Dan kini disambarnya tubuh Citra yang sudah kepayahan. Tubuh Citra yang  dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga  menungging. Dia membuka lebar bibir vagina Citra dan menyentuhkan kepala  penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginanya.  Sambil menggenjot Citra dia meremas-remas payudaranya yang makin  menantang gara-gara menungging. Citra yang sudah lemah hanya bisa  mendesah sambil meremas-remas sprei. 
"Aduhh.. aahh.. gila Ver.. enak banget!!" ceracanya sambil merem-melek wajahnya sudah memerah saking terangsangnya. 
Sambil  menggenjot Citra perlahan-lahan, tangan Pak Indra merayap ke pangkal  pahaku. Dia membuka bibir vaginaku dan memasukkan jarinya. Aku yang  masih lelah hanya bisa mengangkang sambil menghayati jari-jarinya yang  keluar masuk vaginaku. Berbeda dengan menggenjot tubuh Citra dengan  cepat, dia memasukkan dan mengelurkan jarinya dari vaginaku dengan  lembut. Lama kelamaan aku merasakan nikmat dan ingin keluar. 
"Oohh.. terus Pak.. kocok terus" desahku terus sambil meremas-remas dadaku sendiri. 
"Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. sudah mau" aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks. 
"Neng Citra.. Neng Verna.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh" geramnya dengan mempercepat gerakkannya. 
Jari-jarinya  terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar  rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku  berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari  vagina Citra dan berdiri di ranjang. Disuruhnya aku berlutut dan  mengoral penisnya yang berlumuran cairan cinta. aku berlutut mengemut  penis basah itu sambil tangan kananku mengocok vaginaku sendiri yang  tanggung belum tuntas. Citra bangkit perlahan dan ikut bergabung  denganku menikmati penis Pak Indra. Aku mengemut batangnya, Citra  mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati 'sosis' itu. 
Di  tengah kuluman ku mendadak kurasakan vaginaku dibawah sana makin banjir  dan aku orgasme dari masturbasiku sendiri. Disusul beberapa detik  kemudian, Pak Indra mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang  panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi  wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam  genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan  kelabakan. 
"Sabar, sabar dong neng, bisa putus penis bapak kalau  rebutan gini" katanya terbata-bata. Setelah tidak ada yang keluar lagi.  Aku menjilati sisa sperma di wajah Citra, demikian pula sebaliknya.  Akhirnya aku dan Citra ambruk kecapaian disusul Pak Indra yang ambruk di  atas dadaku. 
Aku tertidur sebentar dan terbangun ketika  kurasakan bahwa hanya aku dan Pak Indra yang ada diranjang. Pak Indra  tampak tertidur dengn wajah yang puas. Mungkin dia masih merasa mimpi  bisa mengerjain 2 orang mahasiswa yang cantik-cantik dan berbody aduhai.  Gratis lagi. Kurasakan lengket pada wajah dan sekujur tubuhku. Aku  langsung pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Aku menguyur  tubuhku yang masih belepotan sperma Pak Indra. Kuusap semua  daerah-daerah sensitifku. Kubersihkan dadaku yang masih berwarna  kemerahan. Kulihat banyak cupangan di sana sini. Kemudian aku  membersihkan vaginaku yang masih terasa perih. Bagaimana tidak perih  disodok penis sebesar penis Pak Indra. Padahal selama ini aku  cowok-cowok yang pernah tidur denganku tidak ada yang memiliki penis  seukuran Pak Indra. Aku tersenyum sendiri, ternyata bukan hanya Pak  Indra yang beruntung bisa menikmati tubuhku, ternyata aku juga beruntung  bisa merasakan penis supernya. Membayangkan hal itu tiba-tiba libidoku  langsung naik, aku mulai meraba-raba vaginaku. 
