Seminar Di Bali

Bookmark and Share
Selasa

Saya dan Rudi telah check in di hotel tempat seminar diadakan. Kami diberi satu kamar untuk berdua. Waktu menunjukkan pukul 13 siang, kami memutuskan untuk menyewa mobil dan pergi jalan-jalan ke Kuta. Saya banyak menghabiskan waktu untuk foto-foto obyek yang menarik, sedangkan Rudi lebih senang keluar masuk toko mencari souvenir.

Rabu

Jam 8 pagi seminar telah dimulai. Pesertanya cukup banyak, saya taksir ada sekitar 80 orang. Untuk hari ini akan ada 4 session. Saya melihat makalah seminar cukup banyak dan menarik. Sambil mendengarkan seminar, tak lupa saya mencari-cari yang cantik. Mata saya tertuju pada seorang wanita Chinese yang cantik berambut panjang yang duduk 1 meter dari saya. Rambutnya di beri high light warna merah tua. Ia mengenakan blazer dan rok selutut berwarna biru tua. Sekali-sekali ia menguap lalu minum kopi. Selesai session pertama, ada istirahat 15 menit. Saya memakai kesempatan ini untuk kenalan dengan wanita itu.

“Bagus ya topiknya tadi” kata saya membuka pembicaraan.
“Iya, menarik kok. Pembicaranya juga bagus cara membawakannya”
“Nama saya Arthur” kata saya sambil memberikan kartu namaku
“Oh iya, saya Dewi” katanya sambil mengeluarkan kartu namanya.

Rupanya Dewi bekerja di perusahaan sekuritas saingan perusahaan tempat saya bekerja

“Kamu sendiri saja ke seminar ini?” tanya saya.
“Iya, tadinya teman saya mau datang tapi last minute ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda”

Tak lama Rudi menghampiri saya diikuti oleh 1 pria dan 1 wanita. Dua-duanya Chinese.

“Arthur, kenalin nih teman saya dari Singapore. Dulu saya kuliah bareng dengannya” kata Rudi sambil menunjuk ke pria itu.
“Halo, saya Arthur”
“Saya Henry” kata si pria.
“Saya Carol” kata si wanita.

Kami lalu saling berkenalan dan bertukar kartu bisnis. Henry dan Carol bekerja di perusahaan sekuritas di Singapore. Carol manis sekali. Tingginya sekitar 165 cm dan dadanya yang membusung terlihat jelas dibalik kemeja tanpa lengan yang ia kenakan. Rambutnya yang pendek membuat penampilannya bertambah menarik. Sedangkan Dewi, tingginya sekitar 170 cm. Tatapan mata Dewi agak-agak nakal sehingga saya sempat berpikir ia akan mudah saya ajak tidur.

Session kedua pun kembali dimulai dan berakhir jam 12 siang. Saya, Rudi, Henry, Carol dan Dewi makan siang bersama di coffee shop hotel. Kami memakai kesempatan ini juga untuk berkenalan dengan peserta lainnya. Lumayan untuk memperluas net work. Session ketiga dan keempat berjalan dengan menarik dan banyak menambah ilmu. Seminar hari ini berakhir jam 5 sore.

“Arthur, kamu kan orang Indonesia, kemana kamu bisa membawa kami makan enak? Saya sudah bosan dengan makanan hotel” tanya Henry.
“Kita ke Jimbaran saja atau ke Legian, disana banyak restaurant” sahut saya. Kita berlima pun berangkat ke Jimbaran untuk makan malam.

Kamis

Seminar pun kembali dimulai jam 8 pagi. Topiknya yang menarik membuat waktu berjalan dengan cepat. Tak terasa seharian penuh telah terlewatkan di ruang seminar. Selesai seminar, saya menawarkan untuk ke Kuta untuk melihat matahari terbenam, teman-teman pun setuju. Hari ini Dewi terlihat cukup seksi, ia mengenakan rok mini ketat berwarna biru muda dan kemeja tanpa lengan berwarna putih. Di Kuta ia menyempatkan untuk beli sandal karena dari hotel ia mengenakan sepatu hak. Carol pun terlihat tambah manis. Ia mengenakan celana panjang ketat warna coklat muda dan kemeja tanpa lengan warna putih. Carol ikut membeli sandal di Kuta karena ia lupa membawa sandal dari Singapore. Selesai melihat matahari terbenam, kita bersantai di Hard Rock Café lalu makan malam ke Warung Made.

