Cerita Sex Novie, pacarku ini orangnya lugas. Soalnya sudah menjadi Account Manager di suatu biro iklan, diberi mobil perusahaan dan punya rumah sendiri, tetapi tidak mau di kantor mempunyai status married. Umurnya 30-an, tetapi sudah "main-main" denganku sejak usia 23 tahun.
Badannya ramping dan aku senang payudaranya yang tidak besar (justru tidak mudah "peot"). Kalau payudaranya aku isap lama-lama, dia akan dorong kepalaku, "Aku sudah terangsang, lagian 'ntar putingnya gede peperti orang punya anak, susah aku!". Permainannya sering membuatku kelimpungan saking enaknya, desahannya kalau lagi syuur sangat menggugah gairah. Yang aku senang, kalau sedang menginap di rumahnya, pagi-pagi kalau mebangunkanku, dia pegang-pegang penisku (kalau tidur aku tak pakai CD dan hanya pakai celana pendek). Biasanya dia sengaja telanjang bulat, dengan posisi "69", dia pegangi dan masukin penisku ke mulutnya dan dijilatinya sampai penuh berlumuran liurnya. Kalau aku terbangun, dia tidak mau kujilatin clitorisnya. Maunya dicium-cium saja sambil digelitiki.
Kalau "gairahnya sudah naik", dia akan berbalik, aku ditelentangin dan dia naik ke atas badanku sambil memasukkan penisku ke vaginanya. Kalau itu terjadi pagi hari, kami akan langsung main dan cepat selesai. Kalau ini terjadi sore atau malam hari, permainan dapat berlangsung lama. Kalau di kantornya ia merasa horny, dia akan menelepon minta bertemu. Lalu kami bertemu di motel. Kalau mainnya di motel, dalam waktu 4 jam, kami dapat mengulangnya sampai 3-4 kali. Ini yang disenanginya dariku. Dapat main beberapa kali dalam waktu 3-4 jam. Dia memang sangat free soal beginian dan model aktif. Kalau sudah di atas badanku, dia akan terengah-engah dan tersengal-sengal, pantatnya dinaik-turunkan, berputar menikmati sensasi seksual yang dirasakannya. Kepalanya melengak-lengok, matanya merem-melek, satu tangan memegangi selangkanganku, ibu jari dan telunjuk tangan yang lain meremasi putingnya sendiri. Tanganku kadang ikut meremasi payudaranya atau memegangi pantatnya, ikut mengatur irama naik turun badannya di atas penisku. Kalau pas seperti ini, aku senang melihatnya sedang menikmati sensasi semacam itu. Apalagi kulitnya putih (keturunan Cina), perutnya datar, mukanya memancarkan gairah yang meledak-ledak. vaginanya sangat banyak berair (menurut pengalamanku, keturunan Cina biasanya begitu), sampai berbunyi "Plok.., oplok.., cipak.., oplok.., ciplak.., ciplak.., oplok".
cara "naik kuda" ini berlangsung kurang lebih 3 menit. Lalu ia mengerang-erang dan minta ganti posisi. Ia lalu membaringkan diri di atas badanku, dengan menggit bibirku, menyelipkan lidahnya kesana-kemari sambil memeluk, dia membalikkan badanku.
Setelah berada di bawah, pantatnya naik-turun dengan hebatnya. Atau diputarnya sedemikian rupa, sehingga aku yang kelimpungan keenakan. Kadang bed tempat kami main cinta akan demikian kusutnya, karena kami bergerak dengan liar kesana-kemari secara diagonal. Dari sudut kiri bawah (bagian kaki bed), lalu ke sudut kanan bawah. Lalu ke kanan atas (bagian kepala), lalu ke tengah lagi. Kemudian ke kiri, ke kanan, ke tengah, begitu terus tidak bisa diam. Gerakannya sangat ekspresif. Kadang rambutku diremas-remas habis, atau tangannya juga melambai-lambai kesana-kemari, mulutnya menggumamkan segala macam kata.
