Gemuruh suara penonton mungkin menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang yang datang ke stadion dengan kapasitas lebih dari 30 ribu orang ini. Mungkin juga permainan dua puluh dua orang yang tengah mengincar sebuah bola itu, tapi bagiku tak ada yang lebih menarik dari seraut wajah bernuansa latin yang tengah berlari-lari dilapangan. Rambutnya yang menyentuh tengkuk tapi tetap rapi sudah basah kuyup oleh keringat. Kulitnya yang walaupun tak terlalu bule tapi tergolong terang itu sudah merah, dan kelelahan dapat kulihat diwajahnya yang .. astaga tetap keren. Dan ketika peluit panjang berbunyi mata coklat itu segera melayang kearahku, tersenyum lelah sambil memberiku tanda menunggu di mobil.
Sambil mendengarkan radio dan menikmati kerumuman penonton yang sudah beranjak pulang, menunggu beberapa waktu sampai hampir bosan. Ajakan beberapa oficial untuk masuk kujawab dengan gelengan kepala.
" Hai, maaf lama sekali mereka bicara." Wajah yang sudah segar itu mencium ujung kepalaku.
" Nggak apa-apa, aku yang bawa?"
" Aku sudah tidak capek." Dibukanya pintu dan duduk dibelakang kemudi setelah melemparkan tasnya ke bangku belakang.
Mobilku tergolong kecil untuk ukuran tubuhnya, jadi tidak banyak ruang yang tersisa antara aku dan tubuh tegap itu. Samar dapat kucium bau cologne dan aftershavenya yang segar ,
" Sudah lapar?"
" Nggak terlalu, kamu?"
" Tidak juga. Nanti saja kita makan. Kamu tidak bekerja?"
" Proyek terakhir sudah selesai, belum masuk tahap berikutnya."
" Kuliah kamu bagaimana?"
" Baik. Ray!" seruku saat tangannya menumpang di pahaku setelah memindahkan persneling.
" Tidak capek?" tanyanya berlagak tidak melihatku salah tingkah, jemarinya tidak lagi diam, mulai mengelus rok jeansku yang tidak terlalu tebal.
" Nggak." Tenggorokanku mulai terasa kering, apalagi saat tangannya mengusap lututku yang muncul dari balik rok yang sedikit terangkat oleh gerakannya ," Ray!"
" Ya, sayang " diraihnya tanganku, dibawa kebibirnya. Tengkukku merinding saat bibirnya menciummi punggung tanganku, membaliknya dan lidahnya mulai menelusuri telapak tangan, berhenti sedikit lebih lama didenyut nadiku yang semakin cepat. Tanpa seperti inipun detak jantungku selalu cepat setiap kali berada di dekatnya hampir enam bulan belakangan ,
" Kenapa tangan kamu dingin sekali? nervous?"
Aku tak sanggup menjawab, dan saat tangannya melepasku untuk memindahkan persneling aku merasa lega sekaligus kehilangan. Tak sadar tanganku jatuh diatas pahanya yang kencang, yang hanya tertutup celana pendek kain warna krem.
" Biar saja disitu." Serunya tertahan saat aku hendak menarik tanganku ,
" Seperti ini sayang ." jemarinya kembali bermain diatas pahaku, membuat lingkaran-lingkaran kecil yang membuat tubuhku panas. Tanpa suara jemariku mengikuti gerakannya, dan lelaki ini melenguh nikmat ,
" Yap .. kalau begini kita pulang saja ya?" maksudnya pasti ke rumahku, karena lelaki ini tinggal di asrama bersama pemain-lain.
" abis latihan, ya?" adik bungsuku menyambutnya dengan suka cita.
" ya ..' sahutnya memasang tampang lelah ," tidak sekolah?" tanyanya melihat adikku sudah pakai seragam. Dia memang masuk siang, tapi seringkali baru jam sepuluh atau sebelas sudah berangkat.
"sebentar lagi, nunggu teman." Sahutnya sambil menghabiskan indomie diatas meja pantry, dan aku tengah berdiri dihadapannya, menuang segelas juice jeruk kesukaan Ray.
" Oh .." Ray berdiri tepat dibelakangku, satu tangannya meraih gelas dan menguknya perlahan dengan suara keras, sementara satu tangannya bergerak perlahan dibelakang lututku, sedikit demi sedikit merayap naik dari luar kain rokku, mengusap pantatku perlahan dan meremas dengan tangannya yang besar.
