Pembaca Rumah Seks yang budiman, sebenarnya lanjutan cerita perjalananku  ke Malaysia (lanjutan cerita "Love in Malaysia" dan "Panasnya Gairah  Cinta Michiko" seperti yang aku tulis sebelumnya) belum memungkinkan  bagiku untuk melanjutkannya, mengingat kesibukan aku yang begitu padat  akhir-akhir ini. Namun disebabkan banyak permintaan melalui email dan  bahkan disampaikan secara langsung setelah berkenalan langsung dengan  salah seorang pembaca, akhirnya aku coba juga mengangsur cerita itu  sedikit-demi sedikit, karena kebetulan aku selalu membawa laptop  kemanapun pergi.
*****
Waktu itu Senin sore tanggal 26  Januari 2004 sekitar pukul 15.30 waktu Malaysia setelah mengunjungi  Putrajaya tempat PM Malaysia berkantor di negara bagian Selangor,  rombongan kami check in di PNB Darby Park yang terletak di jalan Binjau  No.10 Kuala Lumpur dan lokasinya berdekatan dengan Tabung Haji Malaysia  dan Menara Kembar (Twin Tower) Petronas yang cukup terkenal di dunia.  Dari hotel tempat aku meningap itu, bila hendak ke menara kembar itu  dengan jalan kaki bisa ditempuh dalam waktu 10 menit.
Aku  mendapat kunci kamar dengan nomor 2805, yang berarti berada di lantai 28  dan masih menempati kamar executive suite yang memiliki dua kamar  tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Sehingga, tiap kami pasti ada  satu kamar yang kosong dan tak terisi. Aku berfikir, kenapa pihak  penyelenggara Mega FAM Malaysia ini tidak menempatkan kami berdua dalam  satu kamar sehingga tidak ada kamar yang kosong.
Sekitar pukul  16.15, bell di kamarku berdering. Ternyata dari pemandu kami yang orang  Pakistan untuk mengingatkan agar 15 menit lagi berkumpul di lobby hotel  untuk bersiap-siap pergi pesiar ke KLCC yang terletak di bawah menara  kembar Petronas, ke Menara Kuala Lumpur dan terakhir ke Genting  Highland, dimana di lokasi dengan ketinggian sekitar 5.350 kaki itu juga  terdapat kasino nomor dua terbesar di Asia.
Namun aku  menyampaikan kepada pemandu itu dan juga kepada pimpinan rombongan,  bahwa aku ingin istirahat saja di kamar, sekaligus menyatakan bahwa aku  juga hendak ke China Town setelah magrib untuk membeli ole-ole buat  teman-teman di kantor sepulang dari Malaysia nantinya. Akhirnya mereka  mengerti dan meninggalkan aku sendiri di kamar.
Sepeninggalan  teman-teman yang telah pergi shopping ke KLCC, untuk menghilangkan jenuh  aku lalu menghidupkan VCD player yang ada di ruang tamu dengan memutar  kepingan VCD "Tourism Malaysia" yang diberikan pihak penyelenggara  seminar di The Puteri Pan Pasific Hotel di Johor Baru, beberapa hari  lalu, sambil tidur-tiduran di atas sofa yang cukup lebar dan empuk.  Mungkin karena capek setelah seharian mutar-mutar di Putrajaya, tak  terasa aku tertidur dan baru terbangun ketika bell di kamarku berbunyi.  Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 18.45. Siapa pula yang datang?  Teman-teman kembali nanti paling juga subuh karena memang ada diantara  mereka yang ingin berjudi di Genting.
Dengan bermalas-malasan dan  setelah merapikan baju kaos yang aku pakai, aku buka juga pintu  kamarku. Sesaat aku terkaget dan seperti tidak percaya melihat orang  yang berdiri di hadapanku.
"Iza..?" hanya itu yang bisa aku ucapkan sambil mengucek-ucek kelopak mataku.
"Kamu  jahat. Kenapa kamu tidak memberitahuku jika kamu datang ke Malaysia?  Bahkan ketika kamu sudah berada di Kuala Lumpur pun, kamu masih tetap  tidak meneleponku," cewek itu berceloteh terus sambil mendorong tubuhku  ke dalam dengan tangan memukul dadaku.
