Elegi cinta seorang gay

Bookmark and Share
"Pagi Mbak.. Wah udah siap nih, maaf Samsul baru bisa datang sekarang," kata Samsul saat pintu dibuka oleh seorang wanita muda yang cantik.

"Masuk Sul.. siap sih udah, tapi masih nunggu Mas Yanto," jawab Mbak Yenny.
"Lha.. kemana emang Mas Yanto Mbak?" tanya Samsul.
"Ke bengkel, katanya sih.. ngenakin mobil biar entar nggak mogok," jawab Mbak Yenny.
"Mau minum apa Sul.." tanya Mbak Yenny tanpa beri kesempatan Samsul membuka ucapan lagi.
"Nggak perlu Mbak.. Terima kasih."
"Jangan gitu.. Mas Yanto masih lama kok, Mbak bikinin kopi ya.. biar entar nggak ngatuk," Mbak Yenny coba tawari.
"Okay deh.. terima kasih Mbak," jawab Samsul singkat.

Mbak Yenny adalah istri Mas Yanto, dia muda, cantik, baik dan mungkin mendekati kesempurnaan bagi Mas Yanto. Usia pernikahan mereka terbilang masih sangat muda, yaitu memasuki bulan ke-4. Sebelum mengenal Mbak Yenny, Mas Yanto sudah akrab lebih dulu dengan Samsul. Samsul sudah begitu baik dengan Mbak Yenny. Karena Mas Yanto sendiri yang meminta Samsul untuk bisa akrab dengan keluarganya, termasuk dengan istrinya. Dan hari itu, mereka akan melakukan wisata ke sebuah villa di Songgoriti, Malang. Daerah yang sejuk, tenang, walau sudah tak se-asri dulu. Sekarang hampir tanah kosong sudah penuh dengan kompleks villa.

"Masih tetap seperti dulu, kopi bikinan Mbak Yenny.. pas banget rasanya," komentar Samsul saat dia minum kopi yang disajikan.
"Jelas dong Sul.. seorang istri harus bisa bikin sesuatu dengan takaran yang pas, biar sang suami nggak lari," jawab Mbak Yenny sambil tersenyum.
Samsul pun tersenyum.
"Bawa apa aja Mbak, kok rasanya biasa aja?" tanya Samsul.
"Kan cuma 2 malam aja Sul.. paling cuman bawa baju 2 stell dan baju hangat untuk Mbak dan Mas Yanto, mengenai makanan kan bisa belanja di sana, nggak perlu bawa berat dari Surabaya kan?" kata Mbak Yenny menjelaskan.
"Iya sih.. lagian enak Mbak Yenny.. ada penghangatnya.. lha Samsul?" kata Samsul tertawa.
"Makanya.. cepet cari istri, biar ada plus-nya," kata Mbak Yenny dan disambut tawa oleh mereka berdua.

"Nah.. itu Mas Yanto udah datang," kata Mbak Yenny sambil beranjak dari tempat duduknya menuju pintu ruang tamu.
"Gimana Pa.. udah beres semua, dan siap untuk berangkat?" sambut Mbak Yenny pada suaminya.
"Udah Ma.. Samsul sudah datang?" tanya Mas Yanto.
"Tuh.. kita berdua udah nunggu dari tadi," jawab Mbak Yenny sambil melirik Samsul.

"Hallo Mas Yan.. gimana udah siap nih..?" sapa Samsul pada Mas Yanto.
"Jelas dong Sul.. ayo masukan peralatan dan perbekalan ke dalam mobil dan kita langsung berangkat. Ma.. semua udah dimatikan kan?" kata Mas Yanto mengingatkan istrinya.
"Udah kok Pa.. tinggal berangkat aja," jawab Yenny.

Baru kali ini Samsul diajak Mas Yanto ke luar kota, pada awalnya dia nggak mau, karena takut mengganggu acara Mas Yanto dengan Mbak Yenny, tapi karena didesak oleh Mas Yanto juga desakan Mbak Yenny akhirnya dia nggak bisa menolak. Perjalanan yang mengasyikan. Kurang lebih 3 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sebuah villa yang tidak terlalu besar tapi sangat asri dengan taman yang begitu terawat.