"Enaak.., lagii.., masukin semuaa.., tekan dongngng.., bagian kiri (vaginanya maksudnya) mbok diteken.., aahh.., laaggii.., tekeenn.., ahh". Biasanya bagian seperti ini berlangsung 10 menitan. Kalau akan orgasme, dia akan menggeram keras-keras sambil menggurat-guratkan tangan ke punggungku. Ini tandanya giliranku menyerang. Pantatku akan bergoyang demikian hebat, penisku cepat sekali keluar-masuk vaginanya. Sampai akhirnya, terlepaslah spermaku. Merasakan cairan hangat ini menyemprot deras memasuki sudut-sudut vaginanya, dia akan memelukku erat-erat. Hebatnya, tidak seperti cewek-cewekku yang lain, begitu selesai, begitu penisku dicabutnya dan ia langsung memakai pakaiannya. Cewek-cewek lain kan biasanya menikmati rasa nikmat itu dulu, tiduran telanjang sambil berpelukan. Cewek lain malah memintaku di atas tubuhnya terus selama mungkin. Kadang sampai ia tertidur. Dan penisku lemas sendiri dan keluar sendiri. Tetapi ya memang lain-lain perilakunya. Salah satu yang disukai Novie ini adalah melakukan permainan seks di dapur, sambil berdiri. Biasanya kami memutar video porno dulu. Ini dilakukan di ruang tengah, tidak di kamarnya. Biasanya pembantunya sudah tidur. Sambil tangan kami berusaha "ramah" (rajin menjamah bagian badan masing-masing), mata melihat video. Yang disukainya adalah ketegangannya, apalagi kalau pembantunya sempat lewat mau pipis ke kamar mandi pembantu. Biasanya saluran TV-nya langsung dipindah ke acara lain, sampai pembantu masuk lagi ke kamarnya. Kalau sudah sampai puncak tidak dapat menahan diri, ia akan menyeretku ke dapur.
Ia duduk di bibir tempat masak, kakinya menjuntai. Kepalaku dibimbingnya ke arah puting susunya yang putih dan sudah tegang, sementara tanganku dimasukkannya ke dalam vaginanya sambil memelorotkan celananya. Lalu baju atau kaos atasnya juga aku pelorotin. Tangannya berusaha menurunkan retsleting celanaku, memelorotkan celana pakai kakinya, sambil mengeluarkan penis yang sudah tegang. "Besar amat..", bisiknya sambil mengelus ujung kepala penisku. Sensasinya, menurut tukar pengalaman kami, seperti kalau putingnya yang sudah tegang dielus-elus atau diisap-isap. Lalu dielus-eluskannya ujung kepala penis itu ke mulut vaginanya. Ia tidak suka kalau dimasukkan dengan tergesa-gesa. Kalau merasa sudah tak tahan, segera didekapnya badanku dan "blees", kepala dan badan penisku hilang masuk ke vaginanya yang sudah basah. Supaya mudah, ia akan turun dari bibir tempat masak, dan mulai gila menggoyangkan pantatnya atau memaju-mundurkannya dengan rengekan manja. Sering sampai mulutnya kututup pakai tangan, supaya pembantunya tidak terbangun. Kalau bersetubuh sambil berdiri ini, ia tidak akan tahan sampai lama. Begitu keluar, ia minta aku juga mempercepat serangan. Dalam hal ini, pancaran spermaku biasanya lebih keras dan lebih banyak, karena dia mengatakan semprotannya terasa sampai dalam.
Selama berhubungan denganku (8 tahun), katanya dia setia tidak mencari pria lain. Soalnya, pengalaman seksnya yang "mengesankan" pertamakali dirasakannya denganku. Aku sendiri selama itu sempat punya beberapa cadangan. Soalnya kadang-kadang kalau lagi sibuk mikirin kerja atau proyeknya, Novie sulit "diajak berhubungan". Atau dia cenderung memegang kendali. Jadi kalau sedang kecewa, aku sering mencari Neneng, perek bersih yang vaginanya nikmat dijilati dan suka menjilati penisku. Atau mencari Mona, janda yang kalau ketemu dari caranya memegangi badanku dan mendekapnya membuatku ini sepertinya tidak bakal dilepaskan. Neneng ini vaginanya kering, sehingga sering kuolesi pelumas supaya penisku mudah masuk. Bertemunya juga kebetulan. Ia liften, masuk mobil, langsung mencium karena katanya aku sangat ganteng wajahnya. Setelah itu tangannya beroperasi kesana-kemari dan minta minggir. Di situ aku mendapat the best blowjob I ever had, mengulum penisku sampai aku mengerang-erang sambil tetap duduk pegang setir, yang terasa hebatnya sampai ke otak. Dia turun ketika sudah sampai di tujuannya, menciumku sekali lagi, hilang begitu saja. Ketemu lagi 2 minggu kemudian. Sesuai latar-belakang budayanya, ia suka mijetin aku (kalau Novie, ia yang minta dipijetin).
