Score kami nol-nol - 1

Bookmark and Share
Pembaca sekalian, Ini adalah kisah nyata yang benar-benar terjadi padaku.

January 1997
Namaku Ari (Maaf nama asliku belum waktunya aku beritahu), saat itu usiaku hampir 30 tahun, seorang sarjana teknik. Dengan berbekal pengalaman kerja 5 tahun, tidak sulit bagiku untuk melamar kerja, karena waktu itu tepat sebelum krismon dan Jakarta masih sedang giat membangun.
Aku pindah kerja dan diterima di perusahan baru. Pada hari pertama masuk kerja, dengan berdebar aku masuk ke ruang reception. Aku melihat seorang receptionist wanita yang sexy dengan rok pendek.
"Ari ya, Ari sudah ditunggu, duduk saja dulu ya. Saya Sheena." (Sheena bukan namanya, ini adalah nama emailnya) Sapanya saat melihat aku menghampiri.
"Terima kasih Mbak", jawabku singkat.
Sebagai karyawan baru aku tidak punya pikiran macam-macam. Tidak terasa sudah lebih sebulan aku bekerja di perusahan itu, tidak pernah sekalipun aku menunjukkan perhatian padanya, maklumlah aku sudah berkeluarga dan istriku masih lebih cantik dari padanya.

Namun belakangan ini ia terasa lebih sering berada dalam jarak pandangku. Dia menjadi lebih sering menghampiri seorang pria bule yang memang duduk bersebrangan dengan mejaku. Kadang-kadang bercanda dengan si bule itu sambil melihatku. Pikiranku polos saja
"Ah, inikan kantor bule, barangkali suasananya lebih santai." demikian pula dari hari kehari.

Maret 1997
Suatu hari saat jam makan siang sambil menunggu relasi aku duduk makan di ruang receptionis di depan meja Sheena yang kebetulan juga lagi makan siang pula. ia tiba-tiba nyeletuk
"Makannya dikit amat, lagi diet ya".
"Oh lagi nungguin temanku Mbak." jawabku singkat.
"Teman apa Temen" kejarnya.
"Dia itu relasi kita juga kok!" sambil menatapnya.
"Sorry ya Ri, Sheena cuma bercanda. Oh ya ngomong-ngomong Ari sudah berkeluarga ya, enak nggak sih?"
"Memangnya kenapa Mbak?" tanyaku.
"Aku mau tanya sesuatu, tapi kalau panggil aku jangan pakai Mbak, kan sudah tahu namaku" tegasnya.
"Oh boleh, eh Sheena mau tanya soal apa?" aku tanya lagi.
"Tapi Ari janji dulu nggak boleh tersinggung, soalnya agak sedikit pribadi" tegasnya lagi.
"OK nggak ada masalah kok, kalau bisa aku jawab ya aku jawab saja." jawabku penasaran juga
"Pasti mau tanya soal besarnya gaji yang aku terima" pikirku.

"Kalau Ari ML dengan istri biasanya berapa lama baru keluar?" tanyanya serius.
Aku sebenarnya kaget, tapi aku pura-pura bersikap biasa saja, jawabku
"Aku kan nikahnya sudah lama, sekalinya sih paling cepat 50 menitanlah, memang agak jauh kalau dibanding dulu waktu pacaran atau baru nikah".
ia jadi diam, termenung sejenak.
Aku tegur, "Hei, kok diam, kenapa? Sheena mau nikah?" tanyaku.
"Gini lho Ri, pacarku memang minta aku menikahinya, cuma.."
Dia berhenti sejenak untuk tarik napas lalu lanjutnya
"Aku kok nggak bisa keluar-keluar, dia juga sering keluar agak cepat, paling lama 25 menit coba? Aku nggak tahu siapa yang salah, jelasnya aku nggak pernah keluar." jelasnya sambil menatapku.
Karena tak tahu mau omong apa, aku jawab
"Wah, ya nggak tahu ya. Bisa saja kamu normal dia yang nggak, bisa juga dia normal kamunya yang luar biasa"
"Terus gimana dong ya, selama ini ya begitu terus" kelihatan putus asa.

"Kalau mau tahu jawabannya ya mau-tak-mau harus kita coba apa benar kamu yang tidak normal" jawabku.
"Maksudmu gimana" tanyanya bersemangat.
"Aku harus ML sama kamu baru bisa tahu jawabannya." kataku asal-asalan.
"OK. Kapan?" ia langsung menjawab.
Aku kaget juga, karena tidak sangka ia bakal setuju. Waduh bagaimana ini, pikirku
"Gimana alasannya ke istriku"
"Gimana kalau Sabtu ini saja, tapi enaknya dimana ya?" jawabku setengah nggak niat.
"OK. Di hotel IBS saja ya" katanya. Kan dekat, cuma di seberang situ doang.
"OK. Pager aku ya kalau sudah tiba" kataku.
Di tahun 1997, Mobile Phone belum populer, kami masih pakai pager. Tidak terasa jam makan siang sudah selesai, temanku tidak datang juga. Kami berdua kembali ke meja masing-masing melanjutkan pekerjaan seperti biasa.