"Ini Tuan kuncinya dan selamat menikmati suasana," kata penjaga villa kepada Mas Yanto saat menyerahkan kunci rumah.
"Terima kasih Paman, dan ini untuk beli rokok," jawab Mas Yanto sambil memberikan sedikit uang kepadanya.
Wow begitu natural semua ruang di villa itu, decak kagum Samsul. Semua dinding dilapisi ornamen kayu dengan sentuhan seni alam. Asyik sekali seumpama hanya aku dan Mas Yanto berdua di villa ini, lamun Samsul.
"Hei.. kok melamun Sul.. kamar Samsul sebelah situ ya," kata Mbak Yenny sambil berpelukan mesra dengan Mas Yanto.
Sedih rasanya dan Samsul begitu cemburu, mengapa tidak dengannya.
"Iya Mbak.. terima kasih," kata Samsul.

Samsul banyak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan di sekeliling villa, sambil menikmati pemandangan alam dan orang-orang yang juga berlibur ke villanya masing-masing. Hisapan rokok Sampoerna A-Mild di mulutnya meringankan beban. Cemburu dihatinya sedikit terhibur juga oleh segarnya udara gunung. "Biarlah mereka berdua bahagia, aku nggak berhak ganggu mereka. Aku sendirian pun nggak masalah, dan aku nggak boleh ada perasaan negatif terhadap tindakan Mas Yanto yang mengajakku ikut berlibur dengan istrinya," kata hati Samsul berkata. Tak terasa senja sudah datang, dan suasana sekitar sudah mulai tampak gelap hanya sinar lampu yang mulai menerangi alam ini.

"Sedang apa ya Mas Yanto dengan Mbak Yenny sekarang?" kata Samsul dalam hati.
Belum sempat dia berpikir yang lain.
"Sul.. Samsul.. ayo makan..," ajak Mbak Yenny.
"Iya Mbak.. kebetulan nih, Samsul udah lapar," jawab Samsul sambil tersenyum.
Suasana semakin malam dan sepi. Mereka bertiga sedang asyik menikmati sajian film di TV sambil menikmati kopi susu bikinan Mbak Yenny.
"Ya ampun.. mengapa aku begitu cemburu melihat kemesraan Mas Yanto dengan Mbak Yenny..?" pikiran Samsul mulai gelisah.
"Mengapa aku harus ikut tadi. Tapi, apakah aku harus menyesal telah ikut dan bukankah aku ingin Mas Yanto bahagia dengan Mbak Yenny?" semua pertanyaan-pertanyaan mulai mengganggu pikiran Samsul.

"Sul.. Mas Yanto tidur dulu ya.. nih Mbak Yenny udah pengen katanya.." kata Mas Yanto membuyarkan lamunan Samsul.
"Iya Mas.. silakan. Oh ya Mas, ada film blue nggak?" tanya Samsul.
"Mas nggak bawa, kan semua udah dibawa Samsul?" jawab Mas Yanto sabar.
"Mas nggak beli yang baru?" tanya Samsul lagi.
"Belum Sul.. yang lama aja diliat ulang," jawab Mas Yanto dengan santainya.
"Iya deh.. tapi playernya Samsul bawa ke kamar Samsul ya Mas.. mumpung di kamar Samsul ada TV-nya, selain itu kalau lagi pengen biar nggak diliat Mbak Yenny," pinta Samsul sambil tertawa.
"Silakan, toh.. nggak ada yang pakai player 'kan?" jawab Mas Yanto.
"Terima kasih Mas."
Sambil Samsul angkat itu VCD player, Mas Yanto dengan mesranya berpelukan dengan Mbak Yenny yang membuat Samsul semakin cemburu. "Nggak masalah, yang penting sekarang happy sendiri dan pesta sendiri, untung saja aku tadi bawa Film Blue Gayudul, bisa buat teman begadang," pikiran Samsul.