Cuma, lama-lama setelah dekat, dia bilang, "Mungkin gue jatuh cinta nih ama lu".
Lalu sehabis itu kalau mau berhubungan, dia ada pada posisi yang menunggu. Tahu alasannya?, "Kan 'istri' tidak boleh minta dan agresif-agresif sama 'suami', begitu kata emak dulu", jawabnya. Busyeet deh, padahal aku suka keagresivannya! Neneng ini badannya sekal, payudaranya besar dan padat. Enak kalau dipegang dan diremas. Badannya wangi, nikmat banget kalau didekap. Potongan rambutnya selalu pendek dan aku suka itu. Aku paling senang menjilati vaginanya. Kalau aku sudah lemas setelah main 2-3 kali, dia menggesek-gesekkan pantatnya yang montok ke penisku, lalu dijilati dan penisku menjadi besar. Atau kalau tidak, ia main blowjob sambil merangsang buah zakar dengan teknik yang hebat. Aku selalu merem-melek dibuatnya. Aku berpisah dengan Neneng karena setelah jatuh cinta kepadaku, dia minta mundur, walaupun kalau ada tugas kantor keluar kota dia suka kuajak.
Kalau Mona, karena ia janda, kalau ketemu care-nya sangat baik. Kadang aku merasa di-rawat seperti anaknya. Kalau bertemu Mona selalu diawali dengan pemanasan seks yang menyenangkan. Kadang aku baru masuk rumahnya, pintu ditutup, aku lalu ditelanjangi di situ dan kami main di belakang pintu tanpa alas apapun. Mainnya tidak pernah hanya satu kali. Kadang setelah permainan kedua, dengan penis masih di dalam vaginanya, ia berdiri dan minta diantar ke dapur. Telanjang bulat berdua kami ke dapur. Di dapur main lagi sambil berdiri. Atau ke kamar mandi dan main lagi. Kalau dari depan pintu langsung naik ke tempat tidur, alamat aku tak akan boleh turun dari situ sampai keesokan harinya. Aku akan dijadikan pejantan setengah hari plus satu malam plus setengah hari lagi. Makan dilayani, digosok sebagai ganti mandi dan penis atau putingku jadi sasaran terus. Dia sangat suka kalau clitorisnya digosok-gosok. Kalau tidak dijadikan tawanan di tempat tidur, sehabis ditelanjangi pertama kali sejak datang, kami berdua tak akan berpakaian lagi. Makan dengan keadaan tanpa busana, mandi bersama, nonton TV juga hanya dengan mengenakan selimut. Anehnya, kalau di depan umum, Mona tak akan menyapa. Pernah janjian ketemu di satu mall, ia hanya memberi isyarat untuk mengikutinya dari belakang. Tak mau menjawab pertanyaan atau berjalan bergandengan.
Mona akhirnya diajak kawin lagi oleh mantan suaminya, yang memergokiku keluar dari rumahnya. Rasa cemburunya bangkit lagi, lalu minta kawin lagi dan Mona diboyong ke Itali. Tetapi semua itu aku rasa karena pengalaman dengan Novie membuat aku PD menghadapi cewek lain. Buktinya di Surabaya aku pernah ketemu cewek, main sampai 4 kali di hotel dan membayar cukup banyak. Eh, malam berikutnya dia datang lagi tanpa diundang (nunggu aku dulu pulang dari urusan kantor, di lobi lebih dari 2 jam), dan begitu juga 2 malam berikutnya.
Dia datang "menyerahkan tubuhnya" dengan suka rela!
"Enak bergaul, menggauli dan digauli sama kamu", katanya merem-melek. Tentang Novie sendiri, ketika ada orang yang naksir dia (berkedudukan mantap, lebih kaya), dan dia bilang "sudah butuh suami", aku dorong supaya dia mau menerima orang itu. Aku sendiri, katanya, nikmat diajak main sebagai "teman", tetapi bukan sebagai suami.
"Kebanyakan main-main di luar", katanya. "Yang jadi isteri pasti merasa tidak aman". (Terserahlah!-Who cares? Katanya, sebetulnya mereka merencanakan menikah akhir tahun 1999 ini, tetapi karena hitungannya (hitungan apa aku tidak mengerti) tak cocok, sehingga mereka akan menikah Februari 2000 nanti.