Malangnya Nasib Diana

Bookmark and Share
Diana pulang kerja jalan kaki, jalanan cukup sepi, sementara suara guruh sesekali terdengar. Awan terlihat mendung dilangit malam itu.

Cewek yang tingginya sekitar 170 cm, langsing, kakinya juga jenjang banget (Diana waktu itu pake rok yg rada mini) mempercepat jalannya.

Pukul 20:00 jalanan diluar rumah Diana, sepi jarang ada mobil yang lewat. Penduduk kota sudah tahu akan ada badai besar malam itu. Kelima berandal yang bertubuh kekar itu mengendap-endap memasuki pekarangan rumah. Mereka mau membalas cewek bertampang melankolis itu yang memergoki mereka mencuri minuman keras tadi,dengan melaporkan satpam. Mereka berencana berpesta memperkosa cewek itu habis-habisan sebagai balasannya.

“Sssstttt…..hati-hati jangan berisik…..ayo sini….” Bisik Emilo sambil memberi aba-aba untuk segera maju bersembunyi dikebun rumah Diana yang penuh semak-semak.

Sementara itu Diana tidak mengetahui kalau dirinya diikuti oleh para berandal sejak sepulang kerja tidak menaruh curiga. Cewek itu menyalakan kran air mandi, lalu menuju kekamarnya. Diana menyalakan lagu disco, sambil melepaskan baju kerjanya.

Di kebun para berandal sudah mulai mengendap- endap sambil menyusun rencana untuk masuk ke dalam rumah. Edi dan Jack mendapat tugas mengawasi jalanan, sedangkan Emilo membuka pintu depan, Joe dan Billie mencari jalan masuk lewat belakang. Pada saat itu secara tidak sengaja Joe melewati jendela kamar Diana yang lagi membuka baju kerjanya. Roknya berada diatas ranjang, sementara Diana yang tubuhnya cuma terbungkus kemeja kerja dan celana dalam sambil berdisco membuka kancing kemejanya. Joe segera memanggil Billie untuk melihat pemandangan itu. Mereka menelan ludah melihat Diana yang meliuk-liuk merangsang menari disco. Ukuran dadanya yang sekitar 36B keliatan jelas banget belahannya ketika cewek itu sudah melepas kemejanya.

“Wow, Joe…LOOK AT HER TITS….aku ingin segera mencicipi tubuhnya….” Bisik Billie tanpa melepaskan padangan matanya menatap tubuh Diana yang hanya mengenakan baju dalam.

“He…he….he…sabar, Bill…nanti kita cicipi sama-sama, sampai pagi!” sahut Joe yang makin bernapsu melihat hal itu.

Beberapa saat kemudian Diana beranjak menuju kekamar mandi. Sementara itu Emilo yang berhasil membuka pintu depan segera memberi aba-aba pada teman-temannya untuk masuk. Para berandal itu sudah memperhitungkan segalanya, mereka mengunci pintu dari dalam sehingga nanti mereka bebas bertindak. Kabel telpon sudah mereka putus, cewek itu tinggal sendirian dan lagi badai yang akan datang sangat menguntungkan rencana mereka. Dengan leluasa mereka masuk ke kamar cewek itu. Jack membuka kulkas, yang lain masuk ke kamar Diana. Edi memeriksa lemari pakaian Diana.

“Hai….lihat apa yang kutemukan!” sambil menunjukkan barang temuannya. Joe segera menyahut celana dalam itu.

“Hmmmmm….mmmm…” Joe mencium celana dalam.
“Ingat aku yang pertama bercinta dengannya!” sahutnya sambil tersenyum penuh arti. Para berandal itu tak sabar membayangkan apa yang akan mereka nikmati. Lalu mereka mengambil posisi untuk bersembunyi.

Diana selesai mandi menuju keruang tengah. Tubuhnya hanya terbalut oleh baju dalam dan kemeja putih, duduk menikmati acara TV kabel. Waktu itu pukul 20:30, cewek itu tidak menaruh curiga bahwa ada orang lain dalam rumahnya. Tiba-tiba dari arah belakang salah seorang berandal maju mendekap tubuhnya. Diana terkejut dan segera berontak melepaskan diri.

“EVER BEEN GANG RAPED BABY? DON’T KNOW WHAT YOU BEEN MESSIN! YOU STILL REMEMBER US DON’T YOU……” ejek Edi.
Diana segera mengenali wajah itu menjadi ketakutan sekali, ia tak menyangka kalau para berandal itu benar-benar melaksanakan ancamannya.

Joe maju menerkamnya tiba-tiba, cewek itu menjerit ketakutan ketika berhasil dipeluk. Ia meronta-ronta dan menendang Joe. Tanpa disadarinya tendangannya mengenai selangkangan Joe membuatnya meringis kesakitan dan melepaskan dekapannya. Diana segera melepaskan diri dan lari menuju pintu depan. Para berandal segera mengejarnya sambil menyorakinya. Dengan sekuat tenaga pintu depan itu berusaha dibuka, tetapi usahanya sia-sia.

“Wooooo……woooooo……ha…ha…ha….ayo sayang, mau lari kemana kamu hah….ayo sini…ha…ha….ha…” Ejek para berandal yang mengejarnya dari belakang. Diana segera dikepung oleh para berandal. Mereka menyoraki ketidak berdayaannya. Diana didesak terus sampai merapat kedinding, Joe yang tadi meringis kesakitan mulai maju. Pada saat cewek itu hampir putus asa, ia berhasil berkelit dari kepungan berandal itu, lolos dan lari menuju ke dapur, Diana bermaksud lari lewat pintu belakang. Para berandal segera mengejarnya lagi. Nasib sial bagi Diana, begitu tangannya berhasil menyentuh gagang pintu, para berandal berhasil menangkapnya kembali. Rambut pirang Diana yang panjangnya sebahu terjambak, sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Aaaahhhh….aammpun…aaah” hiba Diana, sementara para berandal tersenyum sinis memandangnya.
“Sayang…. Kami akan memberimu pengalaman yang tak akan kau lupakan! kau tadi telah merusak acara pesta kami, sekarang kau harus membayarnya dengan tubuhmu yang indah itu……ha…ha..ha…, oya kau juga akan menyesal telah menendang punyaku, akan kujoblos kau sampai mampus! ” Joe maju dari kerumunan temannya.

