sus", tanyaku diiringi elusan dan tusukan dari luar CD Susi.
"He-eh", jawabnya.

Kami berdua saling melumat sambil berdiri, dan semakin lama kuelus vaginanya semakin basah CDnya. Lalu kuturunkan celana pendeknya dan CD-nya, sehingga memperlihatkan vaginanya yang belum pernah disentuh pria sebelumnya. Ketika Susi sadar, segera dia berusaha menutupi selangkangannya dengan tangannya, lalu kubuka lagi baju dan BH yang membalut tubuhnya sehingga dia mulai pasrah menerima perbuatanku.

"Gue ngga bakalan ngentot ama loe, kecuali loe yang minta", ultimatumku kepada Susi yang sedikit membuatnya lega.
Kubaringkan Susi dikarpet lalu mulai kukulum payudaranya yang besar dan sedikit memberikan gigitan pelan, yang membuatnya tak sengaja memegang penisku.
"Shh.. shh", desahnya pelan
Selama 10 menit aku bermain lidah dengan puting dan payudaranya, maka aku mulai membuka selangkangannya lalu kulumat habis vaginanya yang membanjir.
"Ahh.. Donn.. eennaakk", desahnya tanpa malu-malu lagi.
kujilati dan kusedot itilnya yang membesar, dengan perbuatanku ini membuatnya orgasme.
"Ahh..", jeritnya tertahan.
Tanpa kupedulikan orgasme yang melandanya, aku melanjutkan untuk menjilati dan menusuk vaginanya dengan lidahku.
"Ahh.. Donn.. truss.. truss.." .
"Yahh.. diisiituu.. enakk bangett".
Selama menjilati vaginanya, aku memikirkan cara untuk membuatnya memohon untuk memasukkan penisku kedalam vaginanya.
"Donn.. masukkiinn Doon"
"Masukkin apa Say?", tanyaku setelah menghentikan kegiatanku.
"Inii Don", jawabnya sambil meremas penisku.

Kubuka kakinya dan mulai kuarahkan penisku, aku berusaha memasukkan penisku kedalam vaginanya namun selalu luput. Lalu kubuka bibir vaginanya dan mulai kumasukkan kepala penisku.
"Shhtt..", desahnya ketika menerima sebuah benda yang masih terasa asing di dalam vaginanya.
"Tahan yah Say", mulai kudorong penisku memasuki lubang vaginanya.
"Ahhkk.. sakitt". jeritnya ketika kudorongkan penisku sekuat tenagaku kedalam vaginanya hingga amblas sepenuhnya. Lalu kubiarkan penisku didalam vaginanya agar Susi dapat menerima sepenuhnya.
"Shh.. gede yah Mas..", jawabnya setelah bisa menerima penisku.
Karena remasan dan jepitan penisnya yang sangat kencang pada penisku, maka membuat aku bergerak memaju mundurkan pantatku.

"Shh.. pelan-pelan Mas", desahnya.
"Iya Sus, memek loe perett. enak banget jepitannya", jawabku.
Lalu terus kugenjot vaginanya dengan irama yang berbeda, kadang cepat kadang lambat.
"Akan kuberikan pengalaman yang tidak akan loe lupain Sus", kataku.
"Shh.. Shh..", jawabnya.
"Mass.. Susi mauu.."
Sebelum selesai berkata kucabut penisku, yang membuat orgasmenya tertunda dan terlihat sedikit kaget atas tindakanku. Lalu kubalikkan badannya dan mulai kupangku dengan posisi seperti pertempuranku dengan Ayu, lalu kumasukkan lagi penisku yang dengan antusias diterima oleh Susi dengan menghentakkan pantatnya turun ketika kepala penisku memasuki lubangnya.