Keesokan paginya.
"Maafkan Mas Yanto ya sayang.. Mas Yanto nggak bermaksud buat Samsul cemburu," bisik Mas Yanto di telinga Samsul, yang membuat Samsul langsung terbangun.
"Eh Mas Yanto.. Mbak Yenny dimana Mas?" tanya Samsul sambil mengucek matanya.
"Ke pasar.. belanja, tuh.. susu hangat Samsul udah siap, Mas ambilkan ya.." Mas Yanto coba menawari.
"Nggak usah repot-repot Mas.."

Saat Mas Yanto keluar kamar mengambil susu, Samsul ke kamar mandi untuk gosok gigi dan sedikit basuh wajah dan tubuh, biar segar.
"Gimana filmnya semalam?" kata Mas Yanto memulai.
"Biasa aja, abis.. Mas Yanto nggak ikut liat sih," jawab Samsul manja sambil melingkarkan tangan ke leher Mas Yanto.
"Okay deh.. sekarang Mas Yanto temani," pinta Mas Yanto.
"Sul.. maafkan Mas ya, Mas Yanto tahu, Samsul cemburu, makanya kenapa Mas Yanto nggak banyak tanya dan nggak banyak omong ke Samsul kemarin," kata Mas Yanto mengulangi.
"Nggak apa kok Mas.. Samsul harus mengerti dan belajar menerima hal seperti itu, dan Samsul harus bisa membedakan saat-saat mana berdua dengan Mas, dan saat-saat mana bersama Mbak Yenny juga, walau sebelum Mas ama Mbak Yenny.. Mas udah lama Samsul," jawab Samsul dengan senyum.

"Selain itu, Samsul ingin Mas Yanto bahagia bersama Mbak Yenny sampai ajal menjemput," lanjut Samsul.
"Terima kasih sayang.." kata Mas Yanto sambil mencium kening Samsul.
"Mas.. bagaimana kalau ketahuan Mbak Yenny?" tanya Samsul kuatir melihat tindakan Mas Yanto yang mulai merangsangnya.
"Jangan, karena Mas merasa bersalah.. nanti malah khilaf yang lebih fatal," kata Samsul sebelum Mas Yanto menjawab.
"Sul.. Mas ajak Samsul ke villa ini memang sengaja, kapan lagi kita berdua bisa merasakan suasana seperti ini, Mas juga pengen merasakan suasana yang romatis bersama Samsul dengan tempat yang romantis pula, tidak melulu di kota, hotel, di kostnya Samsul atau di tempat-tempat seperti biasanya," jawab Mas Yanto.

Belum sempat Samsul berkomentar,
"Mas juga ingin bulan madu bersama Samsul, seperti saat ini, dan nggak perlu khawatir tentang Mbak Yenny, dia bilang lama kok, pasarnya kan di Batu, lagian dia mau sekalian ke teman kuliahnya juga," kata Mas Yanto.

"Samsul.."
Tak terasa ciuman Mas Yanto mulai mendarat di leher Samsul, lidahnya dengan lincah menggores-gores leher Samsul sambil sesekali ada kejutan di telinga Samsul. Samsul pun menggeliat nikmat. "Akkhh.." desah Samsul.
Kini bibir Mas Yanto mulai menjalar ke bibir Samsul, diciumnya dengan lembut bibir Samsul, Samsul pun membalas dengan mesra dan memainkan lidahnya bergumul dengan lidah Mas Yanto. Sambil bibir Mas Yanto melumat bibir Samsul, tangan Mas Yanto mulai membuka kaos yang dikenakan Samsul, kini tubuh yang kekar berotot tampak di depan Mas Yanto. Mas Yanto pun menarik bibirnya dari bibir Samsul dan langsung mendarat di dada Samsul yang bidang dan tampak kekar sekali. Dijilatnya dada Samsul dengan penuh nafsu, kini lidah Mas Yanto menjilat puting Samsul sambil tangannya bergerak menuju kemaluan Samsul yang sudah menegang, "Akh.. Mas Yanto.. terus Mas.." Samsul paling senang jika putingnya dihisap sambil kemaluannya dimainkan.