Setelah mandi  aku melap tubuhku dengan handuk dan mengenakan kimono yang ada di kamar  mandi itu, itu pasti punya Citra. Aku keluar kamar mandi, kulihat Pak  Indra masih tertidur, mungkin dia masih kecapaian melayani 2 orang gadis  sekaligus. Kulihat kearah penisnya yang sudah lemas. Tapi walupun masih  lemas, penisnya lumayan besar juga. Gimana kalau sudah berdiri tegak?  Perlahan-lahan aku dekati penis itu. Kusentuh dengan jari-jariku. Lalu  kukocok-kocok. Perlahan-lahan ukurannya makin lama makin besar. Sambil  mengocok-ngocok penis Pak Indra, perlahanlahan kemasukkan kemulutku.  Kujilati dan kukulum. Selain itu jari-jari lentikku meremas-remas buah  jakarnya. Kurasakan Pak Indra bangun. Setelah melihat apa yan kulakukan  dia tersenyum sambil meringis merasakan kenikmatan. Mungkin baru kali  ini penisnya di oral seorang gadis muda yang cantik. Mimpipun mungkin  dia tidak berani. 
"Aahh.. terus, Ver!" hanya itu yang keluar dari mulutnya. 
Aku  menjilati penis itu dengan sangat bernafsu. Sungguh besar penis itu,  sehingga tidak muat di mulutku yang mungil. Paling yang masuk kemulutku  hanya  nya saja. Kemudian dia bangun dan berdiri dengan penis yang masih  tertancap dimulutku. Dia memaju mundurkan penisnya di mulutku sambil  tangan memegang kepalaku. Sampai akhirnya menyemprotlah maninya  dimulutku. Satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. enam.. tujuh. Ada tujuh  kali penisnya memnyemprotkan maninya dimulutku. Sebagian kutelan dan  sebagian mengalir di sela-sela pipiku. 
"Nikmat sekali Ver" katanya sambil ambruk di kasur yang empuk itu. 
"Sabar ya.. bapak cari tenaga dulu. Entar giliran kamu yang bapak puasin.." 
Aku  membersihkan sisa-sisa sperma di bibirku. Aku merasa haus sekali.  Kemudian aku ambil air di meja dekat jendela kamar itu. Aku minum satu  gelas sampai habis. Ketika aku melihat ke kolam renang, kulihat disana  adegan yang mendebarkan hati. Muklas, penjaga villa tetangga Citra,  sedang menggenjot Indah di kolam yang dangkal. Indah dalam posisi  berpegangan pada tangga kolam. Muklas dari bawahnya juga dalam posisi  berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah dari  belakang. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang  tubuhnya. Sedangkan Citra sedang duduk di pinggir kolam sambil  mengelus-elus kemaluannya sendiri. 
Muklas makin lama makin  cepat menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah  bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Tubuh mungil Indah sudah  tampak kewalahan. Apalagi menurut ceritanya Indah adalah cewek yang  gampang banget orgasme jika lagi ML sama cowok-cowok di kampus kami.  Apalagi dengan penjaga villa seperti Muklas, berbadan tegap dan masih  muda serta memiliki penis yang nggak kalah besar dari Pak Indra. Pasti  dia sudah orgasme berkali-kali. 
Sambil melihat mereka aku  mengelus-elus vaginaku sendiri. Tali kimomo yang kukenakan kulepas.  Birahiku langsung naik melihat adegan di kolam. Entah mengapa aku cepat  sekali BT(Birahi Tinggi) hari ini. Muklas memajukan mulutnya melewati  ketiak Indah dan langsung menjilati payudara Indah dengan rakus. Indah  makin menjerit-jerit. Jeritannya sampai ke kamar dimana aku berada.  Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya,  tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila  itu pada kemaluannya. Kemudian kulihat Indah mencengkram tangan Muklas  dengan kuat. Tubuhnya menggigil dan menjerit tertahan. Ternyata dia  orgasme. 
Kemudian Indah naik ke kolam dan langsung ambruk di  tepi kolam sambil menutup matanya. Pasti dia sangat kecapaian. Kemudian  kulihat Citra mendekati Muklas. Muklas yang belum keluar, memamerkan  penisnya yang besar ke arah Citra. Kemudian Citra turun ke air yang  disambutnya dengan pelukan Muklas, tangannya mengelusi punggung Citra  terus turun hingga meremas bongkahan pantatnya yang padat. Sementara  tangan Citra juga turun meraih kemaluan Muklas. Kulihat mereka  bercakap-cakap sebentar. 
