Chat challenge

Bookmark and Share
Tennis Blitz East Club, adalah nama klub tennis di kompleks rumahku di kota Makassar. Saya masuk ke sana karena hobby sejak kecil main badminton, tapi memutar haluan ke tennis, entah kenapa. Saat itu umurku masih 19 tahun, dengan tinggi badan yang proporsional dan berat badan yang cukup ideal. Walaupun wajahku tidak terlalu cool tapi lumayanlah untuk beredar di pasaran. Teman sebayaku sering memanggilku 'daffy' (karena pantatku besar) walau nama asliku sangat berbeda jauh yaitu 'Alex'. Saya keturunan etnis oriental tapi bercampur dengan orang bugis, jadinya bagaimana? Pikir sendiri? Yang penting, cerita ini menyingkap kenangan terheboh yang pernah aku alami.

*****

Setiap hari, setelah melihat situs porno yang pernah aku kunjungi, aku mendapat bahan pikiran, kenapa gay di luar negeri bisa se-keren dan se-gagah itu, resepnya apa yah? Singkatnya aku menjadi iri dan iri sekali. Dasar sifatku yang suka minder dan kurang cakap dalam bergaul, sehingga saya rada antisosialis. Untuk mengurangi kejenuhan, maka saya rajin mengikuti olahraga tennis di kompleks rumahku_yang dekat-dekat aja boleh kan_pikirku, di sini juga lumayan asik mencuci mata, banyak Bapak-Bapak dan kaka-kakak keren dan cakep yang juga ikut bermain. Pemandangan cowok-cowok berkeringat seperti ini selain di tempat fitness ya di mana lagi, akhirnya saya betahan juga latihan.

Suatu hari saya melihat seorang pria berumur 25 tahunan bermain di dinding trainer club, ia hanya mengenakan baju kutang. Woow.. badannya sangat terbentuk, kulitnya putih dan wajahnya itu mulus, dan tambah lagi.. ganteng banget! Wuih.. bisa kubayangkan kalau dia menciumiku, kalau saja dibelakangku ada matras, saya mau pingsan saja deh_saat itu khayalanku lagi terbang bebas_ sampai saat pikiranku lagi bertamasya, terdengar suara dari belakang memanggil namaku. Ternyata Melki temanku, dia sudah mandi keringat dan mengajakku untuk pulang. Yah.. mau tidak mau aku harus meninggalkan si cowok keren tadi.

Malamnya sosok pria itu jadi kepikiran terus, tapi dasar, nasib ya nasib, mana mungkin bisa mencium orang seperti dia, malah kebanyakan menghayal jadinya. Seperti biasa, kalau malam saya pergi ke warnet untuk surfing ataupun chatting, kebetulan tempatnya adalah kubu TBE klub itu sendiri, jadi tidak perlu jalan jauh. Tempatnya sangat menghargai privasi setiap user, jadi saya tidak ragu membuka situs-situs nakal.

Saat itu timbullah ideku yang paling gila waktu bermain chatting, saya mencoba memakai nickname yang istilahnya 'to the point'. Saya memasang nama co_ca_co_4_69 (cowok cari cowok untuk main berposisi 69), ha-ha-ha.. pikirku sangat menggelikan ide ini, mana ada yang mau ditemanin ngomong kalo begini. Selang beberapa waktu, wah! ada yang menyapa dengan nama d4d4-d1d1
"Hi, asl plz" Sapanya
Lalu kujawab saja dengan asal, "20-m-Mks, u?"
"28-m-Mks" Balasnya segera
Kemudian kami memulai pembicaraan yang buntut-buntutnya menjurus ke permintaan untuk bertemu, tapi malah kutolak karena katanya dia seorang biseksual, saya tidak tertarik dengan orang yang setengah-setengah. Nanti dia malah mencomooh dan menghinaku. Kemudian sekitar 2 sampai 3 nama yang mulai menyapa, tapi selalu hasilnya sama, mereka ada yang amatiran, terus ada yang maunya dengan cowok yang bisa dikatakan cool dan cakep dan bahkan ada yang menghina dan berkata seenaknya.