Diana tak berdaya, rambutnya dijambak sementara tangannya dilipat kebelakang. Dari dapur ia diseret menuju ruang tamu saat itu pukul 20:45. Disana ia dikelilingi oleh kelima berandal sambil didorong-dorong.

“Sayang, kita akan berpesta denganmu!” seru Edi tak sabar sambil mendorong ke arah Billie.
“Ha…..ha…ha…. kau tak akan bisa lolos kali ini….” Ejek Billie sambil mendekap tubuh Diana. Mereka berteriak-teriak membuat Diana makin ketakutan.

“Kemarikan dia Bill….HEY BABE, I BET MY COCK WOULD FEEL REAL GOOD WARPED UP IN YOUR PUSSY!” seru Jack tak sabar, sambil mempraktekkan gaya bercinta penuh napsu. Diana didorong ke arah Jack yang segera merangkul nya dari depan. Mulutnya segera mencari dada cewek itu, sementara pinggulnya bergerak maju mundur seakan sedang bercinta dengannya.

“Wooooo…. Wooooou…..FUCK YOU GIRL, FUCK YOU…..” Jack menggerayangi cewek itu.
“Aaaahhhh…….aaam…punnn….aahhh…..jaa…aa ahhhh!!!” jerit Diana ketakutan.

Tiba-tiba dengan satu sabetan, tangan salah satu berandal merobek kemeja putih Diana, membuat cewek itu terpelanting. Emilo segera mendekap dari belakang. Sekarang tubuh Diana hanya mengenakan BH dan celana dalam saja, membuat mereka makin menjadi-jadi.

“Ah…aahh…aahh!” jerit Diana ketika tangan Emilo yang mendekap tubuhnya dari belakang mulai menggerayangi pahanya yang putih mulus.
“Kita akan memberimu pengalaman yang tak terlupakan, manis…ha…ha…ha…” bisik Emilo.

Para berandal lainnya ikutan beraksi. Tangan Edi meremas remas buah dada Diana. Jack memburu kemaluan Diana, sementara Billie dan Joe buka baju dan celana panjang mereka sambil tertawa sinis. Tubuh para berandal itu terlihat begitu kekar dan berotot.

“HEY, SOMEBODY GET BEHIND THE BITCH AND HOLD HER ARMS, I’M FUCKING HER FIRST!” Joe memberi aba-aba yang langsung disetujui teman-temannya. Cewek itu meronta-ronta di bopong kelima berandal itu keruang tengah.

“Jack, Emilo, kau pegangi tangan dan kakinya, terlentangkan dia di meja ini” perintah Joe.
Lonceng berdentang menunjukkan pukul 21:00. Disana Diana diterlentangkan di atas sebuah meja bundar. Masing-masing tangan dan kakinya dipegangi erat-erat oleh para berandal. Sinar lampu diatas meja membuat cewek itu silau, Diana hanya bisa melihat tubuh-tubuh kekar mengerubunginya dan tangan-tangan berotot meraba-raba dadanya, wajah sinis dan suara tawa para berandal mengejek ketidak berdayaannya.

Lidah Joe menelusuri lehernya yang jenjang. Diana berontak berusaha melepaskan diri, tetapi apa daya tenaga seorang cewek dibanding dengan lima laki-laki yang kesetanan. Jack dan Edi memegangi kakinya, sementara tangan kanan dan kiri Diana dipegangi erat-erat oleh Emilo dan Billie. Joe mencumbunya dengan kasar dan penuh napsu, tangannya dengan liar meremas-remas buah dada Diana.

“I CAN SEE THE NIPPLES POKING AT HER BRA!” kata Joe yang langsung disambut oleh tawa para berandal.
“HEY, CUT THAT BRA OFF MAN. WHAT’S WRONG WITH YOU?” sahut Emilo sudah tidak sabar lagi.
“Aaaah…..aaah….ooh…jangan…..aahkh!” jerit Diana ketika dengan satu hentakan kasar tangan Joe merobek BH yang dikenakannya. Para berandal makin seru menyorakinya. Mulut Joe segera melumat buah dada Diana yang sintal, sementara tangan kirinya masih meremas-remas buah dada sebelah kanan Diana. “Aaaaah….aaoooh…..ooooh…aahh …aaaahh…aaahhhhh….” desah Diana mengeliat-liat. Putingnya dijilati penuh napsu oleh lidah Joe.

“Ha….ha….ha…. kau sungguh mengiurkan sayang!” tawa Billie menelan ludah tak sabar ingin segera menikmati gilirannya. Joe sekarang membuka celana dalamnya sendiri, penisnya yang hitam besar 10 inci itu terlihat tegak siap beraksi.

“Kenyal sekali…..ha…ha…ha…”seru Joe sambil menerkam dan mulutnya menciumi buah dada cewek itu dengan buas. Tubuh Diana mengeliat-liat membusur, sementara buah dadanya diremas-remas sampai merah. Lidah Joe menelusuri buah dada Diana, lalu turun ke daerah perut dan menjilati pusarnya. Beberapa saat kemudian sambil tersenyum sinis, mata Joe memelirik kearah paha Diana.

“Oooohhh….jangan…..aaahhhh….” hiba Diana ketakutan tidak berani membayangkan diperkosa oleh kelima berandal kekar dan berotot.

