Catatan harian seorang waria

Bookmark and Share
Latar belakang keluarga

Namaku Catherine, biasa dipanggil Katy. Kelahiran Surabaya 1 Agustus 1971. Aku anak bungsu dari 3 bersaudara, ayahku meninggal sejak aku masih berusia 3 tahun, sehingga praktis aku hidup sendiri sebagai anak laki-laki, karena kedua kakakku perempuan. Aku terlahir dengan nama Katon Sudarmaji, Ibuku bertahan hidup dengan berjualan kue kering, beliau tidak mau menikah lagi dengan alasan ingin maksimal membesarkan anak-anaknya.

Sebenarnya aku lahir sebagai bayi laki-laki yang normal dan tidak ada yang ganjil, dan besar sebagai anak laki-laki yang normal. Aku dikhitan seperti anak laki-laki pada umumnya pada umur 13 tahun, waktu itu aku masih kelas 1 SMP. Aku mulai mimpi basah pada umur 14 tahun. Pada saat itu aku berkaca dan melihat di cermin bahwa aku seorang pemuda yang putih dan ganteng, saat itu aku belum tumbuh rambut (kumis, kelamin dan sebagainya).

Aku biasa tidur sekamar dengan Mbak Tina, kakakku nomor 2, sedangkan Mbak Hera tidur sekamar dengan Ibu. Aku senang sekamar dengan Mbak Tina, karena suka cerita apa saja di sekolahnya, tentang cowok yang naksir dia dan sebagainya. Karena sekamar, aku suka melihat kalau Mbak Tina ganti baju, termasuk pakaian dalam (BH dan CD). Mbak Tina mempunyai koleksi BH cukup banyak dan lucu-lucu serta sexy, selain itu juga baju dan roknya sexy-sexy, pokoknya asyik deh.

Semula tidak ada perasaan apa-apa setiap kali Mbak Tina minta pendapatku mengenai BH yang dipakainya, celana dalam yang dipakainya, begitu seterusnya selalu setiap Mbak Tina membeli atau mendapat hadiah baju, rok dan pakaian dalam. Mbak Tina senang sekali dapat komentar dari saya, soalnya saya selalu memberikan komentar yang menyenangkan dan memberikan ide-ide untuk padu padan BH, celana dalam dan baju yang dipakainya.

Suatu ketika kami sekeluarga mendapat paket bingkisan dari Bude Yayuk (kakak ibuku) yang ikut suaminya menjadi diplomat di Amerika serikat. Kami semua mendapatkan pakaian dari Amrik. Mbak Tina mendapatkan pakaian dalam (BH, Korset, celana dalam, Body Briefer), plus selusin stocking sutra dan berbagai warna, sekaligus dengan garterbelt (tali stocking) yang macam-macam pula. Kami semua bahagia.

Setelah membongkar bingkisan, seperti biasa Mbak Tina memanggilku ke kamar untuk minta pendapat tentang pakaiannya. Dicobanya satu persatu dan minta pendapatku, waktu aku melihat Mbak Tina pakai stocking sepaha dengan garterbelt warna hitam model 4 tali, aku tertegun dan tidak terasa penisku ereksi, tanpa sadar aku terdorong keinginan kuat untuk mencoba memakainya.

Setelah memberikan komentar yang konstruktif untuk Mbak Tina, aku pun minta ijin Mbak Tina mencoba pakai stocking yang warna abu dikombinasi dengan garterbelt warna putih. Mbak Tina mengijinkanku memakainya. Aku menelan ludah, satu persatu kupakai, ya ampuun.. halus sekali stocking yang kupakai, sampai aku merinding bulu kudukku saking nikmatnya.

Setelah semua terpasang dengan rapih, aku pun pinjam BH Mbak Tina yang warna putih transparan, dan ternyata postur tubuhku memang sama persis dengan Mbak Tina, sehingga waktu aku pakai BH terasa pas sekali, hanya bedanya tidak ada payudaranya.
Gantian Mbak Tina yang berkomentar, "Iiih cantik juga kamu lho Ton pakai begitu. Sebentar.. Mbak punya ide, Mbak punya wig bisa kamu coba, terus kamu pakai sepatu hak tinggi punya Mbak."

