Aku meronta-ronta mencoba melepaskan atau paling tidak bisa mengendurkan tali-tali yang mengikat tubuhku. Tanpa kuduga beberapa tali mengendur tapi kejadian ini terlihat olehnya. Di buka kembali simpul tali itu kemudian ia tarik kedua simbul berlawanan arah lebih keras lagi sehingga membuat ikatan semakin kuat.
"Coba-coba membebaskan diri ya? boleh saja kalau bisa. Semakin kamu coba untuk melepaskan tali-tali tersebut, semakin kuat ikatan akan kubuat." tuturnya.
Lia kemudian keluar ruangan dan beberapa saat kembali lagi membawa gulungan plastik (wrap plastik).
"Aku ada hadiah untukmu" sapa Lia. Ia lalu melanjutkan, "Kamu sekarang akan kuanggap sebagai makanan dan agar tetap segar, akan kamu akan kubungkus serta kusimpannya dengan baik".
Disuruhnya aku untuk berdiri dan dia mengancam akan menghukumku lebih keras lagi jika aku terjatuh. Lia mulai membungkus diriku dengan wap plastik tersebut mulai dari leher hingga jari-jari kakiku. Beberapa kali aku hampir terjatuh namun aku berhasil mengatasinya. Aku tidak ingin hukuman yang lebih keras menimpaku jika aku terjatuh. Pengab dan sesak serta sempit rasanya seluruh tubuhku karena terbungkusnya plastik itu. Aku tidak berdaya dan berpikir apa lagi yang akan Lia perbuat terhadapku mengingat sudah tidak ada tempat lagi di badanku untuk diikat.
Hampir setengah dari wrap plastik itu membungkus diriku. Kulihat di paras mukanya belum puas dengan apa yang sudah dilakukan terhadapku. Diambilnya sesuatu dari tas sebuah sabuk pendek dan lebar yang terbuat dari kulit serta di tengah-tengahnya terdapat suatu cincin besi. Di pasangkan sabuk kulit tersebut di kakiku kemudian ia gapai tali yang tergantung di langit-langit ruangan serta ia ikatkan pada cicin besi yang terdapat pada sabuk kulit tersebut.
"Kamu akan merasakan sesuatu yang lain dari biasanya dan akan kubuat kamu melayang-layang di udara."
Kakiku perlahan-lahan terangkat ke atas dan sebelum sepenuhnya kusadari perkataan Lia tadi, seluruh tubuhku tergantung dengan kaki di atas dan kepala dibawah.
"Aduh lucunya deh kamu dengan posisi seperti itu. Apa yah yang kira-kira bisa kulakukan?" katanya sambil berpikir.
Lalu diambilnya 2 buah handuk kecil dan di lilitkan di tangannya. Kemudian dipakainya kaos kaki di kedua tangannya.
"Nah sekarang aku mau latihan tinju. Kamu akan kujadikan sasaran pukulan-pukulanku. Silahkan kalau mau berteriak sekuat-kuatnya untuk meminta tolong. Tidak akan ada orang yang akan mendengar" katanya.
Lalu ia hempaskan beberapa pukulan ke perut dan belakang badanku. Augh, augh, augh.." aku mengeluh menahan sakit. Pukulan-pukulan tersebut tidak di hentikkannya malah semakin keras.
"Kurang ajar, sialan, anjing kamu" teriaknya dengan paras muka yang penuh rasa kebencian.
Selang beberapa lama, Lia menghentikan pukulannya dan terdengar isak tangisnya. Ia menutup matanya dengan kedua tangannya. Setelah itu iapun menyampiri diriku yang masih tergantung dan berkata.
"Maafkan aku ya karena kamu telah menjadi sasaran emosionalku. Maaf ya.."
Setelah itu Lia meninggalkan ruangan. Sudah cukup lama aku tergantung dengan posisi kepala di bawah dan aku mulai merasa pusing. Aku mencari-cari jam di ruangan itu dengan berusaha memputar-putarkan badanku. Kutemui sebuah jam kecil tergeletak di meja rias kamar tersebut. Waktu saat itu menunjukkan jam 2 siang. Sudah lebih dari 4 jam aku terikat. Tangan, siku, kaki dan lututku terasa sakit karena ikatan yang kuat. Kulihat Lia membuka pintu dan lalu menurunkanku dari gantungan itu. Setelah terbaring di lantai lalu dibukakannya plastik-platik pembungkus diriku dengan mengguntingnya. Setelah itu ia buka bandana dan mengeluarkan celana dalam yang sudah hampir 4 jam menyumbat mulutku.
