Untuk pembaca yang belum membaca ceritaku terdahulu, perkenalkan namaku  Wawan. Umurku 23 tahun, dan aku adalah mahasiswa tingkat akhir sebuah  PTS di Jakarta. Saat ini aku tinggal menyelesaikan skripsi, tetapi  sampai sekarang masih belum selesai-selesai juga. Mungkin karena aku  saat ini terlalu fokus pada bisnis wiraswastaku. Hasilnya sangat lumayan  sih, jadi membuatku agak mengabaikan skripsiku itu. Tetapi aku berniat  untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah-tengah kesibukan mengerjakan  proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai gelar nanti, dan  terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.
Semenjak aku  kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu di 'Beli Mobil  Berbonus Seks', aku jadi ketagihan bermain seks. Aku selalu memikirkan  hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada penyaluran.  Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku itu, aku hanya  bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang ingin  mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.
Berhubung  sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa menggunakannya  sebagian sebagai 'biaya' kenakalanku. Kadang aku dan temanku pergi  hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat nongkrong  lainnya. Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga  teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa  temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan  pengalamanku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan  kejadian lain beberapa hari yang lalu.
Malam itu aku sedang  suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah  satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika untuk kuajak nonton,  tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas  kuliahnya yang sudah mendekati deadline.
Akhirnya kuputuskan saja  untuk membeli DVD sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat tempat  kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di  tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya.  Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya  sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang  agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita.  Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih  seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.
"Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?" tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
"Ada  Wan.. Nih pilih aja sendiri" katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD.  Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti  'The Terminal'-nya Tom Hanks dan 'Collateral'-nya Tom Cruise.
"Mbak, dicoba dulu dong" kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.
Mbak  Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu  dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan  keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini  dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.
"Ya udah deh.. Saya ambil Mbak"
"Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?" tanyanya.
"Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD" sahutku.
"Mau yang lebih seru nggak?" tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
"Boleh." jawabku.
Dia  pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan  menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.
"Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih" pancingku.
"Emang perlu Mbak temenin?" godanya.
"Siapa  takut.. Bener nih?" tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku  merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak  Sinta.
"Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti"
Akhirnya  setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD  porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu Mbak  Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari  tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi..
Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.
"Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?" godanya genit.
"Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak" sahutku asal.
"Ah.. Pasti kau udah pinter kan.." jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
"Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?" tanyanya lagi genit.
"Iya pasti Mbak puas deh.."
"Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget.." katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.
Sesampainya  di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta.  Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil hingga bebas saja  membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.
Kunyalakan AC dan  TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul 'Sporty Babes 2' dan  kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak menuju ranjang dimana  Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati tontonan seru itu.  Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat  permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu menggairahkan. Tampak  lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat  menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.
Nafas Mbak Sinta sudah  memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan  wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya  aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga  mulutku, yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun mulai meremasi  payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.
"Sebentar..  Mbak buka dulu ya" katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang  dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem.  Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya itu.
"Ayo kamu yang buka BH-nya Wan" ujarnya menggoda.
Tanganku  langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali  penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara Mbak Sinta di  depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol  menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara Mbak Sinta  yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.
"Ayo Wan,  tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong" pintanya. Sambil berkata demikian,  tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa  menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya.
"Ohh.." lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.
Erangannya  semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit  perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri,  tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta  mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.
"Iya Wan..  Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh.." erang Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan  badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya  yang kenyal itu.
Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan  dimana seorang gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di  atas sebuah meja billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV  bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap  payudaranya.
"Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu" ujarnya sambil  menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku  menuju ke arah bawah.
"Cepet buka celana Mbak" katanya lagi.
Aku  pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam  warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan  tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan  Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku  genit.
"Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini" katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.
Kudekatkan  kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan  kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu,  sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.
"Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..".
Sambil  melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun  dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini. Erangannya  semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi  klitorisnya.
"Terus Wan.. Oh.. Oh.." sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
"Ayo Wan, kamu tidur di sini" katanya sambil bangkit dari ranjang.
"Mbak ajari posisi yang lebih enak"
Aku  pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di  TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas  meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam  kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya  tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku.  Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya  di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan  dari DVD porno di TV.
"Oh.. Oh.." erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.
Kujilat  dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini. Tangan Mbak  Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya  terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama kemudian,  goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.
"Oh.. Wan.. Mbak  hampir sampai.. Ohh.." lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat  itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan  kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan tubuhnya di  sebelahku.
"Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi" katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
"Mbak istirahat sebentar ya" katanya lagi.
Sebenarnya  nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk  melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali menonton DVD porno yang  masih terpampang di layar TV. Di layar tampak sekarang seorang gadis  bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah  bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si gadis bule tersebut  lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya  yang besar.
"Oh.. my god.. I love it.. So big" desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.
Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.
"Punyamu besar begitu nggak Wan?" tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
"Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?"
"Iya. Semakin besar Mbak semakin suka" jawabnya genit.
"Ya udah Mbak lihat aja sendiri" kataku.
Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.
"Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh"
Memang  karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak  tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku.  Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.
"Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar dan keras. Pasti cewek kamu puas ya." katanya lirih.
Wajah  Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa  hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan  gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah Mbak  Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala  penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang  kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar ketika Mbak Sinta  memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.
"Ahh.. Kontolmu  enak Wan.. Mbak suka.. Hmm" desah Mbak Sinta ketika dia menghentikan  kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.
Sesaat kemudian,  penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu.  Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan Mbak Sinta  mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan  nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.
Mbak  Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan,  sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannya pun  semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya  penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku  sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.
"Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu.." katanya dengan nada memerintah.
Aku  tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi.  Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu, Mbak  Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke  dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.
"Enak Wan..?" tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
"Enak Mbak.." jawabku lemas.
Kami  pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini  dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang belajar  memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya. Si gadis  ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun.  Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara  gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu  dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali  terangsang.
"Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain  ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko"  katanya sambil meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.
Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki  tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.
"Ohh.." desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.
Dia  pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun  mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan  ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar  kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami  berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi  payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai. Sementara  itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak  ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Beberapa menit kami  bersetubuh dengan gaya ini.
"Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen  dientotin dari belakang" katanya sambil bangkit dari tubuhku. Dia  kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Aku pun  segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
"Ohh.. Enak  Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh" desah Mbak Sinta saat kupompa  tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan.  Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.
"Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh.."
Tubuh  Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang. Kali  ini aku tak mau lagi 'menggantung'. Kubalikkan badan Mbak Sinta dan  kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh  cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya  missionary.
"Eh.. Eh.." demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
"Hisapi putingku Mbak" kataku.
Mulut  Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku  menggenjot tubuhnya. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku  yang kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya, serta  jepitan vaginanya di kelaminku membuatku mencapai puncak.
"Aku sampai Mbak.. Ahh" jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.
Kami  pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi  Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya dan satu  untukku. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas  ranjang.
"Wan.. Anterin aku pulang ya" katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
"Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja"
"Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti" jawabnya.
Akhirnya,  aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh  dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga nonton DVD  bareng Mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD nantinya.
*****
Untuk pembaca yang ingin berkenalan atau mengetahui rahasia sukses bisnisku, silakan menghubungi emailku di bawah.
Tamat
