Seminggu kemudian kami pergi berlibur ke daerah pegunungan, namun ketika akan pulang ban motorku bocor sehingga aku menuntunnya untuk mencari tempat tambal ban. Namun karena hari sudah menjelang malam, kami tidak menemukan tempat tambal ban. Akhirnya aku dan Liza berunding dan kami sepakat untuk mencari penginapan. Lama kami mencari penginapan karena rata-rata sudah penuh karena saat itu hari libur, akhirnya kami mendapatkan penginapan tersebut namun hanya tinggal satu kamar VIP. Setelah berembug sebentar memesan kamar tersebut, namun tidurnya tidak seranjang.
Begitu masuk kamar aku langsung rebahan di sofa karena capek menuntun sepeda motor tadi, sedangkan Liza langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur samping sofa. Karena kami tadi sepakat bahwa aku tidur di sofa dan ia tidur di kasur. Tak lama kemudian Liza pun segera tertidur. Aku yang sejak tadi menahan buang air kecil segera masuk ke kamar kecil, setelah selesai aku melihat Liza tidur terlentang. Payudaranya yang cukup besar itu turun naik seiring dengan hembusan nafasnya. Aku pun semakin lama semakin terangsang, lalu aku mendekati tempat tidurnya.
Aku memperhatikan bibirnya tanpa terasa wajah kami makin dekat dan bibirku menyentuh bibirnya. Aku lalu merebahkan tubuhku diatasnya sambil meneruskan ciumanku. Tidak kuduga Liza mengangkangkan kedua kakinya hingga penisku merapat diatas vaginanya. Aku nggak ngebayangin melakukan sejauh ini.
Kemudian aku melakukan petting menekan-nekankan penisku ke vaginanya. Dadaku menempel di payudaranya dan penisku terus menekan-nekan vaginanya. Kemudian tanganku aku geser ke payudaranya yang lumayan besar. Aku remas-remas payudaranya hingga Liza terbangun.
"Liz.., Mas sayang padamu."
Bisikku tiba-tiba sambil menggenggam tangannya, ia tersenyum dan entah kenapa secara spontan kucium keningnya.
"Aku juga mas." ucapnya.
Liza ternyata juga memendam perasaan kangen ingin disetubuhi, setelah apa yang telah kami lakukan seminggu yang lalu. Aku memeluk tubuhnya dan menatap matanya dalam-dalam.
"Kamu cantik sekali." Ucapku lalu mengecup hidung mancungnya, ia diam saja dan menikmatinya.
Aku semakin berani, kuciuminya seluruh wajahnya hingga kurasakan hembusan napasnya yang hangat. Dia pasrah karena menyukainya, lagi pula ada aliran aneh pada tubuhku yang menuntut lebih banyak lagi. Lalu aku mendaratkan bibirku di bibirnya, kulumat dan dia balas dengan mengulum lidahku lembut. Kulumanku membuatnya mulai sulit bernapas. Sementara itu tanganku mulai menurunkan tali BH-nya hingga payudaranya terlihat setengahnya. Kutarik tubuhnya untuk berdiri dan ia menurutinya. Sambil terus melumat bibirnya, kedua tanganku menarik-narik BHnya hingga akhirnya Liza terjatuh di antara kakinya. Aku mengelus-elus punggungnya yang sudah telanjang dan mendorong tubuhnya agar duduk di sofa.
Aku mendekatinya, kemudian berjongkok di antara kakinya. Kuelus-elus vaginanya yang masih terbungkus celana dalam. Liza melenguh saat jari-jariku mengelus belahan vaginanya. Kemudian aku menarik CD-nya hingga terlepas. Lalu aku tersenyum karena melihat vaginanya merekah di depan mataku. Aku mencium bibirnya dan ia membalas, kurasakan payudaranya menggesek-gesek dadaku yang membuatku kegelian. Ciumanku makin liar karena telah beralih ke telinga dan lehernya. Liza mulai mendesah pelan, kuusap-usap rambutnya dengan lembut.
Aku meneruskan jilatanku pada puting payudara kanannya, kujilati berputar-putar dan berulang-ulang, membuatnya semakin mendesah. Payudara kirinya kuremas-remas dengan lembut. Napasnya mulai memburu karena perlakuanku pada kedua payudaranya. Selama beberapa saat Liza hanya mendesa-desah.
"Mas.., ohh.., ohh..!"
