Dia tidak berusaha membuka tanganku, tetapi tetap menjilati di daerah selangkanganku, oups rasanya, belum pernah aku merasakannya dengan mantan suamiku yang selalu tanpa pemanasan, terlebih lagi dengan pacar pertamaku, semua yang dilakukan si bapak tidak pernah memaksa, bertahap perlahan membiarkanku mabuk dalam kenikmatan.
Dia menjilat turun ke arah kakiku, daging di balik lututku tak lepas dari jilatannya, kemudian berbalik ke atas kembali, ouhss, rasanya seperti jatuh, jatuh, dan jatuh. Tak kuat aku akhirnya, kulepaskan kedua tanganku yang berada di kemaluanku untuk mencari pegangan, dan yang kudapatkan kepala si bapak lagi, terbukalah kemaluanku di hadapannya.
Nampaknya tanpa menyia-nyiakan kesempatan, si bapak segera mencium vaginaku, kaget rasanya waktu itu, jangankan kemaluan, pahaku saja belum pernah dicium lelaki. Oooh, benar-benar luar biasa, tak lama si bapak menghisap klitorisku. Oups, semakin cepatlah arus jatuhnya tubuhku ke dalam jurang kenikmatan yang sangat dalam, tanpa terasa kepalaku terdongak ke atas, sebagian punggungku terangkat ke atas sembari siku tanganku menahan di atas kasur pegas serta melepaskan jambakan rambutnya.
Sudah tidak ada rasa malu lagi saat itu, kutekuk kedua kakiku dan kubuka lebar, kubiarkan dia menjelajahi kemaluanku dengan ujung lidahnya, sudah tidak terhitung berapa kali aku menjepit dan melepas kepala si bapak dengan kedua pahaku demi menahan gelombang kenikmatan yang datang silih berganti. Desahan yang dari tadi kutahan dengan mengatupkan kedua rahangku pun jebol, dan tanpa sengaja menjadi lenguhan yang tak terkontrol.
Hingga bergetar seluruh tubuhku, kutekan wajah si bapak ke kemaluanku, hisapan mulut si bapak semakin kuat. Akhirnya aku pun mencapai orgasmeku yang pertama dalam hidupku, lemas dan lunglai, capeknya minta ampun. Si bapak menghentikan aktifitasnya guna memberikan kesempatan padaku untuk bernafas yang dari tadi nafasku tidak teratur. Kupegang kemaluanku basah sekali, campuran antara ludah si bapak dengan lendir kenikmatan, malu benar rasanya waktu itu. Si bapak melihat kedua bukitku yang mengembang-kempis akibat nafasku yang belum teratur dan tak lama dia telentang di sisiku.
"Puas.." katanya.
Tidak kujawab pertanyaannya, aku hanya senyum, kurasa itu pertanyaan yang tak perlu dijawab, dia pasti sudah mengetahuinya dari jarak dekat saat melahap kemaluanku tadi.
Dia bilang, "Kalau kamu puas aku senang koq. Adalah merupakan kebahagian tersendiri apabila seorang lelaki dapat memuaskan wanita," sambil menyisir rambutku yang menutupi sebagian wajahku ke samping dengan tangannya.
Aku senang sekali dengan caranya dia melakukan, tidak merasa seperti seorang pemenang yang mencemoohkan lawannya yang kalah, tidak membuatku malu walaupun sebenarnya aku sudah sangat malu karena aktivitas tak terkontrol yang kulakukan tadi hingga basahnya kemaluanku.
Tanpa rasa malu lagi, sudah terlanjur basah, ibarat nasi sudah menjadi bubur, maka akan kubuat menjadi bubur yang nikmat, kataku dalam hati. Langsung kunaiki tubuhnya dan memasukkan kemaluannya yang masih keras dari tadi ke dalam kemaluanku yang sangat basah, dan aku melakukan gerakan bak seorang joki. Kadang di sela-sela genjotanku, kami saling beradu ciuman, semakin meningkatkan birahiku, libidoku cepat naik bila berciuman.
Beberapa saat kemudian kurasakan kemaluannya semakin besar, besar, dan besar, hingga dia terbangun dari tidurnya dan memelukku dengan sangat kuat sambil menciumku dengan hisapan yang sangat kuat dan tetap melakukan goyangan seperti kapal di tengah laut. Genjotannya membuat klitorisku tergesek oleh bulu kemluannya. Ooouh, dan aku merasakan denyutan-denyutan halus yang teratur dari kemaluannya yang semakin membesar yang tak lama menyemburan cairan panas yang memancar di dalam kemaluanku. Walaupun telah memancar, dia tetap menggoyang dan anehnya kemaluannya tidak segera mengecil seperti milik mantan suamiku. Ooohss, akhirnya aku mendapatkan orgasmeku yang kedua dalam hidupku.