Lalu tangan Joe mulai memelorot celana dalam Diana. Cewek itu berusaha mempertahankannya,
“Ha..ha…ha…percuma kau berontak manis!” ejek Joe ketika Diana berontak sekuat tenaga, tetapi Billie dan Emilo makin erat memegangi tangan Diana, perlahan- lahan celana dalamnya terlepas, rambut kemaluan Diana terlihat ketika celana dalam berwarna pink itu dari pinggul dilorot turun kepahanya dan akhirnya terlepas.

“Cihuuuiiii……Ha…ha…ha….PARTY TIMES… ha…ha…ha….” Teriaknya sambil memutar-putar celana dalam itu, lalu dicium dalam-dalam menikmati aromanya dan dilemparkan kelantai. Mata Joe jelalatan memandangi Diana yang telanjang bulat terlentang diatas meja. Diana lemas karena ketakutan, ia tak berani membayangkan para berandal itu akan ‘menelan tubuhnya ramai-ramai’. Para berandal makin ramai menyorakinya, mata mereka jelalatan memandang setiap lekuk tubuh Diana. Emilo yang tadi memegangi tangan Diana digantikan oleh Billie.

“Oooooh…..aaaahh….am…pun…..aaaah…jang… an…aaahh..” hiba tangis Diana.
“Diam!….THERE’S GOING TO BE A BIG PARTY IN YOUR PUSSY TONIGHT…..Ha…ha…ha…kita lihat siapa yang paling hebat bercinta denganmu!” ejek Emilo mendekati Diana sambil mengeluarkan pisau lipat. Diana ketakutan ketika Emilo memainkan pisau itu diantara buah dadanya sambil tersenyum sinis memandang tubuhnya. Pisau itu bergerak kearah puting susunya dan diputar-putar mengelilingi belahan buah dada Diana yang naik-turun karena napasnya tak beraturan. Hal itu membuat para berandal benar-benar terangsang. Pisau itu terasa dingin di buah dada Diana, lalu pisau itu bergerak kearah perut cewek itu dan turun ke daerah bawah pusar cewek itu. Edi menyeringai penuh arti ketika mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Emilo dengan pisau lipatnya.

“Ayo Milo, cukur sampai habis…..ha…ha…ha…ha…” seru Edi kegirangan.
“Aaaahh…..ohhhh…jangan….aaah….” teriak Diana sambil berontak, tetapi para berandal itu makin mempererat pegangannya, sementara pisau lipat itu dengan buas mulai beraksi mencukur rambut kemaluannya.

“Ha…ha….ha… kesempatan yang langka ini tak akan kami lewat begitu saja. Ayo manis berteriaklah semaumu, tak akan ada yang mendengarmu saat ini.” Ejek Joe sambil menerkam buah dada Diana, diremasnya kuat-kuat membuat cewek itu mengerang kesakitan sementara Emilo mencukur rambut kemaluannya tanpa foam pelicin sehingga Diana merasa perih. Billie, Jack dan Edi yang memegangi kaki dan kedua tangan Diana tertawa melihat cewek itu meronta-ronta. “Aaaaaagggg….aaaaoooohh….ooooohhh…oohh.. .” desah Diana buah dadanya diremas-remas oleh Joe. Suara desahan itu membuat para berandal itu makin terangsang.

Dengan buas pisau Emilo beraksi, dalam beberapa menit saja rambut kemaluan Diana telah tercukur habis. Daerah kulit bawah perut Diana yang tadinya ada rambut kemaluannya terlihat memerah. Emilo tersenyum puas, Joe segera maju sambil mementang kaki cewek itu lebar-lebar, sekarang ia berada diantara pahanya , memandang kemaluan Diana yang terlihat jelas karena rambut disekitar daerah itu habis tercukur.

“Ha…ha…ha…buah dadamu sungguh lezat, NOW I’LL EAT YOUR PUSSY!” kata Joe sambil menjilatkan lidahnya sementara matanya melirik kearah kemaluan Diana.
“Oooooh….lepas…kan….jang…an ..oooOOAAHH!” tangis Diana terhenti ketika Joe mulai menjilatinya. Lidah itu seakan menjulur panjang menjelajahi lorong vagina Diana. Tubuh cewek itu mengelinjang-gelinjang, sementara lidah Joe bergerak seperti cacing menggali lobang.

“Oooooohhhhh…aaaauuuuoooo…oooouuu…aaaah. ..” Desis Diana sementara kepalanya hanya bisa menggeleng ke kiri dan kanan. Tubuh Diana bergetar, tangannya mengepal erat-erat, Emilo menciumi leher dan daerah sekitar ketiak, sambil tangannya mencubit puting susu cewek itu. Jack melepaskan kaki cewek itu, dan ikutan mencumbu perut Diana. Lidah Jack menjilati pusar cewek itu.

“Uuuuuuhhhh….oooouuh…ooohhh…” suara desah Diana makin keras, ketika lidah Joe masuk makin dalam divaginanya.
“Ha…ha…ha….percuma kau berontak sayang, mau tak mau kau akan menikmati pesta ini!” ejek salah satu berandal.
Buah dada Diana memerah dan mengembang karena remasan tangan Emilo.

Joe makin bersemangat, ketika vagina Diana mulai berlendir. Lidah itu menjelajah makin dalam bersamaan dengan pekik desah Diana. Emilo masih mengulum buah dada cewek itu. Putingnya disedot kuat-kuat, membuat cewek itu mengeliat menahan rasa nikmat dan sakit yang bercampur menjadi satu. Tanpa disengaja dari puting buah dada Diana keluar cairan putih seperti susu. Emilo lebih bersemangat lagi menyedoti cairan itu, sementara tangannya meremas-remas buah dada Diana agar keluar lebih banyak.

“Uuuuggghhhh……uuuuuhhhh….uuuhhhh….aaauuuhh hhh….” desis Diana dengan napas tersedak-sedak.
“Ha…ha…ha….ternyata tubuhmu menghianatimukan? Diam-diam kau menikmatinya……BITCH!!!!” ejek Emilo sambil menyedoti buah dada Diana, kanan-kiri.

