Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di hadapanku ini. Walaupun perutnya agak berlemak, namun keindahan tubuh Mbak Narsih masih sangat mempesona. Kulitnya yang khas wanita Jawa berwarna sawo matang tampak mulus tanpa cacat. Rambutnya yang hitam lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai. Dan payudaranya yang masih cukup kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat kecoklatan. Sedikit turun ke bawah bulu-bulu hitam keriting memenuhi gundukan bukit kecil di bawah perutnya. Luar biasa! Aku sampai melongo dibuatnya. Apalgi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari kamar mandi sekaligus..
"Lho.. kok mandinya berhenti?" Tanya Mbak Narsih mengejutkanku hingga membuatku gelagapan.
"Eh.. anu.. eh.. Mbak.. kok ma.. masuk kesini Mbak?" tanyaku gagap dan otomatis tanganku menutupi batang kemaluanku yang sudah penuh sabun.
"Kenapa emangnya? Apa enggak boleh mandi bareng-bareng?" katanya santai terus dimintanya sabun yang sedang kupegang.
"Sini Mbak mandiin biar bersih!".
Aku pun mandah saja dan kunikmati elusan tangan Mbak Narsih yang menyabun seluruh tubuhku. Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya. Aku merem melek menikmati remasan tangan Mbak Narsih di kedua belahan buah pantatku.
"Hayo.. sekarang depannya.." tiba-tiba Mbak Narsih menyuruhku untuk menghadapinya.
Tangannya mengusap leherku terus ke bawah dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua tetekku bergantian. Aku menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai menyabuni selangkanganku. Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut. Kontan adik kecilku terbangun dan mengeras seketika.
"Lho.. kok terus kencang?" gurau Mbak Narsih demi melihat batang kemaluanku berdiri tegak bak petarung yang siap laga. Aku jadi jengah dan sedikit malu.
"Iya soalnya dia tahu ada lawan mendekat" balasku untuk menghilangkan kekakuan.
"Dia tahu sebentar lagi mau disuruh kerja.. he.. he.. he!" gurauku.
"Ah maunya..!" Mbak Narsih memonyongkan bibirnya.
Aku yang sudah sangat terangsang dengan elusan dan remasan tangannya di selangkanganku langsung saja memeluknya dan tanpa ba Bi Bu lagi kusergap bibirnya yangs sedang monyong itu. Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.
"Mphhf.." Mbak Narsih gelagapan saat bibirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.
Sambil terus menciumnya tanganku dengan beraninya berkeliaran mengelus punggung Mbak Narsih dan terus ke bawah ke arah bongkahan pantatnya yang padat. Kuremas kedua belah buah pantatnya bergantian.
"Dikk.. ohh" Mbak Narsih Cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam dekapanku.
Tangannya semakin liar mengurut dan meremas batang kemaluanku. Aku sendiri tidak perduli kalau tubuhku masih penuh dengan busa sabun dan bau keringat Mbak Narsih yang belum mandi sejak kami bersetubuh semalam.
"Dik.. Mbak.. Mbak be.. belum mandi.." napas Mbak Narsih tersengal-sengal saat dengan ganasnya kuciumi lehernya.
"Biar Mbak mandi dulu.. ughh" Mbak Narsih melenguh minta kulepaskan.
Mungkin ia risih dengan bau keringatnya sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Mbak Narsih dengan air dingin.
"Sini Mbak biar gantian ku mandiin" kuraih sabun yang dipegangnya.
Lalu balik tubuh Mbak Narsih dan kusabun punggungya. Kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser terus ke bawah. Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat tanganku mulai meremas dengan gemas. Kuelus dan kugosok ke dua belah bongkahan pantat Mbak Narsih. Setelah puas bermain-main dengan pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Mbak Narsih bagian depan. Namun saat itu posisiku masih dibelakang Mbak Narsih, jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang. Saking ketatnya pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras tergencet antara bongkahan pantat Mbak Narsih dengan perutku sendiri. (Pembaca bisa bayangin gimana rasannya). Luar biasa! Apalagi pantat Mbak Narsih dan batang kemaluanku sangat licin karena penuh busa sabun. Rasanya syurr.. apalagi Mbak Narsih sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Nikmatt!
Kedua tangan Mbak Narsih diangkat ke atas kepalanya seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Aku semakin terangsang hebat dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah selangkangannya. Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Mbak Narsih yang lebat dengan rambut. Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke bawah mengikuti alur celah hangat di selangkangan Mbak Narsih.
"Ouchh.. ter.. rushh Diikk" sekarang Mbak Narsih sudah berani bersuara agak keras karena kami hanya berdua.
Tidak seperti keadaan semalam dimana kami hanya bisa berbisik-bisik takut ketahuan pasangan lain. Aku semakin semangat bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya. Tanganku yang jahil sekali-sekali menusuk masuk ke celah hangat diselangkangannya. Hal ini membuat Mbak Narsih semakin liar menggerakkan pantatnya. Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang kemaluanku tergencet pantatnya yang licin.
"Akhh.. terr.. ushh.." Mbak Narsih semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang kemaluannya dengan jariku.
Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan Mbak Narsih. Dan Mbak Narsih semakin meronta dan menggelinjang saat jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang kemaluannya. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka menahan nikmat. Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu.
"Terush.. Dikk.. ohh.. ter.. ruushh" Mbak Narsih terus menceracau. Dan dengan diakhiri lenguhan panjang tiba-tiba tubuhnya mengejang.., kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk. Mungkin dia mencapai orgasme saat kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.