SABTU, Maret 1997.
Kurang lebih jam 9.00 pagi, aku pamitan pada istriku dengan alasan meninjau proyek di lapangan. Dengan mobilku, Aku berangkat ke hotel IBS dan menunggu di Lobby. Tidak lama kemudian Sheena muncul di Entrance. Tidak ada ciuman, tidak ada gandeng tangan. Seolah-olah sudah sepakat, kami sama-sama book dan diantar ke room kami. Kurang lebih jam 10.30 kami sudah berdua di dalam kamar hotel.
DO NOT DISTURB Sign kupasangkan ke gagang pintu. Pintu kamarpun lalu kututup. Sheena menaruh hand-bag nya ke atas kursi kamar, lalu naik keranjang untuk relax. Ranjang di kamar terdiri dari 2 single bed. Akupun naik ke ranjang dimana ia berada, kami masih sama-sama berpakaian penuh.

Sheena tiduran membelakangiku, maklum kenalpun belum lama. Aku mulai membelai rambutnya dari belakang dengan tangan kananku. Perlahan-lahan tanganku turun ke lengannya, ke pinggangnya, lalu ke perutnya. Nafasnya mulai dapat kudengar. Dari luar bajunya, tangan kananku mulai merayap ke buah dada kanannya, sambil tangan kiriku membelai kepalanya. Kudekati kepalaku ke lehernya, kucium leher dan belakang telinganya, tangan kananku tetap membelai buah dada kananya.
Tak lama, nafasnya berubah menjadi erangan lirih, tubuhnya mulai sedikit berbalik. Kini tangan kananku dapat menjangkau buah dadanya yang sebelah kiri.
"Enghh.. Ari.. Ari..", lirihnya.
"Kenapa sayang..," bisikku di telinganya.
"Enghh.." ia terus mendesah.

Kutarik bajunya agak ke atas, tangan kananku masuk menyelip ke dalam bajunya, kini buah dadanya kubelai dan kuremas dari luar BHnya. Lama-lama aku bosan dengan BHnya, tangankupun menyelip dari bawah ke dalam BHnya. ia mengerang lebih keras lagi.
"Uuuhh.. Ari Gala.."
"Sayang.. dadamu masih kencang sekali sayang, Ari buka ya sayang," bisikku lagi ke telinganya.

ia tak lagi menjawab, namun erangannya tak dapat berhenti karena sentuhan tanganku yang menyelip ke dalam BHnya, putingnya yang sudah mengeras itu kujepit lembut diantara jari telunjuk dan jari tengahku. Putingnya tak bisa dipelintir karena ketatnya BH yang dipakai. Akhirnya bajunya kulepas total, tanganku mulai ke kancing BHnya, seketika itu juga BHnya lepas.
"Oh.. Wow.." dalam hatiku, tanganku berhenti sejenak. iapun kaget dan bertanya
"Ada apa Ri??"
"Nggak.. Nggak apa-apa kok. Dadamu itu bagus sekali sayang" kataku, jelas karena ia belum menyusui. Aku masih ingat bahwa Sheena punya tahi lalat di belakang pundaknya dan di bawah buah dadanya.

Karena malu ia sudah setengah telanjang sedangkan aku masih berpakaian lengkap, ia langsung berbalik lagi membelakangiku. Aku melepas baju, celana dan pakaian dalamku lalu kemudian naik keranjang, kudekati telinganya dan berbisik
"Say, aku lepasin ya.. ".
ia lagi-lagi tidak menjawab. Perlahan-lahan kulorotkan celana panjangnya, kini tinggal celana dalamnya yang kecil sehingga bulu-bulu kemaluannya tersembul di kiri-kanannya. Kubelai vaginanya dari luar celana dalamnya, terasa basah oleh cairan kemaluannya. Akhirnya celana dalamnya kutarik ke bawah dan kulepas sekalian lewat kakinya. ia masih saja tidur membelakangiku.
Kupeluk tubuhnya dari belakang hingga penisku menyentuh pantatnya. Tangan kananku akhirnya dapat menelungkup buah dadanya dengan bebas, ibu jari dan telunjukku memelintir lembut puting-puting susunya.

Anehnya sudah sejauh ini penisku sama sekali masih lembek. Belum ada tanda-tanda ereksi.
Kusentuh-sentuhkan terus penisku pada pantatnya, tetapi tetap saja lembek. Aku mulai cemas, apa yang terjadi, apakah karena tidak biasa menyeleweng sehingga demikian. Aku berusaha menyembunyikan kepanikanku.