Kemudian diangkatnya badan Citra yang  langsing dengan posisi kaki dipinggang Muklas. Diletakkannya tubuh mulus  Citra pada lantai di tepi kolam, di sebelah Indah yang terkapar.  Kemudian Muklas merapatkan badannya diantara kedua kaki Citra yang  tergantung. Dengan sekali dorong tertancaplah penis Muklas di vagina  Citra. Mereka melakukan push dan up secara teratur. 
Saat  asyik-asyiknya menikmati pemandangan erotis di tepi kolam, aku  dikejutkan sebuah tangan kasar yang merabai dadaku. Aku menoleh sekilas  ke belakang dan kulihat Pak Indra tersenyum sambil memilin-milin  putingku. Aku masih meraba-raba vaginaku, sedangkan Pak Indra makin  keras meremas payudaraku. Kurasakan sesuatu menyodok-nyodok pantatku dan  kutahu bahwa itu adalah penis Pak Indra. Dia membalikkan tubuhku  sehingga kami berhadap-hadapan. Diciumnya bibirku. Aku agak kewalahan  dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku. Setelah beberapa menit  baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami  saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga  menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh  liurnya. 
Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu  menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan  nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya  berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit  mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba ke  bawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak  sabar lagi untuk dientot. 
Kemudian tubuhku diangkatnya ke meja,  lalu di baringkannya. Vaginaku semakin merekah karena posisiku yang  telentang, apalagi aku sengaja mengangkangkan kakiku. Dia mengelus-elus  bibir vaginaku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya  bermain-main disana, ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar  masuk. 
"oh.. terus, pak!" hanya itu yang keluar dari mulutku. 
Aku  sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak  kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku  mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek  aku menjambak rambut Pak Indra yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan  itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi,  barulah dia melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh  cairan cintaku. 
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu,  mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku  sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. 
"Ayo.. Pak masukkan" teriakku. 
Kulihat  penis Pak Indra sudah berdiri dengan sangat tegak. Kuraih benda itu  kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Pak Indra ikut menuntun  senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir  kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena  sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan  kecil ketika Pak Indra mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya  tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua  pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku  hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah  sejadi-jadinya. Tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku  kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang  tidak luput dari tangan dan mulut Pak Indra. Aku memperhatikan penisnya  sedang keluar masuk di vaginaku. 
"Ah.. terus pak.. terus!" desahku. 
"Vagina Neng seret amat ya.. serasa masih mimpi bapak!" katanya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. 
"Payudara  Neng juga montok. Mimpi apa bapak semalam bisa ML dengan gadis cantik  seperti Neng" katanya lagi disusul meremas-remas dadaku. Aku hanya bisa  merintih-rintih, apa yang dibilang Pak Indra tidak kuperhatikan lagi.  Susah payah aku bertahan agar tidak keluar dulu. Aku ingin Pak Indra  takluk dihadapanku. Tapi aku sudah tak tahan lagi, kulihat langit-langit  kamar sudah berbayang-bayang disusul dengan cairan bening mengalir  deras dari vaginaku. 
"Pak.. aku.. keluar.." teriakku. 
Tanpa  memberiku istirahat, kemudian Pak Indra membalikkan badanku sehingga  tanganku bertumpu pada meja. Kemudian kurasakan penisnya menyeruak ke  vaginaku. Aku hanya bisa menahan nafas dan menggigit bibir saat penisnya  mulai keluar masuk. Aku merasakan nikmat yang tiada tara ketika  penisnya dengan cepat menerobos vaginaku. Aku terlonjak-lonjak ke depan  sampai payudaraku menempel pada kaca jendela. Mulutku megap-megap dan  terkadang meringis. Aku bisa melihat ke tepi kolam, d imana Muklas  dengan gencar menikmati tubuh putih Citra. Sampai-sampai dada Muklas  tertekan ke dada Citra yang bulat menggiurkan itu. Kedua kaki Citra  menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. 