Mas Yanto menghentikan sejenak permainannya, kini dia membuka piyama yang dikenakannya dan yang tampak kini adalah tubuh yang lumayan atletis dengan celana dalam Body Master yang tampak seksi dengan kemaluan yang sudah menegang. Samsul tidak tinggal diam, dia pun bangun dan dan menghadap celana dalam hitam yang dipakai Mas Yanto, dijilatnya, digigit pelan yang membuat Mas Yanto merasa geli nikmat. "Teruskan Sul.." Lidah Samsul pun bergerak ke selangkangan Mas Yanto dimainkannya lidahnya di daerah situ sesekali dihisapnya. "Akh.. yes.. Sul.. mm.." ucap Mas Yanto tak karuan karena rasa geli yang begitu nikmat.

Samsul menghentikan gerakannya, kini dengan perlahan dan mesra. Dia membuka celana dalam Mas Yanto. Tampak batang kemaluan yang sudah tegang menyembul dari dalam celana dalam. Dijilatnya batang kemalan yang sudah mengeras itu. Dijilatnya buah zakar sampai ujung kemaluan dan dimasukkannya kemaluan yang begitu bagus itu ke dalam mulutnya. Dimainkannya lidahnya pada kemaluan Mas Yanto. Sambil mulut Samsul mengulum kemaluan Mas Yanto, tangannya meremas-remas pantat Mas Yanto dimaju-mundurkan pantat Mas Yanto seiring dengan kuluman dia. Mas Yanto pun menggeliat nikmat sambil tangannya meremas putingnya. Mas Yanto menyuruh Samsul berdiri berhadapan dengannya dan dikulumnya bibir Samsul dan dimainkannya lidahnya. Samsul tidak diam, dia pun membalas dengan ciuman yang begitu hangat. Dan terus turun sampai pada puting Mas Yanto. Dimainkannya lidahnya di daerah puting sesekali dihisap dan digigitnya puting itu, sambil tangan Samsul mengocok kemaluan Mas Yanto. Tindakan ini membuat Mas Yanto benar-benar melayang, hanya kenikmatan yang dia rasakan.

Mas Yanto menidurkan Samsul, sekarang gantian Mas Yanto yang di atas Samsul. Dihisap, dijilat dan digigitnya halus puting Samsul dan lidahnya terus bergerak ke pusar Samsul. Samsul pun menggeliat nikmat. Dibukanya celana yang dikenakan Samsul, dan langsung dikulumnya batang kemaluan Samsul yang lebih besar dan lebih panjang sedikit dibanding kemaluan Mas Yanto.Dikulumnya dengan nikmat kemaluan samsul, sambil sesekali dimainkannya lidahnya dilubang kemaluan Samsul. Lumayan lama, akhirnya Mas Yanto bergerak ke atas dan berbisik. "Mas ingin Samsul masukin Mas, beri kenikmatan ya sayang.." bisik mesra Mas Yanto. Samsul pun mengangguk dan membalik tubuh Mas Yanto ke bawah. Dikangkangnya paha Mas Yanto, lalu dijilatnya ass hole Mas Yanto agak lama. Samsul beranjak dari ranjang menuju tas yang di bawahnya, diambilnya gel pelicin. Dioleskannya gel pelicin ke ass hole Mas Yanto dan dioleskannya gel itu juga ke batang kemaluannya yang sudah siap masuk ass hole.

Dan, "Aakkhh.. mm.." desah Mas Yanto, "Teruskan Sul.. Beri aku permainan kamu yang terbaik,"

Sedang asyiknya Samsul menggoyang pantatnya maju mundur yang dibarengi goyangan pinggul Mas Yanto. Mereka berdua dikejutkan suara tangis dari arah pintu kamar. Suara itu sudah tidak asing mereka dengar. Suara itu membuat sekujur tubuh Samsul dan tubuh Mas Yanto lemas. Belum sempat mereka berdua menoleh ke belakang. Terdengar sesuatu terjatuh, dilihatnya Mbak Yenny, istri Mas Yanto jatuh pingsan di pintu kamar Samsul. Ternyata..!

Setelah kejadian itu, Samsul menghilang entah kemana dengan membawa beban berat di dalam hati dan batinnya. Walau perasaannya masih mengatakan kecintaannya pada Mas Yanto.

Tamat