Hampir saja aku menghentikan ide bodoh ini, tapi tiba-tiba muncul satu nama lagi menyapa yakni nemo26, nickname-nya tercantum di channel server yang berarti dia ada di ruangan yang sama denganku. Penasaran akan hal itu, saya mencoba mencuatkan kepalaku keluar dari tirai pembatas counter. Celingak-celinguk memeriksa orang-orang disekitarku. Ada sekitar 10 pengunjung yang terdiri dari 3 orang pria dewasa, seorang Bapak-Bapak yang ubanan, sedangkan sisanya anak ingusan dan perempuan. Aku tidak bisa melihat wajah ketiga pria itu, lalu saya kembali ke depan monitor.
Ia sudah banyak mengirim kalimatnya termasuk satu kalimat yang membuatku kaget, "Kamu di kounter mana?" Tanyanya penasaran.
"Tolong berdiri agar saya bisa melihat kamu"
Ternyata ia juga menyadari kalau saya ada di ruangan yang sama dengannya. Bukan main gugupnya aku, darahku menjadi mendidih, panasku seakan naik 100 derajat, tanganku gemetaran dan keringatku menguap karena kepalaku jadi sepanas tungku api. Setelah kalimatnya yang terakhir itu, saya kembali mengintip keluar, tapi saya hanya mencuri pandang dari celah tirai. Saat itu dia sudah mulai mencari ke sekelilingnya kalau-kalau ada yang sengaja berdiri dan menatapnya.

Jreng! Tidak kusangka sama sekali, ternyata pria itu adalah pria yang kulihat tadi siang di trainer wall yang ada di klub. Kepalaku tiba-tiba pusing karena tidak percaya, mataku terus kukusek-kusek seakan penglihatanku berkunang-kunang. Pria itu terlihat sangat tampan diterpa cahaya lampu di atasnya. Oh, betul sekali, ternyata impianku terkabul, aku bisa mendapatkan ciuman darinya. Tapi tunggu dulu.. pasti dia kecewa melihat lawan bicaranya ternyata seorang remaja, dan ternyata penampilan serta face-nya biasa-biasa saja, karena berdasarkan pengalamanku membaca cerita di 17Tahun2.com, mereka yang mencari pasangannya rata-rata memiliki tipe umum seperti macho dan gagah. Sedangkan aku, walah-walah, lebih baik aku mengurungkan niatku untuk mengenal dia yang mempunyai standar 'gampang laku bila beredar di pasaran'.

Akhirnya mimpiku hanyalah mimpi, tapi aku tidak habis pikir, betulkah pria tadi siang itu gay, andaikan betul, beruntung benar pria yang akan jadi kekasihnya nanti. Huf.. sebelum tidur seperti biasa, aku sering berkaca dan ngomong sendiri di depan bayanganku_mencela diri sendiri lalu memuji diri sendiri_setelah kuperhatikan, tubuhku agak kurus dan kepanjangan. Lama aku merenungkan rencanaku untuk mengenal pria itu lebih jauh lagi di klub besok, dan kalau benar dia ada aku akan mencoba sebisa mungkin untuk bisa berteman dengannya saja.

Di gerbang TBE club, siswa-siswa seangkatanku mulai pemanasan dengan lari keliling lapangan sebanyak 20 kali. Hari ini kami akan diuji tandingkan dengan siswa angkatan tahun lalu, mereka mulai masuk berbaris rapi setelah kami berhenti pemanasan dan ikut berbaris berhadapan dengan mereka. Gile! Tubuh mereka rata-rata jauh lebih besar dan tinggi dibandingkan kami, karena angkatanku rata-rata anak sekolahan, sedangkan mereka mungkin ada yang sudah beristri. Pandanganku tiba-tiba berhenti di saf ke 4, dia pria yang kemarin, hari ini dia jauh lebih tampan lagi bila dilihat lebih dekat, wajahnya dihiasi janggut yang sering dicukur rapih dan menimbulkan warna biru keabu-abuan, kelihatan maskulin sekali, hidungnya juga sangat mancung dan matanya bersorot tajam. Gay yang sempurna. Lama aku menatapnya sampai coach meniup peluit dua kali tanda pemanasan kedua diamulai, membuat konsentrasiku buyar saja.

Kehadiran pria itu membuatku jadi salah tingkah, terkadang pukulanku melambung, serve-ku juga malah jadi sering menabrak net. Entah kenapa tiba-tiba dia dihadapkan denganku, pelatih mencoba membuat uji tanding ganda putra, dan saya kebetulan bertandng dengannya. Saat dia melakukan serve, pikiranku melayang melihatnya bergaya dengan gagahnya sampai-sampai aku tidak sadar kalau bola yang ia pukul mendarat persis di pelipisku. Akupun jatuh terjengkang ke belakang_duk_raketku terlempar dan selanjutnya mungkin aku terkapar. Sambil memegang jidatku, aku menatap ke atas, ternyata teman-temanku sudah mengelilingi dan tertawa-tawa melihat kebodohanku.
"Bangun, cepat!" Perintah pelatih dengan suaranya yang berat.
Tak kusangka, seseorang mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Baik bener, tumben ada yang mau berbaik hati sedikit padaku. Kagetnya, orang yang menolongku untuk berdiri itu adalah pria yang tadi, yang tampan itu, yang keren itu, jantungku berdegup seperti jantung burung finch yang makan madu, 10 kali perdetik.
"Yak set 2!" Teriak wasit dari tengah lapangan.