"Aku bukannya sengaja  untuk tidak meneleponmu. Tapi sungguh, nomor telepon kamu hilang ketika  aku mengganti kartu halloku dengan navigator 64kb yang dikeluarkan  Telkomsel. Aku ganti kartu, karena aku ingin mengaktifkan mobile  banking, sementara memori untuk menyimpang nomor telepon di kartu baru  itu tidak cukup untuk 250 nama seperti pada kartu lama. Aku baru tahu  nomor kamu tidak ada di kartuku, setelah mau menelpon kamu ketika hendak  berangkat ke Malaysia seminggu lalu," ujarku menerangkan, sambil  membelai rambutnya yang direbonding.
Oh ya, Iza adalah pacarku  orang Malaysia dan kini berusia sekitar 23 tahun yang bekerja di salah  satu perusahaan swasta cukup besar di negara jiran itu, yang ku kenal  ketika dalam perjalanan dengan pesawat Silk Air menuju kota "P" dari  Singapore tahun 2000 lalu. Dan selama di kota "P" aku selalu menemaninya  kemana pergi, dan bahkan sempat beberapa kali tidur bersama. Iza yang  bertubuh seksi dan sintal dengan tinggi sekitar 168 cm berkulit putih  dan mirip artis Eddies Adellia. Pinggangnya ramping, pinggul padat  berisi dan payudara yang montok serta padat dengan ukuran bra 36B. Dan  setiap aku ke Malaysia atau dia ke kotaku, pastilah tidak pernah  terlewatkan bagi kami berdua untuk bercinta.
Ketika aku tanyakan  dari mana dia tahu kalau aku sedang di Kuala Lumpur dan menginap di PNB  Darby Park, ia menyatakan tahu dari teman-temanku. Waktu dia sedang  duduk-duduk di salah satu kafe di KLCC sepulang dari kerja, dan  kebetulan melihat teman-temanku yang pakai kokarde "Mega FAM"  bertuliskan dari kota "P", dan menguping teman-temanku bercerita, dan ia  mendengar namaku ikut disebut-sebut. Waktu itu, feelingnya langsung  mengatakan bahwa nama Sandy yang disebut-sebut itu pastilah aku,  sehingga ia memberanikan diri bertanya pada salah seorang temanku,  dimana aku berada, setelah sebelumnya ia menyatakan bahwa ia mengenal  aku. Akhirnya teman-temanku mengatakan bahwa aku sedang istirahat di  hotel, dan ketika ia datang ke hotel tempat aku menginap, ia tanyakan  namaku dan receptions hotel lalu memberi nomor kamarku.
"Syukurlah  kamu bisa menemukan aku. Kamu tahu kenapa aku tidak mau gabung dengan  teman-teman ke Genting? Itu karena aku punya rencana untuk datang ke  rumahmu malam ini," ujarku menjelaskan.
"Iya ke..," rajuknya dalam logat Malaysia.
"Sure..!" jawabku pasti, sambil merengkuh pundaknya sehingga ia berada dalam pelukanku.
"Aku sungguh merindukanmu, Iza," rayuku.
"Aku juga, makanya aku datang ke tempatmu," balasnya.
"Kamu mau menemaniku disini malam ini kan?" tanyaku.
Iza  menganggukkan kepalanya. Namun ia menyatakan bahwa ia harus menelepon  temannya satu apartemen bersebelahan kamar untuk memberitahu, untuk  memberitahu jika ia tidak pulang malam ini.
Karena tidak tahan  lagi menahan rasa rindu yang memuncak serta keinginan untuk mereguk  kenikmatan tubuhnya yang sensual dan sudah hampir satu tahun tidak aku  cicipi itu. Kulihat Iza yang baru saja menelepon temannya itu sedang  asyik menikmati siaran TV3 sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai di  sofa yang berukuran cukup panjang dan lebar itu. Aku mendekat dan  langsung mengecup keningnya. Ia menengadah, dan ciumanku terus merambat  turun ke bibirnya yang sensual.
"Ah..," desahnya tertahan.
Ciumanku  terus menjalar ke belakang telinganya dan terus ke lehernya yang  jenjang. Sementara tanganku mulai menjalar mencari dua bukit kenyal yang  montok dan selalu menantang itu. Kulihat ia mulai  menggelinjang-gelinjang sambil merasakan nikmat permainan yang aku  berikan.