"Mas ingin menjadikanmu sebagai istriku, kamu mau Liz..?" tanyaku sambil menghentikan jilatanku di payudaranya.
Liza menatap mataku dan menganggukkan kepalanya karena ia tidak dapat berpikir apa-apa lagi, karena nafsunya masih tinggi.
Aku tersenyum dan melumat bibirnya sambil mengelus-elus payudaranya yang sudah basah oleh air liurku. Lalu Aku menyuruh Liza mengangkat kedua kakinya ke atas sofa dan merenggangkannya lebar-lebar. Kemudian aku mendekatkan kepala di vaginanya yang sudah basah, dan mulai menjilatinya. Liza mendesah saat ujung lidahku menyentuh vaginanya,
"Ohh..!"
Aku terus menjilatinya secara teratur dan berulang-ulang. Liza menggeleng-gelengkan kepalanya menahan kenikmatan. Aku terus menjilatinya dan mulai menyedot-nyedot klitorisnya. Liza merengek dan merintih sambil menjambaki rambutku.
"Ahh.. teruss.. teruss, enak mass..! Ohh..!"
Aku terus menyedot-nyedot dan Liza pun berteriak seiring dengan menjepit kepalaku kuat-kuat. Ia menyemburkan cairan kewanitaannya dan kujilati dan menghisapnya pelan sekali. Karena aku tahu kalau ia menahan ngilu pada vaginanya.
Aku lalu mencium payudara dan menghisapnya cukup lama hingga Liza terangsang kembali. Kemudian aku mendekatinya dan menindih tubuhnya, kucium bibirnya dengan hangat. Tanganku meremas-remas pantatnya, lalu bibirku turun di atas payudaranya dan kuciumi sambil kuhisap bergantian. Liza hanya mendesah keenakan ketika kubuka kedua kakinya dan berjongkok dan mulai menjilati vaginanya. Liza mendesah-desah tidak kuat, tapi aku terus menjilati dan menghisap-hisap vaginanya yang sudah basah lagi. Aku pun sepertinya sudah tidak tahan, sehingga kuarahkan penisku ke lubang vaginanya. Setelah semakin basah, aku menekan kepala penisku untuk masuk lebih dalam pada lubang vaginanya. Kemudian kugesek-gesekkan kepala penisku di belahan vaginanya berulang-ulang. Liza melenguh menahan sensasi nikmat di daerah vaginanya.
Aku mulai menekan dan Liza pun meringis .. aku tekan lagi.. akhirnya perlahan-lahan sedikit demi sedikit liang vaginanya itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala penisku. Liza menggigit bibir. Kulepaskan jemari tanganku dari bibir kemaluannya dan pleg ..bibir kemaluannya langsung menjepit nikmat kepala penisku.
" Tahan sayang..", bisikku bernafsu.
Liza hanya mengangguk pelan, matanya lalu dipejamkan rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. Agak kubungkukkan badanku ke depan agar pantatku bisa lebih leluasa untuk menekan kebawah. Heekkgghh .. aku menahan napas sambil memajukan pinggulku dan akhirnya kepala penisku mulai tenggelam di dalam liang vaginanya. Woowww..nikmatnya saat liang vaginanya menjepit kepala rudalku, daging vaginanya terasa hangat dan agak licin, namun cengkeramannya begitu kuat seakan-akan kepala penisku seperti diremas-remas saja, kulihat urat-urat batang kemaluanku makin menonjol keluar saking banyaknya darah yang mengalir ke situ.
Aku kembali menekan dan Liza mulai menjerit kesakitan, aku tak peduli, batang penisku secara pasti terus melesak ke dalam liang vaginanya dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala penisku untuk terus masuk. Aku terus menekan dan tess .. aku merasa seperti ada yang robek, bersamaan dengan itu. Liza melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak ..
"Wah selaput daranya robek nih",
Pikirku, sebentar lagi pasti keluar darah, namun aku tak begitu peduli karena aku terus menekan batang penisku dengan ngotot terus memaksa memasuki liang vagina milik Liza yang luar biasa sempit itu. Kulihat bibir kemaluannya mekar semakin besar, kulihat betapa ketatnya liang kemaluannya itu menjepit batang penisku yang sudah masuk sekitar 6 centi.
"Aagghh.."