Aku istirahat dan turun minum digantikan oleh Melki, lalu saya duduk di bangku kayu pinggir lapangan melihat temanku Melki bermain, dia sedikit lebih hebat dariku. Kemudian pria yang tadi juga ternyata berhenti bermain dan datang ke arahku, ia duduk di sampingku dan membuat minuman yang ditambahkan vitamin berbentuk tablet efervesent, ia lalu meneguknya sampai habis.
"Dik! Emang kenapa tadi? Kok bisa-bisanya kena bola?" Tanyanya iseng.
"Oh, anu, itu.. itu.. kecapean Om. Iya kecapean." Jawabku tenang.
"Lagipula itu mungkin termasuk kendala seorang pemula ya Om", ujarku lagi.
"Oh, begitu ya. Adik sudah berapa lama ikut Pak Heru (nama pelatihku)?"
"Baru setengah tahun Om." Jawabku seraya nyengir.
"Mm.. oh ya, saya Jefri, kalo Adik?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku untuk bersalaman.
"Alex Om." Kubalas jabatan tangannya.
"Jangan panggil Om, saya belum terlalu tua kok. Panggil saja kakak biar akrab."
"Iya Om, eh.. kak.. he-he.."
Belum terlalu tua katanya, aku pikir dia sudah mapan untuk berkeluarga. Tapi senang juga bisa berkenalan dengannya, apalagi melihat wajahnya dari dekat membuat nafsu birahiku malah bergelora.

Sorenya, Melki tidak tampak batang hidungnya, padahal dia janji pulang bareng, sepertinya dia lari pulang duluan. Saat itulah Kak Jefri muncul.
"Alex, mau pulang yah? Kakak anter yuk." Tawarannya tidak bisa kutolak, refleks saja kepalaku mengangguk_walaupun rumahku cuma sejauh 3 blok dari klub ini_kami ke tempat parkir di bagian depan dan menuju ke barisan bagian kiri. Wow! Mobilnya adalah Altis berwarna hitam, orang ini sudah pasti orang kaya. Wuih, interiornya berwarna kuning, dia sudah memodifikasinya dan hasilnya klop banget.
"Rumahnya di mana Alex?" Tanyanya sewaktu kami berdua sudah ada di dalam mobil.
"Di Mel 3 F kak, tidak jauh kok."
Kemudian setelah mobil berjalan, kami memulai pembicaraan ringan, mengenai kuliah, orang tua sampai ke hobby. Karena keenakan ngomong jadinya kelepasan kalo saya sering main di warnet klub. Dia akhirnya memberitahukan kalau tadi malam dia juga main di sana, dan itu baru yang pertama kalinya.
"Lex yang mana rumahnya? Yang itu ya?"
"Sedikit lagi kak. Nah ini dia." Kami berhenti di rumah yang pagarnya berwarna biru, lalu saya mengucapkan terima kasih sebelum Kak Jefri pergi.

Sehabis membersihkan diri, malam itu saya jadi kepikiran Kak Jefri yang tampan itu, yang gagah itu, yang hot itu. Sial.. rugi sendiri deh tidak jadi berterus terang, saya terlalu takut untuk mengatakannya? Haruskah aku jadi pengecut terus. Aku tidak akan mendapatkan cintaku kalau aku tidak mendapatkan keberanian, kesempatan, dan kemauan. Malam itu aku bertekad agar esok saya harus bisa mengatakannya terang-terangan.