Lonceng berbunyi menunjukkan pukul 21:30. Rupanya para berandal itu senang bermain-main dengan tubuhnya dan berniat melakukan WARMING-UP sebelum memperkosanya. Diana hanya bisa mengeliat-liat dikerubuti para berandal yang kekar. Lidah Joe dengan lahapnya menjilati vagina Diana. Tidak puas hanya lidah, sekarang jari tangan Joe ikutan beraksi. Jari tengah dan telunjuk Joe masuk di lobang kemaluan cewek itu, diputar-putar seolah-olah mengaduk-aduk vagina Diana, sementara lidahnya ikut menjilati bibir kemaluan Diana.

“Aaaauuuuhhhhh……uuuuuhhh…..aaahhhh” desah cewek itu makin keras, membuat para berandal itu tertawa mengejek ketidak berdayaannya. Jari tangan Joe menusuk masuk dan bermain-main dengan klitorisnya, membuat Diana mengelinjang-gelinjang. Mata Diana terpejam, kepalanya menggeleng ke kiri kanan, Jack menciumi pusarnya, tangan Emilo meremas-remas buah dadanya. Setelah puas bermain-main, Joe mementang kedua kaki Diana.

“Joe mau pakai kondom?” tanya Billie. Joe menolak usul Billie.
“NO WAY….Ha…ha…ha….I WANT TO FEEL SKIN TO SKIN…ok sekarang saatnya manis… NOW LETS SEE JUST HOW TIGHT YOUR CUNT IS!” Joe mengangkat pinggul Diana tinggi-tinggi. Penisnya sekarang digesek-gesekkan disekitar bibir kemaluan Diana berusaha menyibak belahannya. Mata cewek itu terbelalak kaget ketika merasakan kepala penis Joe yang besar dan hangat. Batang penis itu berdenyut-denyut dibibir kemaluannya.

“Ohhh…ohhhh sekarang saatnya!” pikiran Diana melayang jauh ketika Joe mulai beraksi menindih tubuhnya.
“Ayo Joe cumbu dia sampai mampus……Cihuuui!!!” para berandal itu memberi semangat.

Joe merasakan rasa hangat yang mengalir pada kepala batang kemaluannya yang sudah menancap tepat pada pintu gua kenikmatan milik cewek itu. Joe menekan perlahan, seperempat dari bagian kepala kemaluannya mulai terbenam ….Diana menahan napas …. ditekan lebih dalam lagi …. separuh dari bagian kepala kemaluannya melesak masuk …. dengan lebih bertenaga Joe mendesak batang kemaluannya untuk masuk lebih dalam lagi.

“Ayo Joe! sedikit lagi! Masukin saja semua! Biar dia rasain Joe!” Emilo menyoraki Joe sambil meremas-remas buah dada Diana.

“AAAgggh!!!!” Pekik Diana merasakan sesuatu yang menyakitkan dipangkal pahanya ketika seluruh kepala kemaluan Joe sudah terbenam kedalam liang hangat miliknya, dengan satu hentakan yang kuat, penis Joe menyeruak masuk ke dalam vagina Diana membuatnya memekik kesakitan.

Sementara badai diluar mulai turun dengan deras dimulailah pesta perkosaan itu. Diana terlentang diatas meja bundar diruang tengah, tangan dan kakinya dipegangi erat-erat oleh Billie dan Edi, buah dadanya dijilati, disedoti oleh Jack dan Emilo, sementara penis Joe mengoyak-koyak vaginanya dengan ganas.

“Aaagh…..aaahh….ooooh….ooohh…” suara rintih Diana seiring dengan gerakan ayunan pinggul Joe yang kuat. Senti demi senti batang kemaluan Joe menelusur masuk menerobos keketatan liang kemaluan Diana yang sudah basah berlendir itu. Setiap ayunan Joe membuat tubuhnya mengelepar kesakitan karena penis yang besar itu berusaha masuk lebih dalam. Suara desahan Diana membuat para berandal itu makin bernapsu menikmati tubuhnya.

“Ayo Joe…..genjot terus sampai mampus….. ha…ha…ha…” seru salah satu berandal.
Joe merasakan begitu ketatnya ujung kemaluannya terjepit di dalam vagina Diana, selang beberapa saat penis itu terhenti menerobos keluar masuk.

“CAN’T SEEM TO GET MY COCK DEEP ENOUGH INTO YOU BABY!” Joe mengatur posisi pinggulnya, “YOU SO DAMN TIGHT!.” kemudian dengan satu hentakan yang kuat membuat batang penis itu hilang tertelan kemaluan Diana.
“AAAaaaaggggkkk!!” suara lolong histeris Diana ketika dengan satu hentakan kuat tanpa masalah penis itu beraksi lagi di liang vagina Diana yang berlendir, rupanya selaput perawan Diana robek.

“Uuuugggghhhh…. SO YOU’RE STILL A VIRGIN? Ha…ha…ha….manis, kau tak akan melupakan pengalaman ini!” ejek Joe, Penis itu dengan mudah menerjang keluar masuk dengan cepat, sementara tubuhnya menghentak hentak barbar diatas Diana yang mendesah-desah tak berdaya. Kemaluan Diana terasa akan robek oleh desakan penis Joe yang menyeruak masuk keluar dalam-dalam seperti membor kilang minyak. Joe melengkuh-lengkuh nikmat, pinggulnya berayun-ayun memompa, penis itu keluar masuk.

Kaki Diana terangkat tinggi diatas meja terayun-ayun seirama gerakan pinggul Joe menghujamkan keluar masuk batang penisnya yang dengan barbar beraksi divaginanya.

Diana berharap ia dapat pingsan saat itu juga supaya tidak merasakan sakit yang tak terlukiskan itu. Para berandal itu menyanyikan lagu “ROW YOUR BOAT”.
“Aaaahhh…aaaahh….ammm….pun….aahh…
aaahh…aaahh….sakit..ahhhhh..aaaahhh….”jerit Diana. Pinggul Joe bergerak seperti pompa. Penis itu keluar masuk seiring desahan Diana.