Aku menahan rasa nikmat jepitan vaginanya. Kupegang pinggul Liza yang seksi, dan kutarik kearahku, batang penisku masuk makin ke dalam, oouuhh nikmat sekali, Liza terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara aku sendiri malah merem melek keenakkan.
Aku harus cepat kalau tidak Liza kekasihku terlalu lama menderita, kupegang pinggul Liza lebih erat lalu aku mengambil napas dan ancang-ancang, ini harus segera dibenamkan seluruhnya. Dan aku menghentak keras ke bawah. Dengan cepat batang penisku mendesak masuk liang vagina Liza,
"Aahhgghh .." aku mengerang nikmat hampir saja air maniku muncrat saking kuatnya gesekan dan jepitan vagina milik Liza ini. Aku mengatur napas agar air maniku nggak keburu muncrat, kulihat tinggal sedikit yang belum masuk kuhentakkan lagi pantatku ke bawah dan akhirnya seluruh batang penisku secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit diantara bibir kemaluan dan liang vaginanya.
"Ooogghh..", aku berteriak keras saking nikmatnya,
Mataku mendelik menahan jepitan ketat vagina Liza yang luar biasa. Sementara Liza hanya memekik kecil lalu memandangku sayu. Bibirnya tergetar namun ia mencoba untuk tersenyum kepadaku. Wajahnya yang manis menatap sayu kepadaku.
Kami sama-sama tersenyum. Kurebahkan badanku diatas tubuhnya yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, payudaranya kembali menekan dadaku. Nikmat, tubuh kami telah menyatu, dalam suatu persetubuhan indah. Kurasakan vagina Liza menjepit dan meremas kuat batang penisku yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra, kuusap mesra wajahnya yang masih menahan sakit menerima tusukan alat vitalku.
" Mas .. bagaimana rasanya ..", bisik Liza mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang ia menggigit bibir menahan sakit.
"Enak sayang.. dan nikmaat, Mas nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang selangit pokoknya", bisikku. Ia tersenyum senang dan mencubit pipiku. Kukecup mesra hidungnya yang mancung.
Aku mencium bibirnya dengan bernafsu, dan iapun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali lalu sambil tetap begitu aku mulai menggoyang pinggul naik turun. Batang penisku mulai menggesek liang vaginanya dengan kasar. Pinggulku menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan batang penisku yang ngaceng. Liza memeluk punggungku dengan kuat, ujung jemari tangannya menekan punggungku dengan keras. Kukunya terasa menembus kulitku. Tapi aku tak peduli, aku sedang menyetubuhi dan menikmati tubuhnya. Batang penisku seakan dibetot dan disedot oleh liang vaginanya yang benar-benar super sempit itu. Liza merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuanku.
Beberapa kali malah ia sempat menggigit bibirku, namun itupun aku tak peduli. Aku hanya merasakan betapa liang vaginanya yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat batang penisku, seakan mengenyot nikmat, ketika kutarik keluar terasa daging vaginanya seolah mencengkeram kuat alat vitalku, sehingga betapa aku memaksa untuk keluar daging vaginanya terasa ikut keluar
"Agghh.." nikmatnya luar biasa sekali, aku sampai mendesis panjang saking nikmatnya.
Air maniku kurasakan sudah mendesak ingin muncrat keluar. Aku mendiamkan aktifitas tubuh sambil mengelus-elus tubuhnya. Tidak terasa air matanya menetes setelah beberapa saat aku menggerakkan pinggulku dan mulai mengeluar-masukkan penisku. Liza melenguh nikmat sekaligus perih. Aku menggenjotnya selama 10 menit. Vaginanya sudah semakin basah dan Liza menjerit karena mendapatkan orgasme lagi. Dirasakan vaginanya berdenyut-denyut. Aku mendiamkan batang kejantananku di dalam vaginanya sambil menyedot-nyedot payudaranya.
Kemudian aku mencabut penisku dan menyuruh Liza menungging. Ia rasakan vaginanya dimasuki kembali penisku, setelah itu mulai dikeluar-masukkan kembali ke vaginanya dengan pelan. Sementara itu tanganku masih meremas-remas dan menarik-narik puting payudaranya dengan kuat. Liza mulai mendesah menahan rasa nikmat.
"Mas.., ahh.. teruss.. sodokk.. sodokk.. enakk sekali..!" ia merengek.