Perlahan-lahan tapi pasti, aku mulai membuka baju kaos  yang dipakainya, dan melanjutkan dengan membuka celana jeans ketat yang  melekat di tubuhnya. Sehingga terlihat ia hanya menggunakan bra warna  hitam yang serasi dengan celana dalamnya yang juga berwarna hitam.  Sementara bibirku, tetap bermain di bibirnya yang ranum. Kemudian tangan  kananku mulai mencari pengait bra yang dipakainya dan melepasnya.
Bibirku  langsung beraksi mengulum puting susunya yang sudah mulai mengeras.  Sekali-sekali aku gigit puting susunya yang berwarna coklat itu,  sehingga ia terdengar mengerang. Sementara tangan kananku, terus  merambat turun dan mulai memelorotkan celana dalamnya. Sesaat tanganku  berhenti di gundukan daging di sela pangkal pahanya yang ditumbuhi  bulu-bulu hitam lebat dan tertata rapi.
"Honey, please..!" rengeknya sambil berusaha membuka kaos singlet yang kupakai.
Kemudian  dengan rakusnya iapun mulai menjilati dan menghisap puting susuku yang  ditumbuhi bulu-bulu. Aku tergelinjang, dan seketika nafsuku semakin  memuncak. Ia semakin bergelora dan terus menjilati tubuhku hingga ke  bawah. Karena terhalang celana pendek yang kupakai, iapun lalu  memelorotkannya, sehingga aku menjadi telanjang bulat seperti dirinya.  Penisku terlihat mengacung dengan gagahnya ke atas.
"Oh..," desahnya sambil menjilati seluruh batang penisku.
Tak  cukup sampai disitu, ia lalu berusaha mengulum seluruh batang penisku.  Namun karena tersekat di kerongkongannya, hanya sebagian saja yang bisa  dikulum dan diisapnya, sehingga membuat aku kegelian dan semakin  terangsang. Kemudian aku coba mengambil alih inisiatif dengan menarik  tubuhnya ke atas serta menyandarkannya di sofa, dan kemudian aku mulai  lagi menjilati dan menghisap puting payudaranya. Hisapanku lalu pindah  ke bibir, ke telinga dan leher, sehingga membuatnya makin terangsang  dengan hebat.
Ciuman lalu aku teruskan ke bawah, dan bermain-main  sebentar di sekitar pusarnya. Kemudian bibirku terus merambat ke bawah,  dan mendapatkan vaginanya yang berbulu lebat itu sudah mulai dibasahi  cairan kental. Setelah kakinya aku angka dan bulu-bulu yang menutupi  lubang vaginanya aku sibakkan, aku mulai menjilat clitorisnya dengan  lidahku. Iza semakin menggelinjang menahan nikmat, sehingga setelah  hampir lima menit lidahku bermain di lubang vaginanya, akhirnya aku  lihat Iza berkelenjotan dan mengangkat tinggi pinggulnya dan terdengar  teriakan tertahan.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi. Aku.. mau.. keluar..!' teriaknya.
Tak  lama kemudian aku melihat cukup banyak cairan kental menyembur dari  lubang vaginanya. Sementara aku lalu menghentikan jilatan untuk  memberikannya kesempatan menikmati orgasmenya yang pertama itu.  Kemudian, dengan rakus aku jilati semua cairan yang keluar dari  vaginanya itu.
"Ah, honey. Apa yang aku impikan selama satu tahun ini untuk bercinta kembali denganmu, akhirnya menjadi kenyataan," katanya.
"Aku  juga sayang, si kecil ini sudah lama berontak untuk bisa bersemayam di  goa milikmu yang hangat itu," balasku sambil mencium mesra bibirnya.
Ciumanku  itu dibalas Iza dengan hangat. Kembali permainan lidah yang luar biasa  terjadi. Sementara tangan kananku sibuk meremas dengan lembut dua bukit  kembarnya yang sangat menantang itu. Lalu perlahan dan tanpa melepaskan  ciuman bibir, aku bopong Iza ke dalam kamar dengan tetap membiarkan kaca  jendela tidak ditutup gorden, sehingga menambah nuansa tersendiri dalam  permainan seks kami.