“Ayo Joe coblos terus, coblos…coblos…woooo…
wooooo BABY….” teriak Emilo sambil menciumi dada cewek itu.

“Delapan puluh delapan……delapan puluh sembilan….sembilan puluh…Ayo…” dengan semangat Edi menghitungi setiap hujaman penis Joe.

“Aaaaahhh….wahhhhaaa….aaaah….uuuuh…
uuugh….” pekik Diana, sementara Joe berayun-ayun diatas tubuhnya. Cewek itu hanya bisa terisak-isak. Suara petir menyambar di sela-sela badai.

“YEAAAHHH. HOW’S IT FEEL, BABE, HOW’S IT FEEL WITH A REAL MAN’S BIG COCK IN YOUR BELLY? OOOOOOOOOOOOO YOU FEEL SO GOOD, SO HOT.” ejek Joe sambil memaksa Diana yang mendesah untuk melihat penisnya mengenjot keluar masuk lorong vaginanya. Diana bisa merasakan setiap inci dari otot dibatang penis Joe bergerak menelusuri lorong kemaluannya.

“Uuuh…uuuh….uuaah…” lengkuh Joe, sudah sekitar setengah jam dia berayun-ayun diatas cewek itu, keringat membasahi tubuh keduanya, tetapi gerakan pinggulnya tetap ganas, penisnya menyodok-sodok dikemaluan Diana, tangannya menggerayangi pahanya dengan liar.

Sementara itu Emilo membuka celana panjang dan celana dalamnya sendiri, penisnya panjang, (tetapi tidak sebesar Joe sekitar 8.7 inci) sudah tegak menegang. Jack masih asyik menyedoti puting buah dada Diana. Sesekali cewek itu berusaha memberontak, tetapi Edi dan Billie mempererat pegangannya. Joe melengkuh-lengkuh nikmat di atas tubuh Diana yang mengeliat-liat menahan berat tubuh Joe yang menindihnya.

“Seratus enam puluh enam…… seratus enam puluh tujuh…..seratus enam puluh delapan…..ayo Joe taklukan dia….ha…ha…ha…” Edi menyemangati yang langsung diikuti oleh para berandal yang lain.

“Seratus tujuh puluh tiga….seratus tujuh puluh empat…seratus tujuh puluh lima….” Para berandal yang lain ikutan menyemangati Joe.

Tubuh dan buah dada Diana berguncang-guncang seirama dengan hentakan genjotan Joe yang makin liar. Vaginanya terasa terbakar oleh gesekan penis Joe yang buas.

“Aaaaaaahhhh…..aaaaaa….aaaaaahh…..aahhhh…. ..ooooohhh” Diana melolong menahan sakit.
“Ayo…….ayo….seratus delapan puluh delapan…..seratus delapan puluh sembilan….seratus sembilan puluh….ha…ha…ha…” Edi memberi semangat.

“Uuuuaah….uuuuuh….uuughh…tubuhmu nikmat sekali!” Joe mengejek Diana yang mengigit bibirnya menahan sakit. Pinggulnya maju mundur diantara selangkangan cewek itu. Jack dengan gemas mengigit puting buah dada Diana, sementara tangannya yang satu meremas- remas buah dada sebelah kanan.

“Aaaaahh……uuuughhh…..uuughh…uuukkkh….ooo uuuughh…” rintih Diana, sementara gerakan Joe mulai pelan, tapi mantap.

“Seratus sembilan puluh enam…..seratus sembilan puluh tujuh….” Semua berandal menyemangati Joe. Batang penisnya keluar masuk dengan barbar.
“”I’M COMING, BABY!” lengkuh Joe.
“OH GOD! NO, PLEASE ! NOOOOO!! NOO! DON’T COME INSIDE ME!!! NOOO, PLEASE!!!!…..AAAKKKHHHH!” kepala Diana terjengkang keatas, sementara terdengar suara lolong kesakitan ketika batang penis itu menghujam dalam-dalam divaginanya.

Dengan satu hentakan kuat Joe mencapai klimax, penisnya menyemburkan sperma dalam lorong kemaluan Diana.

“Uuuuuugggh…..ha…ha…ha….bagaimana?” ejek Joe sambil mencabut penisnya dengan perkasa.
“kau akan digilir sampai pagi!!…..ha…ha…ha…NEXT!!!” seru salah satu berandal.

Sementara itu kilat diluar menyambar-yambar, waktu itu pukul 22:25. Diana hanya bisa terisak-isak, Emilo maju sambil menyeringai. Tanpa perlawanan yang berarti, Emilo sudah berada di antara selangkangan cewek itu.

“Ha…ha…ha…IS MY TIME TO RIDE, BABY I’M GONNA TAKE MY TIME AND FUCK YOU NICE AND SLOW. LET’S SEE HOW LONG I CAN KEEP MY DICK HARD IN THIS WONDERFULLY TIGHT CUNT OF YOURS. SEE HOW LONG I CAN KEEP YOU MOANS…..!” ejek Emilo, sementara batang penisnya dengan mudah masuk ke vagina Diana. Emilo memulai gerakannya, pinggulnya bergerak memutar, memastikan penisnya masuk penuh, lalu bergerak maju mundur perlahan tapi dalam. Pinggulnya berayun-ayun pelan dan mantap, diantara kedua paha Diana yang terbuka lebar, sambil meremas-remas buah dadanya. Kadang jari-jari tangan Emilo melintir-lintir puting susu cewek itu, tubuh Diana hanya bisa mengeliat-liat, sementara dari bibirnya yang terbuka terdengar suara erangan dan desah.