Aku pun pakai wig (rambut palsu) dan pakai sepatu hak tinggi punya Mbak Tina, meskipun sepatunya kekecilan karena nomor sepatuku 1 nomor lebih besar dari Mbak Tina. Nampaknya Mbak Tina suka sekali melihatku memakai pakaian dalam perempuan, lebih-lebih aku suka sekali, habiis nikmat sih, jadinya ya klop lah.

Kejadian berulang dan terus berulang, aku pun semakin ingin mencoba semua koleksi Mbak Tina, mulai dari gaun, rok span, rok mini, sampai koleksi pakaian senam, semuanya aku coba, dan Mbak Tina sama sekali tidak keberatan.

Ketahuan Ibu

Suatu malam ketika aku lagi asyik pakai baju tidur Mbak Tina, tiba-tiba ibu masuk kamar, aku kaget setengah mati, kupikir ibu pasti marah, tapi ternyata ibu tidak marah karena menganggapku main-main saja. Akibat kejadian itu aku semakin berani untuk pakai di luar kamar, mula-mula aku pakai baju tidur Mbak Tina, sambil nonton TV di ruang tengah, Mbak Hera melihatku dan hanya senyum-senyum. Yess..! Berarti tidak ada masalah.

Selanjutnya aku mulai pakai pakaian senam, baju backless (baju yang punggungnya terbuka), rok mini, rok span, juga tidak luput stocking dan BH, akhirnya setiap hari aku di rumah selalu pakai barang-barang Mbak Tina. Kalau masih sore aku pakainya di kamar sambil mengerjakan PR. Ibuku tidak pernah menyinggungku karena prestasiku di sekolah sangat baik, bahkan boleh dibilang memuaskan. Setiap malam aku tidur hampir selalu pakai barang-barang Mbak Tina.

Mbak Tina marah

Suatu ketika Mbak Tina marah besar, pasalnya baju tidur kesayangannya ternoda oleh spermaku, lantaran sudah mengering, jadi nodanya susah dibersihkan. Aku menyesal dan minta ma'af. Aku pun murung sampai beberapa hari. Akhirnya Mbak Tina menyapaku lagi dan menawarkan jalan keluar, dia kasih hadiah beberapa pasang BH, dan rok sexy buatku. Aku pun bahagia sekali.Lulus SMA

Setelah lulus SMA, aku masuk perguruan tinggi di Bandung, ambil jurusan Akuntansi. Kepindahanku di Bandung berarti aku kehilangan Mbak Tina, terlebih kehilangan kesempatan pakai barang-barang Mbak Tina.

Setelah 4 tahun kuliah, aku lulus dengan nilai memuaskan, dan mendapat tawaran bekerja di sebuah perusahaan Garment di Bandung selatan sebagai Junior internal auditor. Gaji pertamaku sebagian kukirim buat Ibu, selebihnya untuk ongkos hidup dan tentu saja aku belanjakan untuk beli BH dan barang-barang perempuan, kecuali pembalut wanita. Di kota inilah aku dapat lebih bebas mengekspresikan keinginanku untuk menjadi 'Perempuan'.
, br>Mula mula aku masih tampil sebagai laki-laki normal. Di perusahaan ini aku berkenalan dengan Yanita, cewek asli blasteran Tionghoa dan Sunda. Dia menjadi koordinator design, seringkali dia minta pendapatku tentang rancangan yang dia buat, dan dengan lancar aku dapat memberi komentar, terutama design BH dan pakaian senam. Alhasil, aku pun belajar untuk membuat rancangan, ternyata rancanganku mendapat pujian dari para designer. Yanita memberiku tawaran untuk menjadi designer part timer, aku pun setuju.

Karena aku sangat produktif, aku pun semakin asyik, dan aku sering mencoba memakai hasil rancanganku sendiri. 3 tahun aku bekerja dan berhasil membeli rumah type 45, kredit selama 15 tahun. Di rumah aku sering termenung sendiri, karena postur tubuhku kurus langsing, leherku pun jenjang dengan jakun yang tidak menonjol sama sekali. Kumisku sangat tipis, dan nyaris tidak tampak.

Persahabatanku dengan Yanita membuatku terbuka, dan aku ceritakan mengenai kelainanku. Yanita memberiku semangat dan dorongan untuk mencoba tampil sebagai perempuan. Beberapa kali ke kantor, aku mulai tampil memakai rok, tetapi tanpa make-up, ternyata penampilanku lumayan juga pikirku. Yanita memujiku bahwa aku cukup cantik. Aku pun mulai rajin bersolek. Semakin hari batinku bertarung antara keinginan menjadi perempuan dan bertahan sebagai laki-laki.