Kugigit bibir, berusahaa tidak mengusik perhatian adikku saat tangannya kembali turun, dan merayap naik, tapi kali ini sudah dibalik rokku. Rasa panas menyerang tubuh bagian bawahku, tangan yang sedikit kasar itu mulai mngusap paha bagian dalamku, bermain main disitu sampai hampir menyentuh pinggiran celana dalamku alalu menariknya kembali. Mungkin dia tahu aku tidak akan tahan berdiam diri kalau dia tidak berhenti. Dan ketika suara motor berhenti di depan rumah dan adikku berlari membuka pintu, Ray menarik tubuhku sampai punggungku melekat erat didadanya, dan menarik pinggulku sampai sesuatu yang keras menyentuh pantat bagian atasku. Tangannya merayap kedepan, mengusap diluar kain yang kukenakan, menekan sedikit lebih keras diselangkanganku.
" Mbak berangkat." Kedua lelaki itu berlari keluar ," ray '
" Ya." Seru kami bersamaan dan bersamaan dengan itu Ray memutar tubuhku sampai menghadapnya, memegang belakang kepalaku dengan satu tangan dan mengusapkan bibirnya diatas bibirku, perlahan sampai nyaris tak terasa, lalu berubah menjadi lumatan sampai aku mendengar suara mengerang tanpa menyadari itu suaraku sendiri. Lidahnya masuk kebibirku melilit lidahku sampai nyaris kehabisan nafas, sementara tangan satunya kembali menggerayangi pahaku, kali ini sampai menyentuh celana dalamku yang sudah basah ," mi amor." Gumannya sambil mencium sisi leherku, membuatku menggelinjang kenikmatan.
Lalau tangannya tak lagi menyangga leherku, melainkan mengusap lenganku perlahan, dan bergerak kearah dada, bibirnya mengikuti tangannya dan menenggelamkan hidung mancungnya disela-sela payudaraku ouhg .. aku hanya bisa melenguh nikmat sambil meremas rambutnya. Aku sama sekali tak sadar kapan kaosku tersingkap keatas, tau-tau lidahnya sudah menyapu payudaraku dari balik BH ,
" so sweet." Gumannya, membuka kait BH dan melumat bukitku yang tidak terlalu besar sampai masuk utuh kedalam mulutnya dan lidahnya berputar-putar mempermainkan puting yang mengeras, bergantian dengan remasan tangannya dia menikmati dadaku beberapa lama ,
" Ray "
Lelaki itu tersenyum, memandangku lembut sambil menegakkan tubuh dan membuka kaosnya setelah membuka milikku, ditekannya kepalaku kedadanya yang bidang dan berbulu. Menirunya, kuciumi leher dan dadanya seperti apa yang dilakukannya barusan, jemariku terbelit bulu dadanya, dan semakin bersemangat dipermainkan putingnya yang tersembunyi saat mendengarnya menyebut namaku dengan suara parau.
Ray memindahkan tangannya kebelakang tubuhku, mengusap pantatku, pahaku dan membuat lingkaran kecil dengan jarinya diatas anusku yang masih terlindung CD, bergerak perlahan kedepan sampai diatas vaginaku, mengerang saat menyelipkan jarinya kedalam CDku dan seketika jari panjang itu basah ," mi amor, sudah basah." Dijauhkannya kepalaku dari dadanya, mendorong tanganku kebawah .. wow .. kapan dia membuka celana pendeknya?
Tanganku menyentuh benjolan besar terbungkuc CD kuusap perlahan seperti apa yang dilakukannya diatas vaginaku, ujungnya mulai mencuat keluar dari CD berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulitnya itu, kusentuh dan Ray mengerang
" Ouhg ..ough .. ya sayang, ya .." kali ini didorongnya kepalaku.
Dengan setengah berlutut aku menghadapi batang panjang yang langsung mencuat begitu Ray menurunkan CDnya ,
" cium, sayang '
Diulurkannya kemulutku .., terpesona oleh batang yang terkadang bergerak itu, kulumat ujungnya, dan ray melenguh tanpa henti, rasanya senikmat es krim dan permen lolipop ..sambil memegang batangnya, kususuri kemaluan Ray sampai ke dua buah zakarnya ..
" sudah," Ray menarik kepalaku, melangkah keluar dari celana pendek dan CDnya ,
" aku kunci pintu dulu." Perlahan tubuh telanjang itu mengunci pintu rumah dan berbalik menatapku ..
" ray .." lututku mulai lemas dan dengan langkah panjang dia kembali menghampiriku, memelukku dari belakang dan membawaku kedepan cermin bear yang terpasang diruang tengah.
Tubuhku kini hanya terbalut BH yang tak terkancing dan rok. Sambil tetap menatap cermin, kedua tangannya meremas payudaraku, mempermainkan putingnya sambil mulutnya tak henti mencium leher dan telingaku. Lalu tangannya turun, membuka kancing dan resleting rokku yang memang ada didepan. Melihat benda biru itu turun perlahan bersamaan dengan tangannya membuat vaginaku kembali basah, lalu tangannya kembali naik, dan turun lagi, kali ini dengan membawa CDku .. pandangan matanya yang lembut terpantul lewat cermin, dan anehnya sama sekali tak membuatku malu.