Penis itu beraksi di vaginanya, pinggulnya diangkat ke antara pinggang Emilo yang maju mundur. Jack meninggalkan kerumunan menuju kulkas diruang makan. Joe duduk disofa, sambil melihat teman-
temannya beraksi diatas tubuh Diana. Billie masih dengan erat memegangi tangan kanan dan kiri Diana, juga Edi yang memegangi kedua kaki Diana. Suara desah erangan cewek itu bagai musik merdu ditelinga mereka. Tubuh Diana basah kuyup karena keringat, sementara Emilo melengkuh-lengkuh nikmat.

“Ooooooooohhhhhh…….uuuuuuhhhhh…..uuuhhhh…. .uuhhh…..
ha…ha…ha….” suara Emilo, penisnya yang panjang tanpa ampun terus mengenjot kemaluan Diana. Buah dadanya dijadikan bual-bualan oleh Emilo. Giginya mengigiti putingnya dengan gemas, membuat Diana menjerit kesakitan. Terlihat bercak-bercak merah bekas cupangan disekitar leher dan dada ditubuh Diana.

“Aaaahhh…..aaaaoooohhh….ooooohhhhhh…ooooohhh h…..” desah Diana merasakan penis Emilo menusuk keluar masuk divaginanya. Sudah sekitar lima belas menit Emilo beraksi, tubuh Diana berguncang-
guncang seirama ayunan pinggul Emilo.

Pukul 23.10. Kilat dan guntur bersahutan diluar, membuat jalanan bertambah sepi.
“Hah…hah….hah……uuuggghhh…”lengkuh Emilo, sekarang ayunannya tidak perlahan seperti pertama, tetapi berirama cepat dan dalam. Vagina Diana terasa perih terbakar oleh gesekan penis Emilo.
“Ha….ha…ha….. tunggu punyaku manis, YOU WILL LOVE IT!” seru Edi sambil mengolesi penisnya sendiri dengan selei sehingga kepala penis itu terlihat gilap dan lebih besar dari yang sebelumnya.

“Uuuuuggghhhh…….uuuuuggghh…… uuuugggghhhh……”desah Diana pendek seirama keluar masuk penis Emilo di kemaluannya.
Edi meremas-remas penisnya sendiri, sambil memandangi setiap lekuk tubuh Diana.
“Ha…ha…ha….Ed, kau sudah tak sabar ya?……” tanya Billie sambil matanya terkagum melihat penis Edi yang makin besar, sehingga kepala penis itu seperti jamur.
“Oooooohhhhhh….uuugggghhh…..oooohh……
oooohh……..HERE I CAMEEE……!!!!” jerit klimax Emilo, penisnya menghujam dalam-dalam sambil menyemprotkan cairan putih.
“Aaaaaaakkkkkhhhhhhh……oooohhh……” pekik Diana diantara lengkuhan nikmat Emilo.
Emilo mencium kening Diana yang terlentang terengah-engah diatas meja.
“FUCK YOU BABE!…..ha…ha..ha….” ejek Emilo sambil mencabut penisnya.

Posisinya segera digantikan oleh Edi. Kepala penis yang besar itu digesek-gesekkan di antara paha Diana. Edi memandangi tubuh Diana yang sintal dan mulus basah oleh keringat.

“LET’S GO TO HEAVEN, manis…ha…ha…ha….” Bersamaan dengan kata itu Edi menciumi buah dada Diana, sementara tangannya mengesek-gesekkan penisnya di bibir kemaluan cewek itu.

Teriakan Diana tertelan badai yang ganas, pukul 23.45. Diana, meronta-ronta tubuhnya membusur digumuli Edi yang penuh napsu, sementara para berandal yang lain tertawa terbahak-bahak. Tangan Diana yang dipegangi oleh Billie,membuatnya tak bisa melawan, sehingga dengan leluasa Edi menciumi tubuhnya. Dari leher, lidah Edi terus menelusur turun ke buah dadanya, disedotnya kuat-kuat buah dada cewek itu, membuatnya mengerang kesakitan, lidahnya menjilati dengan lahap cairan yang keluar dari puting susu Diana. Tiba-tiba dengan hentakan yang kuat penis Edi menerobos masuk kemaluan cewek itu.

“Aaaaakkkkkkkhhhhh…….”Diana berteriak kesakitan. Penis itu terus berusaha masuk penuh, Diana bisa merasakan kepala penis yang besar itu berusaha masuk lebih dalam di vaginanya.
“Uuuuugggghhhhh…..sempit sekali….uuuuaahh…
hhhaaaa….”seru Edi sambil terus mendorong masuk penisnya.
“Ayo…..Ed,……ha….ha…ha….masukkan semuanya….biar mampus dia!” teriak Joe menyemangati Edi.

Sekarang kepala penis itu sudah masuk, Edi diam sebentar merasakan otot vagina Diana yang berusaha menyesuaikan diri dengan penisnya. Dinding vagina Diana serasa meremas-remas penisnya, membuatnya lebih tegang.

“Ha….ha…ha….kulumat kau, manis!” bisik Edi sambil mulai menggenjotkan penisnya dengan barbar. Joe menciumi leher Diana, Jack meremas-remas buah dadanya, Emilo meratakan olesan selai, sedangkan tangan Edi mementang pahanya agar lebih leluasa penisnya bisa maju mundur diliang kemaluan Diana.

“Aaaahhhh……aaahhhhhh…..aaaggghhhh…
aaahhhhh…” lolongan desah Diana digarap ramai-ramai. Suara desah dan erangan Diana terdengar bagai musik merdu ditelinga para berandal. Tanpa menghiraukan Diana yang sudah kelelahan, mereka terus berpesta menikmati tubuh cewek itu. Bagai menyantap hidangan lezat, mereka melahap dan menjilati tubuh Diana yang basah, mengkilat karena olesan selai dan keringat. Penis Edi menerobos keluar masuk dengan cepat, sementara disetiap hentakan tubuhnya terdengar erangan Diana menghiba kesakitan. Jack yang meremas-remas buah dadanya sekarang mulai menjilatinya penuh napsu, sedangkan putingnya disedoti agar keluar cairan seperti susu, Joe terus menciumi leher Diana yang jenjang.