Aku terus menekan dan menarik penisku semakin cepat, dan ia semakin merengek-rengek tidak karuan. Aku terus menyodok vaginanya dengan kuat, Liza pun memaju-mundurkan pantatnya sehingga persetubuhan kami sangat menggairahkan. Aku dan Liza mendesah-desah penuh kenikmatan.
"Ohh.. ahh.. akhh..!" Liza pun makin keras mendesah.
Aku semakin cepat mengeluar-masukkan batang kejantananku.
"Ahh.. aku mau keluarr.. Mas..!" teriaknya karena akan orgasme.
Aku semakin gencar menyodok-nyodok vaginanya sambil terus menarik-narik dan meremas-remas payudaranya. Sodokan-sodokan pada vaginanya membuat ia menjerit karena merasa tidak tahan lagi.
Tubuhnya lemas sambil memelukku kuat-kuat. Namun aku terus mengeluar-masukkan penisku tanpa memperdulikan vaginanya yang kelihatannya masih ngilu.
"Ohh.. ahh.. aku engga kuatt.. aughh..!"
Teriakkannya malah makin membuatku semakin cepat menghujamkan penisku pada vaginanya.
"Mass.. hampirr.. Sayang.., tahan sebentar.. ohh..!" lenguhku.
Lalu kupeluk ia erat-erat seiring dengan tembakan spermaku, rasanya hangat dan nikmat. Tubuh Liza lunglai dan aku masih mendiamkan penisku berada dalam vaginanya. Kami berpelukan sambil mengatur napas. Setelah agak tenang, aku mencabut penisku. Kemudian kami berciuman dengan mesra, lidah kami saling berpaut diselingi hisapan-hisapanku di lidahnya. Tanganku tentu saja meremas-remas payudaranya.
Semakin lama kami semakin terangsang kembali. Aku memainkan puting payudaranya, kujilat-jilat dengan rakus dan terus kuhisap dengan penuh nafsu. Liza mulai mendesah merasakan vaginanya basah kembali. Aku meneruskan jilatanku ke perutnya, kemudian kusuruh ia mengangkat dan melipat kedua kakinya ke atas hingga berada di antara kepalanya. Dengan posisi ini sudah jelas vaginanya yang basah terbuka lebar di depan mataku. Aku menjilat-jilat vaginanya sambil menusuk-nusukkan lidahnya di antara belahan vaginanya. Mendapat rangsangan seperti itu Liza mendesah tidak terkendali lagi.
"Ohh.. Maass.. enak sekali.. teruss.. ohh.. hisapp teruss..! Hisapp.. Vaginaku .. ohh..!"
Aku semakin cepat menghisap-hisap vaginanya yang banjir oleh cairan kewanitaannya. Liza semakin merenggangkan kedua kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa melakukan gerakanku.
Jilatan-jilatan di vaginanya yang enak itu membuatnya memohon-mohon.
"Ohh.. Maass.., masukkan..! Liza.. mohon..!" pintanya padaku.
Aku pun menggesek-gesekkan batang kejantananku di vaginanya yang becek. Liza melenguh nikmat, mulutnya mendesis-desis tidak tahan. Aku memasukkan penisku pada lubang vaginanya. Penetrasi itu membuatnya terus merengek nikmat,
"Oh enakk maass.. yeahh.. lebih cepat.. ohh.. enakk sekali.. sodok.. terus.. Vagina Liza Maass..! Akhh.. mmff.. ohh..!"
"Iya Sayangku. Mas.. suka Vagina kamu.. ohh..Lizz..!" jawabku penuh nafsu.
Genjotanku di vaginanya semakin cepat dan liar hingga terasa menyentuh rahimnya.
"Liza.. mau keluar Maass.. ohh..!" teriaknya.
"Maass.. juga Sayang.., ohh..!"
"Akhh..aakhh.. aakhh..!" Kami berdua menjerit, bersamaan itu kurasakan tembakan spermaku yang kuat. Aku mencium bibirnya. Karena kelelahan, kami pun tertidur lelap.
Kejadian itu terus berulang selama 6 bulan dan hubungan kami tumbuh menjadi hubungan yang serius dan semakin hangat. Sampai akhirnya aku lulus kuliah dan diterima bekerja di lain pulau. Liza menangis waktu aku pamit kepadanya, ia bersikukuh ingin ikut denganku, namun karena ia masih kuliah aku pun berkeberatan. Aku berjanji akan membawanya kalau ia sudah lulus.
Bersambung . . . . .