"Sakit sekali rasanya. Tolong bebaskan aku dari belenggu ini dong, tolong Lia. Aku lapar dan haus sekali" itulah kata-kata yang pertama kuucapkan ketika mulutku sudah bebas.
"Baik, tunggu dulu ya"
Lia lalu keluar ruangan dan kemudian kembali lagi dengan makanan dan minuman. Di suapkan makanan ke mulutku dan di berikannya aku minuman.
"Apakah tidak lebih baik kalau aku makan sendiri?" tanyaku kepadanya.
Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju sambil berkata.
"Aku ingin melakukan sesuatu yang baik untukmu setelah kulakukan hal-hal yang menyakitimu. Aku sekarang ingin memanjakanmu. Ayo buka lagi mulutnya."
Makananpun kukunyah dan rasa lapar serta haus sirna.
"Lia, tolong dong bukakan tali-tali itu, sakit rasanya" pintaku.
Dijawabnya, "Nggak sekarang ya. Kan sudah aku bilang kamu akan kuikat nggak sebentar. Aku masih senang dengan permainan ini."
Terasa penisku mulai mengencang kembali setelah beberapa saat lemas karena ereksi pertama. Seteleah selesai makan, dia lalu mengambil sepatu kets nya serta melepaskan talinya. Lalu ia menghampiriku dan mengikat kuat-kuat penisku yang sedang keras dari ujung kepalanya hingga biji kemaluanku.
"Aduh sakit sekali, jangan kencang-kencang dong," pintaku padanya, "Bagaimana nanti kalau aku mau kencing, kan nggak bisa kalau begini. Ayo dong jangan diikat" pintaku.
Tidak kurasakan Lia melonggarkan ikatan tali sepatu itu malah ia teruskan sampai selesai. Setelah itu ia mainkan penisku dengan mengusapnya, menciumnya, mencetilnya dan lain-lainnya. Kurasakan kegairahan yang memuncak karena tindakan-tindakan Lia dan rasanya ereksiku sudah di ujung dan mau keluar tapi tidak bisa karena ikatan kuat di penisku. Setelah puas bermain-main, Lia memintaku untuk berdiri dan berjalan sambil berloncat-loncat mengarah ke tempat tidur. Aku tidak bisa berjalan karena kaki yang terikat. Sampai di tempat tidur Lia memintaku untuk berbaring dan beristirahat. Lia lalu kembali menyumpal mulutku dengan celana dalam dan bandana. Kemudian ia juga menutup mataku. Aku benar-benar dibuatnya tidak berdaya, tidak bisa melihat, tidak bisa berbicara, tidak bisa bebas menggerakkan tangan dan kakiku.
"Selamat beristirahat. Tidurlah dan pulihkan tenagamu. Nanti sore akan kubangunkan."
Karena lelah dan lemas, tak lama kemudian akupun tertidur pulas.
"Bangun, bangun sudah sore" terdengar suara merdu di kupingku.
Akupun menggerak-gerakkan badanku memberi tanda kepadanya aku sudah terjaga. Tak lama kemudian penutup mataku dilepaskan.
"Selamat sore, mudah-mudahan kamu tidur nyenyak."
Kulihat jam di meja menunjukkan pukul 5.30. Tanpa kusadari tali sepatu pengikat penisku telah dilepaskan olehnya, namun penisku masih tegang dan keras.
"Ayo, sekarang kamu mandi" sambil menarik badanku berdiri dan ia lalu kemudian menuntunku ke kamar mandi.
Seperti sebelumnya, aku harus berjalan dengan berloncat-loncat. Ditaruhnya cairan sabun mandi di tangannya dan kemudian ia mainkan penisku dengan mengocok-ngocok beberapa kali. Tak lama kemudian aku merasakan ereksi dan spermaku keluar dengan kerasnya ke lantai kamar mandi. Setelah itu Lia membukakan tali-tali pengikat tubuhku namun tidak tanganku. Ia lalu memandikanku. Setelah selesai ia mengeringkan badanku dengan handuk dan kemudian menuntunkun kembali keruangan semula. Lia lalu keluar ruangan dan berkata.