“Uuugggh…….uuuuggghhh……..aauughh…..
uuugghhh….uuuuggghhh….” rintih Diana, sudah sekitar lima belas menit Edi berpacu dengan birahi, peluh membasahi tubuhnya. Edi melengkuh-lengkuh penuh napsu, menikmati setiap inci hujaman penisnya dilorong kemaluan Diana.

“Haaah…..haaah….uuuggh…..bagaimana manis, asik bukan…..kau akan digilir sampai pagi…ha…ha…
ha….Haah….haaah….” seru Edi sementara pinggulnya bergerak seperti memompa diantara kedua paha Diana. Buah dada cewek itu memerah diremas-remas dengan kasar oleh para berandal. Tubuh Diana berguncang-guncang dengan ganas seirama ayunan Edi.

“He…he…he…..buah dadamu lezat sekali, ya…..kau akan membayarnya dengan tubuhmu sayang!” ejek Jack sambil menjilatkan lidahnya keudara sementara tangannya meremas-remas buah dada cewek itu dengan napsu. Diana hanya bisa terisak-isak sambil menahan sakit disekujur tubuhnya yang basah kuyup karena keringat dan selai. Penis Edi makin ganas menggenjot cewek itu.

“Aaaauuh…..aaagggh……uuuuugggghhhh…
uuuughhhhh….” pikik desah Diana. Vaginanya terasa panas dan perih oleh gesekan penis Edi yang barbar.

Badai masih ganas, didekat lantai meja makan, terlihat BH dan celana dalam Diana berserakan sementara diatas meja Diana diperkosa dengan ganas oleh lima berandal yang kekar, tubuhnya dipentang dan dijilati penuh napsu. Buah dadanya dicengkram dan diremas-remas, lehernya diciumi, puting dan pusarnya dijilati, sementara Edi melengkuh-lengkuh nikmat, cewek itu hanya bisa merintih dan mendesah karena penis besar dan hitam beraksi menghentak-hentak barbar keluar masuk diantara selangkangannya. Waktu menunjukkan 24:16 Edi sudah hampir mencapai klimax, irama ayunan pinggulnya makin cepat tanpa perduli Diana yang terengah-engah kelelahan, Jack menggigit puting buah dadanya, membuat Diana mengerang kesakitan.

“aakkkh….aaahh…ooooohhhh…” rintih Diana diantara lengkuh nikmat Edi.
“Huuuh…uuuhhh…..uuuuhhh…..uhhhh….
HUUAAAHHHH…..” jerit Edi mencapai klimax, dengan satu hujaman yang kuat, penisnya masuk hilang tertelan dilorong vagina Diana.

“Aaaaakkkkhhhh….” jerit Diana tertahan, tubuh cewek itu mengeliat kejang, lalu lunglai, pingsan kelelahan, sementara penis itu menyemburkan banyak sprema dalam vaginanya. Peluh menetes dari tubuh Edi yang masih menindih cewek itu.

“Ha…ha…ha….tubuhmu sungguh menggairahkan sekali…” Raut wajahnya terlihat puas, beberapa saat kemudian Edi mencabut penisnya, sambil mencium leher Diana yang masih pingsan. Jack siap-siap maju mengambil posisi.

“Biarkan dia istirahat dulu, nggak enak kalau nggak ada perlawanan” Cegah Joe.
“Kita beri dia obat perangsang saja!” usul Billie sambil tersenyum penuh napsu.
“Jangan, kita simpan itu untuk yang terakhir” Joe duduk disofa.

Beberapa menit kemudian, sekitar pukul 24:40, Diana yang baru saja siuman dibopong ramai-ramai menuju kamarnya, disana cewek itu dilempar ke ranjang dan langsung diterkam oleh para berandal yang sekarang semuanya sudah telanjang bulat. Cewek itu berusaha berontak melarikan diri, tetapi dengan cekatan para berandal itu menerentangkan tubuh Diana. Cewek itu berteriak ketakutan ketika para berandal dengan buas menggumuli tubuhnya.

“Aaaahhhh…..aampun…..aaaahhhh….”hiba Diana, sementara Edi dengan kasar mulai meremas-remas buah dada kanannya. Joe berusaha mencium bibirnya yang merah merekah. Emilo menjilati dan menyedoti puting sebelah kiri.

“Aaaaduuuhh…aaaaawww…aaaahhh…..ja….
ja….ngan…”teriakan Diana tak digubris. Jack maju mengambil posisi diantara kedua kakinya, tersenyum sinis sambil membungkuk menciumi leher cewek itu. Diana mengeliat-liat tak berdaya. Lidah Jack menelusur turun dari lehernya menuju perutnya Diana.

“Aaaaaahhh…..le…paskan…..aaaahhh” jerit Diana ditengah kerubutan berandal. Jack mulai menjilati daerah pusar Diana.

“Manis…tadi kulihat kau suka disco! bagaimana kalau sambil diputarkan lagu…hmmm?…
disco…rock…atau metal?….OK metal saja!” Billie mengejek Diana. Beberapa saat kemudian terdengar lagu metal, membuat para berandal itu lebih bersemangat menikmati setiap lekuk tubuh Diana.

“Ha…ha…ha…manis, kami masih belum puas!” ejek Jack. Billie membaca surat yang ditemukannya dimeja rias pinggir ranjang.

“Hmmmm…..SO YOUR NAME’S Diana McCatry….
INTERESTING….” gumam Billie sambil melihat Diana yang mendesah-desah tak berdaya dijilati dan diciumi teman-temannya. Beberapa saat kemudian Billie naik keatas ranjang, berbaring disamping cewek itu.

“Nah Diana sayang, ARE YOU READY TO LOSE YOUR VIRGINITY IN ANOTHER HOLE? kau benar-benar beruntung manis! kau pasti puas!” kata Billie sambil menjilat muka cewek itu yang menangis ketakutan. Billie merangkul tubuhnya dari samping dan digulingkan menghadapkan keatas terlentang sehingga posisinya sekarang dibawah Diana.