Membesarkan Payudara

Saat itu, setelah aku menimbang berkali-kali, maka kupastikan aku akan membesarkan payudara, karena setiap kali aku mengenakan BH, aku selalu kecewa bahwa mangkuk BH-ku tidak terisi. Aku membeli di Blok M Jakarta, Pil estrogen Bust Beauty buatan Amrik. Menurut dosisnya untuk wanita yang ingin membesarkan payudara minum 3 x 1 tablet sehari. Aku langsung mencoba dengan dosis 3 x 3 tablet sehari. Hari pertama belum terasa ada perubahan apa-apa, aku pun gelisah jangan-jangan tidak berhasil.

Ternyata setelah memasuki hari ketiga mulai terasa, di kantor badanku meriang, keluar keringat dingin. Mula-mula puting susuku terasa nyeri, dan beberapa buah titik di puting timbul ke atas. Hari ke empat kuteruskan dengan dosis yang sama, dan aku semakin tidak perduli, karena aku sudah sangat ingin memiliki payudara. Rasa nyeri tidak hanya pada puting, tetapi sudah menjalar sekitar dada, kira-kira radius 4 cm dari puting.

Aku pun semakin bersemangat, bolak balik kubuka baju melihat perkembangan payudaraku, ternyata masih juga belum membesar. Hari ke delapan rasa nyeri sudah mulai berkurang, tetapi makin meluas dan sudah mulai mati rasa, terutama sekitar radius 5 cm dari puting. Penisku terasa setengah mati, seperti mau hidup tapi mati lagi. Hari ke lima belas payudaraku mulai kelihatan, tetapi masih sangat tipis, dan kalau dipegang terutama di seputar puting terasa nyeri dan agak mati seperti dianestesi.

Aku mencoba memakai BH 34A, tetapi aku masih harus kecewa karena masih belum mampu mengisi mangkuk BH-ku. Sehingga kalau dipakai berjalan terasa ada gesekan pada puting yang tidak nyaman, maka aku membeli BH Beedes dari Triumph, lumayan agak terkurangi rasa nyeri akibat gesekan. Hari ke dua puluh empat aku benar-benar bahagia sekali, karena mangkuk BH 34A mulai terisi penuh dengan sempurna dan pas, meskipun rasa nyeri masih terasa dan penisku terasa sekarat aku tidak perduli. Masih dengan dosis yang sama, hari ke tiga puluh lima mangkuk BH 34A milikku sudah tidak cukup, dan aku harus mengganti dengan 34B, dan hasilnya pas sekali. Aduuh.. nikmatnya rasanya, aku seperti masuk surga karena bahagia. Aku menangis sejadi-jadinya, aku puas.

Hari itu aku berhenti mengkonsumsi pil, dan empat hari kemudian terasa nikmat sekali, karena kulit payudara yang tadinya nyeri dan mati rasa sudah mulai hilang, dan kalau kucoba elus-elus putingku, duh gusti enaak.. banget. Aku kaget, ternyata penisku bereaksi dan bisa ereksi kembali dengan sempurna. Hari itu aku coba beberapa pakaian koleksiku yang dengan belahan dada rendah, ternyata beberapa sudah tidak dapat kupakai lagi, karena payudaraku tidak kebagian tempat. Rasanya aku lahir kembali dengan nama Katerin.

Hari ke sepuluh, setelah aku tidak mengkonsumsi obat, malam harinya aku mencoba untuk mengelus disertai dengan remasan ringan, aku mencoba menikmati payudaraku. Aku tidak dapat menggambarkan nikmatnya, penisku ereksi, dan kuteruskan dengan memilin-milin puting susu sebelah kanan, sementara yang sebelah kiri kuremas dengan tangan kiri, hampir 30 menit aku menikmati usapan dan remponan (istilah meremas susu versi Surabaya).

Aku sudah tidak tahan lagi, penisku menegang hebat dan aahh.., aku sudah tidak kuat dan menjerit sendirian. Spermaku menyembur sangat kuat dan banyak sekali, mungkin tertahan selama hampir 3 bulan. Yang jelas kenikmatan ini belum pernah kurasakan sebelumnya, termasuk kenikmatanku saat aku bersetubuh dengan wts yang pernah beberapa kali kulakukan pada saat aku baru mulai bekerja, karena aku ingin mencoba apakah aku masih dapat bersetubuh dengan perempuan, ternyata aku normal.