Kesempatan itu akhirnya datang, saat latihan berakhir, semua atlit sudah pulang, kecuali Jefri yang berada di ruangan loker. Sayapun menarik nafas dalam-dalam dan mencari secercah keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya, saat aku masuk dan pura-pura memeriksa lokerku juga, ia menoleh ke arahku sehingga kami saling bertemu pandang, sekali lagi nyaliku ciut karena wajahnya yang tampan itu.
"Alex, kok belum pulang?" Tanyanya sambil mengeluarkan handuk putih dari tas sport-nya.
"E.. e.. e.. ah! Ada yang ketinggalan." Segera kubuka lokerku, kagetnya aku ternyata lokerku kosong, rupanya aku memang tidak pernah menaruh barang di situ.
"Apa yang ketinggalan?"
"E.. itu.. ah tidak, lupakan saja. Emm.."
Jefri menatapku dengan agak bingung, "Kenapa Alex? Apa ada yang mengganggumu?"
"Ha! Tidak, sebenarnya.. hhm.." Keringatku bercucuran tanda panik, lagipula tempat ini begitu sempit sehingga phobiaku kambuh, kalau begini terus aku bisa pingsan.
"Eee.. Kakak ingat dengan teman chatting kakak kemarin dulu?"
"Yang mana?" Tanyanya penasaran
"Nick.. nickname-nya co_ce_co.."
Setelah mendengar ucapanku, kulihat air mukanya berubah drastis, dia terlihat kaget dan menjadi seram.
"Ah.. ah.. aku cuma main-main.. maksudnya kakak mau chatting tidak sebentar malam.. kalo-kalo.." Belum selesai kata-kataku, Kak Jefri mendekatiku dan bertanya dengan serius.
"Apa itu kamu?"
"Ha-ha-ha.. jika kakak keberatan.. aku.. aku.. bisa angkat kaki.. tapi.. tapi.." Saat itu cairan Andrenalinku mulai morat-marit dan kukira dia akan menertawaiku, kenyataannya berbeda dan tidak pernah kusangka sebelumnya, dia menciumiku dan memelukku dengan erat, aku yang kecil ini pasrah saja dengan permainannya.

Lidahnya bermain di dalam mulutku, ia mencium dengan ganas. Tiba-tiba ia berhenti dan segera melucuti pakaianku, asik sekali diperlakukan seperti itu, dan tambah asoy lagi saat dia melucuti bajunya dan kusaksikan tubuhnya setengah telanjang. Macho sekali, dadanya ditumbuhi bulu yang cukup lebat dan otot-ototnya terbentuk indah dan dihiasi keringat serta aroma maskulin yang pasti merangsang. Kali ini aku betul-betul hampir pingsan dibuatnya. Karena tidak sabaran, segera saja aku berlutut dan menarik celana training-nya dan wuih! Penis di balik CDnya begitu besar, kenyal dan sudah begitu tegangnya.
"Alex mau dong." Pintaku sambil menatap sekali lagi wajah pangeranku yang tampan itu.
Dia menarik kursi kecil dan duduk di atasnya, aku segera menarik CDnya dan penisnya mencuat keluar. Kulahap segera seperti mengulum permen loli yang besar sekali. Begitu calm-nya dia sampai-sampai aku tidak pernah mendengarnya berdesah, tapi itu yang aku suka darinya, begitu maskulin dan jantan.

Lama setelah kuguyuri penisnya dengan liur, dia tiba-tiba menghentikannya.
"Alex, mau tidak kakak entot? Mau yah?"
Apapun yang pangeranku minta akan segera kulakukan, lalu ia mulai menjilati lubang analku, ditusuk-tusukkannya jari telunjuk ke anusku untuk penetrasi. Lalu ia meludahi penisnya agar basah dan becek, segera saja dia menembus keperawananku dan rasanya sangat sakit. Tapi aneh sekali rasanya, sakit itu malah hilang entah kemana tatkala ia mulai memaju-mundurkan pantatnya. oohh! Asik dan nikmat sekali rasanya, kamu harus merasakannya, rasanya seperti surga dunia_seperti iklan saja_Lama ia mengentot anusku sampai diapun merasa akan mencapai puncaknya.
"Alex, minum punya kakak yah!"
Kemudian dia mencabut penisnya dari anusku dan segera kulahap kembali penisnya dan menelan maninya yang kental dan sangat banyak. Rasanya gurih sekali dan asoy! Impianku selama ini telah menjadi kenyataan.

Kami segera membersihkan diri dengan handuk dan tissue yang ada, lalu segera beranjak pergi dari tempat itu. Kembali ia mengantarku pulang dan dalam perjalanan pulang saya sempat menciumi bibirnya sekali lagi dengan mesra. Tapi sayangnya ternyata dia harus ke kalimantan minggu depan karena ada pekerjaan yang menanti. Yah! Sendiri lagi deh, tapi jangan putus asa Lex, cari lagi, mungkin kamu bisa memperoleh tantangan baru nanti.

Tamat