“Hai….sayang pestanya dilanjutkan. Manis kau pikir tadi sudah yang paling sakit, tunggu yang ini kau akan rasain sakit yang sebenernya!” kata Emilo sambil menerkam gemas buah dadanya.

“Dan sekarang kau dapat kehormatan manis BECAUSE I’LL TAKE YOUR ASS VIRGINITY!!” mata Diana terbelalak ketakutan.
“Oooohhh….jang…aan…PLEASE!!!!” hiba Diana disela isak tangisnya.

“Dianay kau akan merasakan sesuatu yang belum pernah kau bayangkan sebelumnya sayang!” ejek Billie.
Cewek itu berusaha berontak sekuat tenaga, tapi kerubutan dan remasan dibuah dadanya membuatnya tak bisa berkutik. Diana didudukkan tepat diatas tubuh Billie, berandal itu mengarahkan penisnya yang tegak di lobang anus cewek itu dan segera dihujamkan dalam anus Diana tanpa pelumas sehingga membuatnya menjerit kesakitan.

“AAAAKKKKKKKHHHHHH!!!!” lolong Diana, sementara penis Billie (10 inci) masuk penuh dalam anusnya, sekarang cewek itu dipaksa tidur terlentang. Jack diatas menindihnya sementara Diana meronta-ronta kesakitan, anusnya terasa sakit oleh batang penis Billie yang berada dibawahnya. Jack yang sudah puas menjilati perut Diana, sekarang mementang kedua paha Diana, mengarahkan penisnya (8 inci) ke lorong vagina cewek itu. Apa daya tenaga seorang cewek yang dikeroyok lima lelaki kekar, dengan mudah masing-masing tangan Diana diikat dengan tali BH dijeruji pilar ranjangnya agar tidak bisa berontak.

Jack segera memasukkan penisnya ke vagina Diana yang masih meronta-ronta, sambil tertawa terbahak-bahak. “Ha….ha…ha…. sayang sekarang kau rasakan ini!” sambil berkata seperti itu, Jack dan Billie mulai menggoyangkan pinggul mereka. Penis Billie bergerak naik-turun dianus sedangkan penis Jack menyodok keluar masuk seirama nada metal yang makin bersemangat. Teriakan cewek itu tertelan oleh bunyi halilintar yang keras. Usaha Diana untuk berontak membuat ikatan ditangannya makin erat dan menyakitkan. Tubuh Diana meronta-ronta kesakitan, tanpa disadarinya gerakannya itu makin membuat Jack dan Billie yang memperkosanya makin terangsang. Tubuhnya mulai menggelinjang kesana kemari, pinggulnya bergerak-gerak ke kanan, kiri, memutar, sementara Billie yang dibawah mempertahankan kecepatan ritme keluar masuk batang penisnya dianus Diana. Suara kecipak akibat gesekan kemaluan mereka berdua semakin terdengar. Sodokan batang penis Billie dianus Diana membuat tubuh cewek itu meliuk-liuk tak beraturan dan semakin lama semakin bergerak naik seolah menantang kejantanan Jack.

“Ha…ha…ha….Dianay kau suka ya? Nih akan kumasukkan lebih dalam lagi! HAAAHHHH!!!!” teriak Jack sambil bertumpu pada remasan tangannya dibuah dada cewek itu ia menyodokkan penisnya lebih dalam ke vagina Diana.

“Oooooohhhh……aaahhh….aaahhhh…aahh…
ampun…amp..aaaaahhh…aaahh!!!!” erang Diana kesakitan. Sementara kedua penis berandal itu mengkoyak-koyak vagina dan anusnya, begitu penuh nafsu, ganas dan liar. Melihat pemandangan itu dan terbakar oleh api birahi, para berandal lainnya sambil tertawa terbahak-bahak melihat ketidak berdayaan Diana, mereka meremas-remas penis mereka sendiri.

“Ohhh….ha…ha…ha….bagaimana sayang, bagaimana rasanya….puas nggak? tenang pestanya masih lama….tunggu giliran kita…ha…ha…ha..” seru para berandal lainnya.

Beberapa menit saja penis mereka sudah tegak tegang siap beraksi kembali. Ranjang berderit-derit seirama musik metal dan gerakan mereka yang barbar, Diana ditindih ditengah-tengah mereka yang menghentak-hentak berpacu dalam birahi. Gerakan Billie bagaikan dongkrak memaksa tubuh Diana mengelinjang keatas mengundang penis Jack masuk ke lorong vaginanya, sedangkan gerakan Jack yang seperti memompa dari atas menekan kebawah sehingga penis Billie masuk penuh, begitu seterusnya, membuat cewek itu terengah-engah menahan rasa sakit di anus dan vaginanya sekaligus. Billie menciumi leher, tengkuk, telinganya penuh napsu.

“Uuuggh…uuggh…uuuughhh….” rintih Diana seirama ayunan kedua penis itu. Cewek itu bisa merasakan seakan-akan kedua penis itu saling bertemu dan bergesekan didalam perutnya, hanya berbeda lorong saja.

Jack dan Billie melengkuh-lengkuh nikmat. Buah dadanya diremas-remas dengan kasar sekali oleh Jack. Diana merasakan kesakitan, tapi remasan dibuah dadanya membuatnya tetap tersadar. Para berandal yang lainnya bersorak-sorak menyemangati keduanya melahap tubuh Diana , Penis-penis mereka digesek-gesekkan di tubuh cewek itu. Waktu menunjukkan Pukul 01:20 sementara pesta perkosaan itu makin brutal terbawa napsu birahi para berandal. Badai diluar makin ganas dan guntur sesekali menggelegar menelan teriakan Diana. Joe menemukan lipstik dimeja rias dan dioleskan dengan paksa dibibir Diana.