Yanita sahabatku

Setelah aku menjadi waria yang sempurna karena sudah memiliki payudara yang lumayan sexy. Yanita sahabatku menyambutnya dengan suka cita, dicium pipiku, dipeluknya aku erat-erat.
"Selamat ya Katy, aku ikut bahagia.." kata Yanita sambil memelukku.
Yanita sudah menikah dengan pengusaha sukses, Andri namanya. Orangnya gagah dan ganteng, tapi belum dikaruniai anak sudah lebih dari 3 tahun. Kemungkinan Andri yang mandul.

Suatu sore Yanita menelponku, katanya mau mengajakku pergi ke Lembang, aku iyakan saja. Semula aku mengira kalau dia datang bersama Andri, ternyata sendiri. Dia bilang kalau sudah pamit dengan Andri untuk bermalam di Lembang sama Katrine, karena ada peragaan busana, Andri mengijinkan karena perginya denganku. Yanita memakai setelan rok span warna ungu tua, terus pakai blazer senada, kakinya semakin sexy dibalut stocking warna ungu juga. Sore itu Yanita nampak sangat cerah.

Kami meluncur ke sebuah hotel di Lembang. Sampai di kamar kami memesan makanan untuk dikirim ke kamar.
"Aku mau mandi dulu ah biar seger.." kataku, "Terus peragaannya dimana..?"
"Ya disini.." jawab Yanita.
Selesai berendam air hangat di bathtub, aku keluar kamar, ternyata makanan sudah siap. Selesai santap malam, ganti Yanita yang mandi. Selesai mandi Yanita ganti baju di depanku, ya ampuun sahabatku ini sexy banget, payudaranya sedikit lebih besar dari punyaku. Dia pakai BH warna hitam transparan, celana dalamnya juga warna hitam, terus dia pakai daster hitam.

"Lho bukannya mau peragaan..?"
"Iyaa.. tapi santai dululah.." jawabnya.
Yanita duduk di sebelahku sambil mengelus rambutku yang sudah sebahu. Dia cerita kalau selama berhubungan dengan Andri dia tidak pernah orgasme, karena Andri terlalu cepat muncrat, paling lama hanya 5 menit. Terus begitu selesai dia tidur begitu saja tanpa basa basi lagi. Dia cerita juga kalau dulu pernah berhubungan sejenis (perempuan), dia bisa puas karena lawan mainnya sangat sabar dan halus.

Hubungan itu berjalan berkali-kali, akhirnya dia cerita kalau dia ingin menndapatkan kepuasan dariku, aku terbengong.
"Nggak salah nih Yan.., aku kan waria, mana mungkin bisa melayani kamu..?"
"Pokoknya kita coba dulu, kalau nggak berhasil ya nggak apa, aku nggak akan marah kok..!" tandasnya.
"Ya sudah kita mulai saja..!" aku hanya mengangguk.

Saat itu Yanita sudah memelukku dan mencium keningku lembuut banget, terus mulai bibirnya menyentuh bibirku, ciuman yang halus dan tidak terburu-buru. Aku mulai dapat menikmati, tangan Yanita mulai beraksi, mula-mula payudaraku masih tertutup blazer disentuh, dipegang pelan-pelan, bibirnya ditempelkan ke leherku, alamaak bulu kudukku berdiri. Dan sejenak aku merasa terbang. Aku pun mulai meraba payudaranya, ku-'rempon' pelan-pelan, Yanita mulai terangsang dan tangan kiriku dibimbingnya untuk menyentuh klitorisnya.

Saking serunya, Yanita membuka daster hitam yang dia pakai, selanjutnya dia buka bajuku yangsetengah resmi. Selesai dia melorotkan rok bawahku, dia teriak keheranan karena aku pakai stocking lengkap dengan Garterbelt-nya.
"Katy.., kamu beli dimana..? Bagus banget.., kamu tambah sexy saja.."

Malam semakin larut, tempo permainan semakin meningkat, Yanita sudah membuka BH 34B-ku, dan dia meremas-remas payudaraku dengan nafsu penuh.
"Katy sayang.., payudaramu selain sexy juga lebih kencang dari punyaku.."
Lidahnya mulai bermain di puncak payudaraku, putingku dijilat dan dihisap dengan rakus. Aku pun menggelinjang, penisku sudah ereksi dan semakin keras. Aku buka celana dalamku, aku tinggal hanya memakai stocking dan garterbelt. Ternyata penisku masih ereksi normal dan ukurannya masih 14 cm, sama persis ketika aku masih laki-laki.