Itulah pengalaman pertama bersetubuh dengan tamu. Kami lakukan setiap bertemu, kalau dia tidak datang aku yang mengundangnya agar datang ke tempat kerjaku guna memuaskan kebutuhanku. Hingga akhirnya dia menghilang tanpa bekas. Karena kebiasaan mendapat uang tips dari bapak tadi, nah begitu dia menghilang, berkuranglah pendapatanku. Akhirnya aku memilih-milih tamu yang manakah yang layak kujadikan sebagai pengganti si bapak.
Aku mendapatkan penggantinya. Seperti halnya si bapak yang dulu, dia pun hilang juga tak berapa lama. Lama kelamaan aku mulai tahu apa sih yang dibutuhkan lelaki hingga akhirnya aku tidak lagi memilih-milih tamu karena kebutuhan ekonomiku semakin meningkat apalagi anakku sudah semakin besar. Berdasarkan pengalaman dengan kedua tamuku yang pertama tadi, aku mulai menerapkan bahwa aku harus melayani mereka dengan seutuhnya, inilah resepku hingga kini. Walau aku sudah setengah tua, tetapi tamuku tidak kalah banyak dengan pendatang baru yang muda-muda dan cantik.
Yang dibutuhkan oleh lelaki yang ke sini adalah perhatian, kemanjaan, dan tentunya seks. Tidak semua tamu kuberikan pelayanan seutuhnya, ada yang hanya seks saja, tetapi ada juga yang tanpa seks, hanya kemanjaan, minta dielus-elus kepalanya, didengarkan keluhannya, bahkan ada yang minta pendapat, tidak ubahnya seperti pacar, istri atau teman.
Satu hal yang kuhindari adalah meminta lebih, aku hanya meminta sesuai harga yang ada di tempatku, bila mereka memberi lebih aku terima, kalau kurang yah aku panggil satpam. Ada juga yang merasa puas kudiberi hadiah mulai celana dalam atau bra; hingga di rumah sekarang terdapat bermacam CD dan bra aneka bentuk dan warna; cincin, gelang, bahkan handphone.
Banyak teman kerjaku yang sering merengek-rengek kepada tamunya, minta lebih untuk bayar kost-kost-an atau untuk beli pulsa telepon, bahkan minta untuk beli susu buat bayinya. Temanku yang minta susu ini aneh, dia hamil oleh tamunya sendiri, dan itu dia sengaja, dengan alasan karena tamunya cakep, dia ingin anaknya cakep seperti tamunya, akhirnya hamil juga sih, dan dia tetap bekerja walaupun hamil, banyak teman yang meledeknya, kalau anaknya nanti lahir perempuan disuruh beri nama "Mira" karena "milik rame-rame", kalau laki-laki disuruh beri nama "Bram" karena "bramai-ramai".
Pernah suatu hari, ada seorang yang sudah berumur datang ke tempat kerjaku membawa seorang notaris, kaget juga aku waktu itu, kami sekamar bertiga. Tidak tahunya, si bapak ingin melamarku dan memberikan sebuah rumah, untuk itu dia masuk bersama notaris. Aku menolak pemberiannya, karena dia mempunyai istri dan anak, aku tidak mau merampas milik orang lain. Aku memang kotor, tetapi aku tidak merampas suami orang, kalaupun mereka datang ke sini juga bukan kemauanku tetapi mereka datang atas kemauan sendiri.
Saat yang sulit adalah datangnya bulan puasa. Hari pertama aku di rumah kakakku, oh iya kakakku pindah ke Jakarta, aku beri modal untuk usaha juga kutitipkan anakku. Hari pertama hingga ke tiga masih dapat bertahan, berikutnya aku sudah tidak megang uang. Lain dengan teman-temanku, sebelum puasa, mereka mengejar setoran, istilahnya membuat lumbung, hingga dapat bertahan 45 hari sampai tempat kerja buka seperti biasa, karena di bulan puasa, jam operasi sangat pendek, jumlah tamu sedikit, sementara pekerjanya lumayan banyak.
Ya sudah, aku keluar rumah, dan mencoba memilih short message system yang ada di handphoneku. Kuhubungi mereka bila tertarik, selanjutnya kami melakukan di hotel. Nah setiap hari aku lakukan seperti itu, pagi hingga sore di hotel, menjelang malam ke tempat kerja, terkadang kalau sudah dapat uang banyak, akhirnya bolos tidak masuk kerja.