Kemudian aku  memfokuskan diri pada Pak Indra, yang nampaknya masih belum ada  tanda-tanda orgasme. Aku sudah lemas sekali. Sambil mengoyangkan  pinggulnya kepala Pak Indra menyeruak melewati ketiakku dan langsung  menciumi dadaku yang paling disenanginya. Aku hanya bisa merintih dan  menjerit sebisaku saat mulutnya dengan rakus menjilat dan sekali-kali  menggigit puting susuku, sehingga membuatku makin ke awang-awang. 
Frekuensi  sodokannya makin lama makin cepat, aku mulai menggila dan mulai  menjerit sekuat-kuatnya beradu dengan erangannya dan deritan meja yang  ikut bergoyang. Dia mencengkram kedua tangannya di dadaku. Kurasakan  kukunya mencengkeram dadaku yang montok. Aku merasakan sakit disana,  tapi tidak sebanding dengan sensasi yang kudapat. Hujaman-hujamannya  kurasakan nikmat disekitar tubuhku. 
"Ahh..!" aku tiba-tiba  menjerit kecil ketika kurasakan cairanku ingin meledak keluar. Aku  mendesah panjang tak kuasa menahan orgasmeku yang kedua. Masih dalam  suasana orgasme, Pak Indra terus mengenjotku, sehingga orgasmeku semakin  panjang. Aku seperti berada di puncak awan. Sel-selku sepertinya pecah  dan tulang-tulangku seperti dilolosi. Aku tengkurap diatas meja tidak  tahan lagi menahan berat tubuhku. Aku sangat lemas sekali. Pak Indra  ternyata sangat hebat, nggak tahu apakah dia tadi memakan obat kuat dulu  ataukah memang kemampuannya yang dasyat. Aku hanya mendesah desah saat  penis hitamnya itu masih terus menyodok nyodok vaginaku tanpa memberi  istirahat. 
Kemudian Pak Indra menjambak rambutku sehingga aku  tertarik kebelakang. Dia meremas dadaku dengan keras. Yang kurasakan  sekarang sakit pada rambut dan dadaku tetapi sangat nikmat pada  vaginaku. 
"Sebentar lagi.. sebentar.. lagi..!" erangnya. 
Aku  sudah sangat lemas, hanya tarikannya pada rambutku yang menopang  tubuhku. Kemudian dengan tiba-tiba dia melepas penisnya lalu menggendong  tubuhku yang sudah sangat capek kearah tempat tidur. Tubuhku  dihempaskan disana. Aku bisa melihat penisnya yang mengkilat gara-gara  cairan cintaku. Dengan sekali sentakan masuklah penisnya yang besar itu  ke vaginaku. Aku hanya bisa mendesah dan mengerang, tak kuasa mengalami  sensasi yang kualami. 
Setelah lima menit menyodok dengan gaya  itu. Dia mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kemudian menjepitnya di  dadaku. Digesek-geseknya penisnya di dadaku yang lumayan besar. Aku  mendesah-desah setiap penis itu melewati pangkal dadaku. Hal itu  berlangsung sekitar 5 menit. Kemudian kulihat Pak Indra mengerang sambil  menyebut-nyebut namaku. Lalu muncaratlah spermanya yang mirip susu  kental itu di wajah dan mulutku. Aku yang sudah lemas hanya bisa membuka  mulut. Kurasakan sperma dari wajahku mengalir masuk ke mulutku. Aku  hanya bisa ternganga menikmati suasana itu. Sampai cairan spermanya  masuk ke sela-sela mulutku. Setelah puas menuntaskan hajatnya Pak Indra  memintaku membersihkan barangnya. Dengan terpaksa aku bangun dan mulai  membersihkan penis yang hitam besar itu. Kemudian kami sama-sama ambruk.  
"Kamu hebat, Ver!", katanya "lain kali kalau bapak ajak ML lagi, mau ya!" 
Aku hanya mengengguk. Tentu saja aku mau dengan orang seperti Pak Indra, dimana aku bisa orgasme berkali-kali. 
Bersambung . . . .