Baru saja Iza aku rebahkan di ranjang,  tiba-tiba ia bangkit dan mendorongku hingga tertelentang. Ia terlihat  ingin mengambil inisiatif menyerang dengan menciumi seluruh bagian  tubuhku dengan ganasnya. Akibatnya, penis aku yang sejak tadi sudah  mengeras itu, sudah tidak sabaran lagi untuk bisa menyeruak ke dalam  lubang kenikmatan Iza. Pada saat Iza asyik melumat bibirku, secara  diam-diam "si kecil" aku arahkan tepat di lubang vaginanya.
"Ah, terus sayang..," desahnya.
Sementara  aku mengangkat pinggul agar penisku bisa masuk, Iza juga ikut membantu  dengan menekan pinggulnya. Secara perlahan-lahan, penisku mulai dapat  memasuki liang vagina Iza yang masih terasa sempit karena selalu dirawat  dengan baik. Bless..! Semua batang penisku amblas masuk hingga dapat  kurasakan menyentuh dasar vaginanya.
"Oh, terus honey. Enaakk..!" desahnya.
Karena  aku merasakan goyangnya mulai mengendur karena lelah berada di atas,  akhirnya aku mengambil inisiatif membalikkan tubuhnya hingga telentang,  dengan penisku tetap berada di dalam vaginanya. Secara perlahan, aku  mulai menggoyang pinggul untuk memaju mundurkan penisku di vaginanya,  sementara lidahku tetap saling kait mengait dengan lidahnya. Kemudian  lidahku merambat turun ke dadanya dan menghisap puting susunya yang  mengeras, sementara aku tetap mempertahankan intensitas goyangan di  pinggulku. Akibatnya, Iza terlihat sudah tidak bisa menahan seranganku,  karena aku rasakan pinggulnya mulai diangkat dan kakinya mengejang.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi dan mau.. ke.. luar..'" erangnya.
"Tahan dulu sayang, kita keluarkan sama-sama," ujarku tertahan.
Aku  akhirnya aku tidak bisa menahan desakan di pangkal penisku yang terasa  menghentak-hentak hendak menghantam vagina Iza. Dan dalam hitungan  detik, akhirnya aku muntahkan seluruh sperma yang ada di penisku,  sementara Iza juga kurasakan mengeluarkan lendir di vaginanya yang  terasa hangat oleh batang penisku.
"Oh, aku benar-benar puas Sandy. Aku ingin kamu masih di KL agak beberapa hari lagi," ujarnya sambil mengecup bibirku mesra.
"Bagaimana  ya, tiketku tak bisa diundur karena sudah diprogram oleh penyelenggara  Mega FAM. Aku harus pulang ke Indonesia pagi besok," jawabku hati-hati.
"Pokoknya  serahkan saja tiket itu padaku, aku yang akan mengaturnya. Kalaupun  tiket pesawatmu tidak bisa di undur, biarkan saja, nanti aku ganti  dengan tiket baru untuk kembali ke Indonesia hari Kamis tanggal 29  Januari," katanya sambil mengelus dadaku yang sedikit berbulu. Aku  menyatakan setuju, sehingga kulihat ia tersenyum karena merasa senang.
Dan  menjelang pagi, kami sempat melakukan "pertarungan" sengit itu hingga  empat kali, sehingga aku lihat Iza benar-benar terpuaskan oleh  permainanku yang katanya sangat dahsyat itu. Ia juga berjanji untuk  minta izin kepada atasannya selama 3 hari untuk menemaniku selama berada  di Kuala Lumpur, sekaligus untuk melampiaskan nafsu syahwatnya yang  juga sangat dahsyat itu.
Iza kembali ke apartemennya sekitar jam  04.30 untuk bersiap-siap pergi kerja, dan sekitar pukul 05.30 aku  dibangunkan teman-teman untuk bersiap-siap menuju KLIA untuk seterusnya  kembali ke kotaku. Namun kepada teman-teman aku sampaikan, bahwa aku  masih akan tinggal di Kuala Lumpur hingga tanggal 29 Januari, karena ada  sedikit urusan. Tentang tiket pesawatku yang tidak bisa diundur  keberangkatannya, aku katakan sudah ada yang mengaturnya, sehingga  teman-temanku dapat memahaminya.
*****
Salam manis untuk  Marwah dan juga Sella, semoga puas membaca kisah cintaku dengan cewek  Malaysia. Pesanku, "don't wait until tomorrow, what can you do to do".
Tamat