Kami sudah mulai bermain sixtynine (69) versi lesbi, Yanita mengisap putingku, sebaliknya aku juga mengisap payudaranya. Pada saat aku menjilat puting kanannya, Yanita berteriak-teriak kenikmatan.
"Terus Katy.., aku suka banget..!" katanya.
Nampaknya Yanita sudah mulai kerepotan, dan aku menawarkan untuk menjilat klitorisnya.
"Mau doong..!" dia bersorak kegirangan.

Waktu singkat sudah membawa lidahku menempel di klitoris Yanita, sedangkan tangannya memegang penisku, dan dijilatnya leher penisku. Rasanya benar-benar aku merasa nikmat luar biasa. Lidah memainkan klitorisnya semula melingkar disela-sela rambut kemaluannya, semakin lama semakin ke tengah, dan dengan gerakan horisontal antara lubang vagina dengan klitoris dengan tempo yang semakin cepat. Yanita mengeluh seperti orang kesurupan, beberapa detik kemudian badan Yanita mengejang.

"Ah.., ah.., oohh..!" dengan erangan yang panjang, Yanita mencakar kaki kiriku, karena dia tidak dapat memegang tubuhku.
Dan pada saat itu aku merasa ada cairan meleleh di pipi kananku yang berasal dari liang vagina Yanita.
"Oh sudah.. Katy, cukup..!" Yanita memintaku menghentikan permainan lidahku di klitorisnya.
"Berhasil Katy sayang.., aku bisa orgasme.." Yanita tersenyum nampak bahagia.
"Sekarang giliranmu Katy..," dia mulai mengulum penisku yang sudah dari tadi siap untuk ditancapkan.

Ternyata ada yang berbeda, setelah aku menjadi waria, penisku dapat tegang cukup lama, dan tidak cepat muncrat. Hampir 40 menit Yanita memainkan penisku dengan mulut dan lidahnya, tetapi belum juga orgasme. Yanita memintaku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
"Ooohh..!" Yanita teriak dengan ekspresi wajah seperti keheranan waktu penisku masuk liang vaginanya dengan hanya satu tahapan.

Selanjutnya aku mulai aktif mengocok penisku keluar masuk di dalam vagina Yanita. Sementara Yanita berada di bawahku, sibuk memegang payudaranya dan payudaraku. Yanita semakin liar dan dia menarik tubuhku untuk mengadu payudara kami. Karena goyangan pantat Yanita sangat aktif, aku merasa bahwa spermaku sudah mulai terasa berada di ujung penis.
"Yan.., spermaku sudah mau keluar, dicopot ya..?" pintaku.
"Jangan Kat.., aku juga sudah mau orgasme lagi, ayuuh kita orgasme bareng..!"

Saat itu juga kami mengalami orgasme bersama, badan Yanita meregang dan kedua tangannya mencakar punggungku. Dan aku pun memeluknya erat-erat pada saat spermaku datang secara bergelombang beberapa kali. Ya ampuunn.., nikmat sekali. Kami merasakan hubungan ganjil yang sangat menyenangkan.
Yanita menangis bahagia, "Katy makasih yaa..?"
"Sama-sama..," jawabku.
Kupeluk Yanita, setelah itu kami membersihkan sisa sperma di wastafel.

Malam itu kami tidur berpelukan, dalam keadaan telanjang diselimuti dinginnya udara lembang. Ya.., sebuah petualangan dan permainan ganjil, kejadian ini berulang beberapa kali, kami melakukan sekali dalam seminggu.

Aku masih ingat saat itu bulan Desember, Yanita menghubungi HP-ku, dia bilang kalau sudah terlambat menstruasi, dan sudah ditest di laboratorium, ternyata hasilnya positif. Andri sangat senang, karena dia mengira hasil pembuahan darinya.

Oh Tuhan.., bagaimana ini..? Kalau ternyata dia lahir dan betul anakku, dia harus memanggilku papa, mama atau pama..? Ah.., entahlah. Yang jelas harapanku dia tidak terlahir sebagai laki-laki agar tidak banci sepertiku.

TAMAT