"Aku mau menyiapkan makan malam dulu ya. Bersenang-senang saja kamu disitu sambil menonton TV."
Dinyalakan TV yang ada di kamarnya dan di pilihnya channel HBO. Setengah jam berlalu Lia pun kembali keruangan dan memintaku untuk berjalan pergi ke ruang makan. Pintu-pintu rumah yang membatasi ruangan dalam dan kamar pembantu di kuncinya agar kejadian ini tidak diketahui oleh pembantunya. Di mintanya aku duduk di kursi makan dan ia lalu berkata.
"Aku suapin kamu seperti tadi siang ya."
Setelah selesai makan, Lia kembali menuntunku keruangan pertama aku terikat. Lalu ia bukakan ikatan tangan dibelakang badanku. Ia lalu memintaku untuk meletakkan kedua tangan di depan badanku dan mengikatnya kembali. Setelah itu ia memintaku untuk berbaring di tempat tidur kemudian menarik tanganku yang terikat ke atas kepala dan mengikatkanya pada lubang kayu di ujung tempat tidur.
Mulutku lalu disumpalnya kembali tanpa menghiraukan permintaanku untuk tidak melakukannya. Setelah itu, ia lalu mengikat lutut dan kemudian kakiku. Diambilnya lagi seutas tali lalu ia ikatkan diantara kedua rongga kakiku dan menarikknya keujung bawah tempat tidur. Di ikatkannya tali itu pada sebuah lobang dan kemudian di tariknya sekencang-kencangnya sehingga seluruh badanku terasa tegang dari ujung tangan hingga kaki. Setelah itu diikatnya baik-baik tali itu. Dia lalu bermain-main dengan tubuhku sambil mengelitikkan badanku yang membuat aku tertawa terbahak-bahak. Lalu ia gelitikkan kakiku. Ia juga mainkan penisku sehingga menjadi tegang dan keras. Di raihnya tali sepatu dan diikatkan tali itu di penisku dengan kuat.
Waktu sekarang menunjukkan jam 10.30 malam dan kulihat paras muka Lia yang kecapaian.
"Aku capai dan lelah. Sekarang aku mau tidur tapi aku ingin ditemani, tidak mau sendiri malam ini."
Aku meronta-ronta dan berteriak menandakan ketidaksetujuanku atas kejadian ini. Aku mau pulang dan tidak mau menginap disini. Aku melototkan mataku padanya memberi isyarat kalau aku sekarang marah padanya. Lia tidak perduli dan kemudian ia lalu matikan lampu kamar dan berkata.
"Selamat malam. Tidur yang nyenyak ya. Maaf kalau kamu harus tidur dengan posisi terikat."
Ia lalu mengecup dahi dan pipiku serta tidur disebelahku. Tak lama kemudian kudengar suaranya yang mendesus menandakan ia sudah tertidur dengan lelap. Aku kesal dengannya tapi tak berdaya untuk dapat melepaskan ikatan tali-tali ini. Akhirnya aku pasrah dan tak beberapa lama kemudian akupun tertidur. Aku tidak tahu jam berapa pada saat itu.
Aku dibangunkan Lia keesokkan paginya dan kulihat jam menunjukkan pukul 7.30. Lia lalu melepaskan seluruh tali-tali dari tubuhku dan mencium kedua pipiku sambil mengatakan.
"Terima kasih ya atas pengorbanan yang kamu berikan untukku. Perasaanku sekarang jauh lebih enak. Aku mau kita melakukannya lagi lain waktu dan seluruh peralatan-peralatan ini akan kusimpan baik-baik. Akan kutelpon kamu nanti ya!"
Kujawab, "Tidak perlu sampai satu hari satu malam aku diikat dong, cukup untuk beberapa jam saja ok. Lain kali jangan gini ya. Aku sih senang banget dan sangat bergairah serta terangsang diikat cewek secantik kamu. Lain kali pastikan ikatan-ikatanmu lebih keras lagi karena pasti bisa akan aku buka" gurauku ke Lia.
Lalu aku mandi pagi dan setelah itu Lia mengantarkanku kembali kerumah.
Tamat