Kemudian setelah beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam seolah menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya. Setelah napasnya mulai teratur diraihnya gayung dan disiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan air. Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang (Ngaceng habis-habisan!).
"Dik.. kamu tiduran saja di lantai biar Mbak yang service sekarang" disuruhnya aku berbaring di lantai kamar mandi.
Aku pun menurut saja apa maunya. Kubaringkan tubuhku di lantai kamar mandi yang dingin, aku saat itu berbaring sambil berdiri pembaca! Bayangkan berbaring sambil berdiri! Aku memang berbaring.. tapi adik kecilku berdiri tegak menunjuk langit-langit kamar mandi!
Setelah aku berbaring, Mbak Narsih merangkak di atas tubuhku. Ia duduk di atas perutku dan mulai mencium keningku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan sayang. Napsu soalnya selangkangan Mbak Narsih yang hangat menempel ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Sayang karena aku seolah-olah sedang dimanja. Ya aku sedang dimanja karena aku tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh menikmati layanan total yang hendak diberikannya padaku. Dari keningku perlahan bibirnya bergerak turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian. Rasa geli yang luar biasa menerpaku saat lidah Mbak Narsih menyapu-nyapu lubang telingaku.
"Akhh.. Mbaak.." bisikku mesra.
Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Mbak Narsih beranjak turun ke bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah. Aku yang belum berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Mbak Narsih. Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Mbak Narsih. Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku semakin ketat menekanku. Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Mbak Narsih yang kurasakan makin licin.
Sementara bibir kami saling berpagutan, kemaluan Mbak Narsih yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan. Kembali lagi kurasakan sensasi luar biasa. Betapa tidak.. walaupun batang kemaluanku belum memasuki lobang yang semestinya namun karena bibir kemaluan Mbak Narsih sudah sangat licin jadi kemaluanku yang terjepit di antara bibir kemaluannya dan perutku sendiri seperti diurut. Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Gerakanku sudah mulai liar tak terkendali. Namun permainan belum berakhir! The game was just begun! Permainan baru dimulai!
Bibir Mbak Narsih terus menjilat seluruh tubuhku. Leherku sudah basah oleh liur Mbak Narsih. Dari leher bibirnya terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan lidahnya. Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga pusarku pun dijilatinya habis-habisan. Lagi-lagi sensasi luar biasa menyerbuku saat lidah Mbak Narsih mengais-ngais pusarku sementara ke dua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku.! Edann..! Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal! Sensasi nikmat semakin meningkat saat tanpa dapat kucegah bibir Mbak Narsih mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya. Gilaa!
"Upff.. Mbaak.." aku setengah memekik saat ujung kemaluanku serasa terjepit benda hangat!
Ternyata batang kemaluanku sedang dikulum Mbak Narsih! Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang sedang menjilati 'magnum' es krim yang terkenal itu! Sambil dikocok batang kemaluanku dihisapnya habis-habisan! Tidak puas menjilat batang kemaluanku, Mbak Narsih mulai menjilat kantung pelerku (gaber). Ya gaberku! (Gaber adalah bahasa Banyumas untuk kantong peler - bukan pamannya Donal Bebek). Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci demi inci gaberku itu!
Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang. Kocokan tangan Mbak Narsih pada batang kemaluanku semakin kencang. Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Mbak Narsih. Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku. Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Mbak Narsih agar diam! Namun semaki kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.
"Aarghh.." aku melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang menyembur keluar dari ujung kemaluanku!
Crat.. cret.. cret.. crett.. crett hampir lima kali aku menyemburkan air maniku untuk yang kedua kalinya hari ini! Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Mbak Narsih! Tubuhku bergetar dan mengejat-ngejat. Semakin ketat kutekan kepala Mbak Narsih agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya! Akibatnya hampir semua air maniku tertelan olehnya!
"Bagaimana Dik Wawan?" Tanya Mbak Narsih menggodaku, "Enak?"
"Uf.. luar biasa Mbak" jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.
"Sorry ya Mbak aku.. aku.. kel.. keluar di mulut Mbak.."
"Enggak apa apa Dik.." kata Mbak Narsih yang mencoba menenangkanku.
"Malah Mbak senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik".
"Ayo sekarang istirahat dulu.." ajaknya sambil menarikku agar bangkit.
Setelah membersihkan diri dan mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil menonton TV berita pagi. Kami masih sama-sama telanjang bulat dan berpelukan di tempat tidur.
Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku langsung terlelap. Aku tidak tahu telah berapa lama tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Mbak Narsih. Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Mbak Narsih sedang menciumi tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur.. padahal si kecil sudah bangun sedari tadi.
Batang kemaluanku berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman mulut Mbak Narsih yang hangat dan bergelora. Lidahnya yang kasar dan panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar menggelinjang hingga Mbak Narsih tahu kalau aku hanya pura-pura masih tidur!
"Rupanya kamu nakal ya!" katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.
"Awas kamu", ujarnya lagi.
"Adaoww" jeritku manja.
Rasanya sakit tapi enak juga dipencet oleh tangan Mbak Narsih yang halus itu! Pembaca gak percaya? (Boleh dicoba ntar kuminta Mbak Narsihku memencet pembaca yang penasaran! Ha.. ha.. ha).
Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat mulut Mbak Narsih menyedot buah pelerku kencang-kencang. Geli tapi ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya.. pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..
Bersambung . . . .