Dalam hatiku "Wah, apa jadinya bila penisku terus tidak dapat bangun, jelas hari Senin nanti mukaku mau taruh dimana saat ketemu dia di kantor"
Rupanya iapun sudah mulai kelihatan berubah, mungkin agak kesal. Dia berbalik, akhirnya kami hanya berpelukan saja. Kedua puting dadanya tiba-tiba mengeras menekan dadaku, tiba-tiba kurasakan rangsangan yang kuat sekali, penisku menegang seketika. Ketika itu aku naik di atas tubuhnya, mencium bibirnya, mencupang belakang lehernya, terus turun ke arah bawah, kedua bukit ranumnya. Tanpa buang waktu lagi tangan kiriku meremas dan mulutku menyedot buah dada kanannya sedang kedua jari tangan kananku menjepit lembut puting kirinya.

Seketika itu juga ia menjerit tertahan
"Ari gila.. adduuhh gila.."
Setelah puas menyedot dada kirinya, kini giliran dada kanannya. Jepitan jariku pada puting kanannya kulepas namun langsung kusedot dengan mulutku, putingnya yang ada di dalam mulut kusentuh-sentuh dengan lidahku, kuremas pangkal buah dadanya dengan tangan kananku. Tangan kiriku menjepit puting kirinya yang tadi sudah memerah karena kusedot. Lagi-lagi ia menjerit, kali ini keras sekali, tangannya langsung memegang penisku yang sudah tegang.
"Auh.. engh," teriakannya perlahan-lahan melemas. Ciuman dan sedotanku kini kulepas dari kedua puting dadanya, namun kedua tanganku tetap meremas dan memilin-milin kedua putingnya.

Ciuman bibirku pelan-pelan turun keperut lalu ke pusarnya, karena aku terus turun ke bawah, genggaman tangannya ke peniskupun lepas, tapi aku masih terus turun sampai pada sisi atas celah vaginanya. Vagina Sheena sungguh mempesona, adalah yang terbagus yang pernah kulihat. Langsung kubuka mulutku, kedua bibirku kutempelkan pada kedua bibir vaginanya. Lidahku langsung mengoles celah yang masih rapat sekali itu.
ia seketika langsung berteriak
"Ouh, Ari.. Kamu gila Ari.." badannya mengejang dan jadi sedikit melengkung bangun ke atas. Aku terus menikmati belahan kemaluannya, kusibakkan bulu-bulunya yang tipis lalu kubuka kedua bibir kemaluannya lalu kubenamkan mulutku kelubangnya sambil menjulur-julurkan lidahku. Kedua kaki dan pahanya kubentangkan kekiri dan kekanan agar lebih bebas menjelajahi semua daerah kewanitaannya.

Lidahku menyapu-nyapu kedua bibir kemaluannya, lalu mengoles belahan dagingnya yang kemerahan itu keatas dan kebawah. Kujilati klitorisnya dengan memutar-mutarkan lidahku disekelilingnya. Lubangnyapun kusedot, kadang-kadang hidungku kutenggelamkan ke lubang kemaluannya itu. ia terus menerus mendesah
"Engh.. enghh.." dan napasnya jadi berat. Setelah ia mendapatkan nafasnya kembali, aku telah berbaring di sebelahnya sambil memainkan jari-jariku di puting susunya.

Sesaat kemudian kurasakan tangan kirinya menyentuh pahaku dan merayap kearah batang kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku sambil jari telunjuknya mengoles-oles kepala kemaluanku meratakan cairan bening yang keluar dari lubang penisku. Sambil tetap memegang mainannya, ia naik setengah ke atas tubuhku, melumat bibirku, tangan kanannya membelai rambutku. Ciumannya perlahan-lahan turun kebawah lalu berhenti di dadaku. Tangan kanannya menjepit putingku yang kiri, mulutnya merayap dan akhirnya mencapai putingku yang kanan. Lidahnya lalu keluar menjilati putingku, tangan kirinya masih tetap juga menggengam batang kemaluanku dan mengoles-oles topi bajaku.
Aduh.. rasanya nikmat sekali, kurasakan batang kemaluanku betul-betul sudah menjadi keras. Aku hanya bisa memeluk kepalanya dan membelai rambutnya saja.

Ia kemudian bergerak turun ke bawah, tangan kanannya melepas jepitannya pada putingku dan merayap kearah kemaluanku. Tangan itu akhirnya mencapai kedua biji pelirku yang kemudian dielus-elus dengan lembut. Sejenak kurasakan cairan beningku makin banyak keluar karena nikmat yang menderaku. Aku mencoba untuk melirik kebawah, kulihat Sheena telah menempelkan hidungnya ke ujung kemaluanku. Sisi bawah topi bajaku diletakkan di antara bibir atas dan hidungnya, lidahnya bergerak keatas dan ke bawah menjilati sisi bawah batang kemaluanku dekat topi bajaku. Tangan kanannya yang tadinya menggengam diturunkan memegang pangkalnya saja agar lidahnya lebih leluasa menjilati batangku.

Bersambung . . . .