Terus terang tidak semua penghasilanku habis, tetapi kusisihkan. Aku sudah membeli sawah di kampung, juga beberapa hewan ternak, membuat rumah untuk masa tuaku nanti, tabungan buat sekolah anakku kelak. Beberapa teman ada juga yang melakukan hal yang sama, tetapi ada juga yang habis di meja judi atau habis untuk mengkonsumsi narkoba.
"Begitu lah, Mas, perjalanan hidupku dalam sepuluh tahun terakhirku, tidak ada yang bagus khan?" kata si mbak.
Tak terasa sudah dua jam aku berada di dalam kamar. Aku tidak begitu nyaman bila berlama-lama mengingat banyaknya tamu yang mengantri menunggu gilirannya, makanya aku masuk ke kamar lebih dulu tadi sambil menunggu giliran. Masih banyak sih yang ingin kutanyakan, tapi melihat yang antri aku jadi jengah juga, nampaknya dia pun tahu keadaanku.
Kubayar tips buat dia, walau aku tidak menyentuhnya.
"Buat apa Mas?" katanya sambil mengembalikan uangku.
"Khan aku sudah menggunakan waktumu," jawabku.
"Iya tapi Mas kan belum ngapa-ngapain!" katanya.
"Atau mau sekarang saya layani," jawabnya sambil menurunkan roknya."Nggak-nggak usah.." kataku sambil menaikkan lagi roknya.
"Kenapa?" katanya.
"Ngg, aku sedikit cemburu tadi," kataku sambil mengambil sepatuku di dekat tirai, dan memakainya. Diciumnya pipiku.
*******
Sebelum aku bersamanya, dia sedang tugas. Karena capek aku ijin sama Mbak resepsionis untuk masuk duluan, aku pesan nanti kalau mbaknya sudah selesai tugas mohon langsung ke kamarku. Aku mulai menidurkan tubuhku, eh di kamar sebelah suaranya seru banget, mphs, sshuah, plak, plak, plak, cup, cup, eh, eh. Gimana mau tidur bila ada suara seperti itu. Lama kelamaan kok aku sepertinya kenal dengan desahan dan suara kecupan seperti itu, kalau plak-plaknya sih pasti suara paha yang diadu. Tak lama selesai pertempuan mereka, segera aku keluar mau kencing.
Tampak seorang lelaki dengan hanya menggunakan sepotong handuk kecil keluar dari kamar, kuikuti dari belakang karena kami ke tempat yang sama. Begitu melewati kamar tadi, nampak tirainya tidak ditutup, seorang wanita tanpa malu sedang berusaha menutup kimononya, tampak payudara dan kemaluannya yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat ada sebagian bulu kemaluannya yang basah, juga ada lelehan sperma yang jatuh ke pangkal pahanya.
"Eh Mas, sama siapa Mas?" tanyanya.
"Nggak tahu tuh, udah pesen sama Mbak depan kok belum dianterin," kataku berlalu masuk kembali ke kamarku.
Tidak berapa lama, dia masuk ke kamarku dan,
"Ih, jelek deh luh, bilang dong kalau lagi nunggu saya," katanya.
"Emang kenapa kalau bilang?" tanyaku.
"Khan bisa kupercepat," jawabnya.
Selanjutnya kami melakukan pembicaraan ringan dan dilanjutkan dengan kisahnya seperti yang kutulis di atas.
*******
"Ya sudah, kalau gitu, nggak usah cemburu, aku khan suaminya banyak," katanya.
Aku pun pamit dengan mencium pipinya juga. Saat di ruang resepsionis, banyak sekali yang antri, masih ada tiga orang yang menunggu dia, paling tidak yang terakhir akan dapat giliran empat jam tiga puluh menit kemudian, dan tak akan meninggalkan antrian kecuali kalau gilirannya akan dipakai orang.
Begitulah cinta, cinta anak sepanjang galah, cinta ibu sepanjang jaman, sehina apapun seorang ibu tidak akan menelantarkan anaknya, dia tetap berusaha dengan cara apapun agar anaknya tidak "seburuk" ibunya. Tidak ada dalam kamus "bekas anak", yang ada bekas suami, bekas istri, bekas mertua, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dia akan berusaha semaksimal mungkin membahagiakan anaknya.
Aku cemburu, sedemikian kuatkah "power of love" jangan ah, jangan sampai deh cemburu sama wp, bisa runyam, habis suaminya banyak sih. Segera kujalankan kendaraanku dan tak lama terdengar Power of Love-nya Celine Dion.
Akhirnya, hati-hati jangan bermain api, sakit kalau terbakar nanti.
Hati-hati dalam bercinta, akan sakit sekali bila patah hati.
Itu salah satu dampak dari "Power of Love".
TAMAT