Ditekannya kemaluannya sampai terselip diantara pantatku
"ough .. nyaman sekali Ray .."
Tangan kirinya bergantian mengusap payudaraku sementara tangan kananya mulai mendekati bibir vaginaku dan mulai menekannya, laLu .. jemarinya membuka bibir vaginaku dan masuk kedalam, menyentuh biji kacang hijau didalam
"Ough ray " seruku sambil mencengkeram lengannya diatas payudaraku, lagi-lagi cairan keluar membuat vaginaku basah kuyup.
Mengerang keras, ray melepaskan pelukannya, memutar tubuhku hingga bersandar di rak TV sementar lelaki itu berlutut didepanku dan mulai memainkan lidahnya disana ough ..ough .. dijilatnya semua cairan yang tak berhenti keluar bahkan lidahnya yang kasar menusuk masuk, membuatku terpekik, sedotan dan jilatannya membuat tubuhku lemas .. ough .. belum pernah aku mengalami seperti ini!
" Ican't stop." Erangnya,
berdiri gagah dihadapanku, mengarahkan batangnya yang sudah sepenuhnya tegang ke vaginaku ,
" Tidak apa-apa." Bujuknya
melihatku ketakutan.Dan nyatanya memang rasa takut itu habis terbakar gairahku sendiri. Ujung penisnya kini menyentuh lubang vaginaku, perlahan ,
" I hurt you?'
kugelengkan kepala perlahan, aku sudah tak sanggup bicara, dan Ray kembali mendorong penisnya maju .. ada rasa mengganjal ketika kepala penis itu masuk dan terpeleset keluar beberapa kali. Aku tahu, Ray harus menahan diri untuk melakukan selembut itu, keningnya mulai basah oleh keringat. Tatapan matanya yang tak pernah lepas dari mataku membuatku merasa diawang-awang, dan dia terus membimbing penisnya menyodoknya kuat tapi tetap pelan sampai ".. ah .. ray!"
Lelaki itu menghentikan perbuatannya terdiam beberapa lama sampai rasa nyeri diselangkanganku berangsur hilang dan berganti menjadi nikmat menyadari ada sesuatu yang mengisi hampir seluruh lubang vaginaku ough ..ough .. nimat sekali, ray menggoyangnya lembut dan aku mengerang dan mendesah sejadi-jadinya. Reflek kugoyangkan pantatku mengikuti gerakannya " Ough mi amor ..!" tahu aku sudah mulai menikmati Ray menarik dan menghujamkan penisnya beberapa kali dan semakin lama semakin cepat ampai aku menjerit saat cairan tubuhku keluar lagi, membuatku lemas tak bertenaga. Tangan ray merengkuh seluruh tubuhku, mengangkat pantatku dengan tetap membenamkan penisnya divaginaku. Perlahan kakinya melangkah, dengan sedikit berjinjit dan bantuan tangannya bagian bawah tubuh kami tetap menyatu. Setiap langkah membuat vaginaku menjepit penisnya dalam posisi yang berubah-ubah, dan ough .. itu nikamt sekali.
Kelihatannya ray juga menikmatinya ..
" Jangan tutup mata, sayang, aku ingin melihatmu." Sambil tetap bertatapan dan sesekali berciuman, kami berjalan mengelilingi ruangan .. terkadang ray melangkah begitu cepat sampai rasanya penisnya terpelintir dan kami bersamaan mengerang nikmat
" Sayang, aku sampai!" didorongnya tubuhku ke dinding, dengan menyangga pantatku dengan kedua tangannya, ray menghujamkan penisnya berkali-kali dengan keras sampai rasanya menyentuh ujung dinding rahimku .. Tubuhku sudah menggeletar nikta tak berdaya mengimbangi nafsunya yang memuncak .."mi amor .." mengerang keras, tangannya mencengkeram pantatku, meraiknya sampai seluruh batangnya benar-benar masuk tak bersisa dan menyemprotkan cairannya beberapa kali lalu berdiri lemas mendekap tubuhku .. " kamu luar biasa ..Te amo!"bisiknya mendekapku erat. Kubalas pelukannya, sambil merasakan denyut penisnya yang masih tersimpan di vaginaku ..
beberapa hari kemudian kami melakukannya lagi, kali ini di mobilnya dengan posisi yang berbeda .. ah .. pemainku ini benar-benar hebat, tak hanya dilapangan!
TAMAT