"Ahh.. enaknya ngentot", jawabnya diiringi senyum dari Ayu, Senny dan Dewi yang kecapaian.
Kubiarkan penisku didalam vaginanya tanpa gerakan sehingga membuat Susi mengerakkan pantatnya untuk memberikan kenikmatan baginya sendiri.
"Shh.. Mass.. entotin memek Susi Mass.."
"Susi mau ngerasainn orgasmee.." Desahnya disertai goyangan yang gencar.
"Ahh.. enakk" desahnya
Tanpa melepaskan penisku dari vaginanya, aku berdiri dan menghadap ke meja didekat kami sehingga posisi kami kini adalah doggie style. Lalu kugenjot dan kuentot vaginanya dengan gencar.
"Ahh.. Mass.. Susi mauu keluar lagi", jeritnya.
Setelah 5 genjotan penisku
"Ahh..", orgasme melandanya.
Namun aku tidak mau langsung menyelesaikan pertempuranku dengan Susi, karena aku masih ingin menikmati memeknya yang masih perawan.
"Udahh Mass.. ngilu memek Susi", jeritnya yang tidak kuacuhkan.
Trus kugenjot memeknya yang semakin keras menjepit penisku
"Ahh.. Mass"
"Truss.. Mass.. yang cepett.. Susi dahh mauu".
Terasa sekali lagi jepitan yang membuatku semakin tidak dapat menahan maniku sendiri.
"Suss.. Mas mau keluarr".
Serr crott crett crett..

Sebanyak 7 kali semburan maniku. Lalu kupeluk dia dan kududukan Susi dalam pangkuanku
"Mas Donny nakal ihh.. Masa dah ngilu Masi digenjot", jawabnya kesal.
"Abisnya memek Susi nikmat sih", jawabku.
"Udah ahh..", lalu Susi mulai berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Don, memek gue belum kemasukkan kontol loe nih", Dewi mulai mendekatiku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.
"Koq dah basah lagi Wi", tanyaku.
"Iya nih, abisnya loe ama Susi tuh bikin gue kepengen cepet-cepet dientotin ama kontol loe", jawabnya.
Tanpa menunggu jawabanku, Dewi mulai mengenjot penisku dengan buasnya dan liar. Hal ini membuat kami berdua bertempur tanpa mempedulikan keadaan kami Masing-masing. Pertempuran kami diakhiri dengan semprotan maniku didalam memeknya disertai dengan orgasmenya.

Setelah itu kulirik jam dinding yang telah menunjukkan jam 12 malam.
"Wahh, makasih yang neng-neng yang sudah mau melayani aku selama 5 jam", kataku ketika Susi keluar dari kamar mandi.
Setelah itu kami kekamar dan tidur berbarengan dengan tubuh masih bugil. Sekitar jam 3 subuh kurasakan bahwa penisku sedang diisap. Setelah kubuka mataku ternyata Susi dengan lahapnya menjilati dan menyedot penisku seakan penisku adalah ice cream baginya.
"Sus, mau lagi yah?", tanyaku.
"Iya nih Mas, abisnya gatel lagi nih inget yang tadi", jawabnya.

Lalu kuputuskan untuk bermain dikamar yang lain agar tidak membangunkan Dewi, Senny dan Ayu. Setelah kami sampai dikamar yang lain, Susi dengan bernafsu menjilati dan mengulum penisku. Lalu kuminta agar bermain 69, dan dengan senang hati Susi memberikan vaginanya untuk kujilati. Maka selama 15 menit kami saling menjilat dan kemudian dengan senyumnya yang manis Susi mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya yang sudah tidak mengalami kesulitan lagi.
"Mass.. koq makin lama makin enak sih kontol Mas di memek Susi", tanyanya.
"Susinya kali yang kebelet ama kontol Mas", jawabku menggoda.
"Abisnya Mas juga sih, ngentotin Susi, jadinya ketagihan deh", jawabnya dengan diiringi gerakan yang membuat kami berpacu mengejar kepuasan.
Kali ini pertempuranku dengan Susi memakan waktu yang lama dan dengan berbagai variasi, sehingga menyebabkan kami mengalami puncak kenikmatan sebanyak 7 kali (untuk Susi) dan 4 kali untukku. Sungguh mengesankan Susi ini, pikirku. Lalu kami pun tertidur hingga siang hari.

Bersambung . . .