Jum’at

Hari terakhir seminar banyak diisi oleh tanya jawab dari peserta. Seminar berakhir jam 4 sore karena panitia memberi kesempatan bagi peserta rapat untuk menikmati sunset di Kuta. Sebuah bis telah disiapkan untuk membawa peserta kesana. Kami berlima ikut ke Kuta tetapi lebih memilih naik mobil sendiri daripada naik bis. Selesai melihat sunset, kami berlima menyelusuri toko-toko di sepanjang Kuta. Carol, Henry, Dewi dan Rudi sibuk berbelanja. Dewi rupanya belum pernah ke Bali sehingga ia senang sekali jalan-jalan ke Kuta. Jika sedang jalan ramai-ramai, Carol terlihat kecil mungil karena saya dan Rudi tingginya 185 cm, Henry sekitar 180 cm dan Dewi sekitar 170 cm.

Bali semakin malam, kami memutuskan untuk makan malam di daerah Legian. Restaurant Maccaroni menjadi pilihan kami. Beberapa peserta seminar ikut bergabung makan bersama kami. Tak henti-hentinya kami bercanda dan tertawa-tawa. We had a good time. Selesai makan, kami berlima melanjutkan ke M-Bar-Go yang terletak satu jalan dengan Maccaroni. Peserta rapat yang bergabung dengan kami lebih memilih untuk kembali jalan-jalan di sepanjang Legian.

Musik berdentum-dentum dimainkan oleh DJ. Suasana cukup ramai tetapi tidak terlalu padat. Enak lah pokoknya untuk bersantai. Kami memesan minuman beralkohol dan melanjutkan obrolan sambil menonton film yang diputar di jumbo screen. Jam 23:00, saya terpaksa harus mengajak teman-teman pulang karena si Rudi kelihatannya sudah mabuk berat, Dewi dan Carol mukanya merah dan mereka tertawa-tawa melihat Rudi yang mabuk.

Saya memang sengaja tidak minum terlalu banyak karena tidak ada niat mabuk malam itu. Setelah membayar minuman, saya membopong Rudi keluar, Carol bersandar pada Dewi dan Henri mengikuti dari belakang. Untung mobil diparkir tidak jauh dari club. Di mobil, Rudi tak henti-hentinya nyanyi dan tertawa. Dewi, Carol dan Henri ikut tertawa melihat kelakukan Rudi.

Setiba di hotel, saya menghentikan mobil depan lobby dan menyerahkan mobil ke petugas valet parking. Kembali saya bopong Rudi. Carol berjalan sambil setengah memeluk Henri sambil mengeluh kepalanya yang sakit. Dewi kelihatannya biasa saja padahal saya tau ia juga mabuk. Kami berlima naik lift dan saya menarik nafas lega karena tidak ada anggota peserta di lobby hotel. Lift berhenti di lantai 3, Henri dan Carol keluar karena kamar mereka di lantai 3. Saat pintu lift tertutup, Dewi berseru sambil membuka-buka tasnya

“Shit, kunci kartu gue mana ya?”
“Wah jangan-jangan tadi jatuh waktu tas kamu ditaro di kursi di club” kata saya.
“Argh, harus minta dibukain nih sama resepsionis” ujar Dewi.
“Telepon dari kamar saya saja” saya menawarkan.

Pintu lift terbuka di lantai 4, kembali saya membopong Rudi yang sudah tak sadarkan diri, Dewi membantu saya membuka pintu kamar. Begitu masuk kamar, saya langsung menjatuhkan Rudi di tempat tidur. Dewi membuka pintu balkon dan melihat keluar

“Wah enak sekali kalian dapat kamar menghadap laut”
“Lumayanlah, kecil-kecilan” kata saya sekenanya.

Saya berdiri di belakang Dewi lalu memegang kedua bahunya sedangkan Dewi tetap melihat kearah laut.

“Enak ya mendengar suara ombak” kata Dewi.

Dewi lalu merapatkan punggungnya ke dada saya dan saya merangkul Dewi dari belakang. Dengan perlahan, saya mencium kepala Dewi lalu turun ke kuping kiri. Dewi mendongakkan kepalanya sehingga saya bisa bebas mencium lehernya yang putih. Kemudian Dewi menoleh ke saya lalu mencium bibirku.

“Ummhh Arthur, you are so sexy” kata Dewi.

Sambil tetap merangkul Dewi, tangan saya menggapai ke pinggir pintu balkon dan mematikan lampu balkon supaya tidak ada yang memperhatikan kami. Tangan saya mulai menjelajahi seluruh pantat Dewi yang padat kemudian meraba-raba dadanya yang sekal. Tak henti-hentinya Dewi melenguh. Tangan Dewi pun ikut meremas tongkolku dari balik celana. Lalu saya menarik Dewi kembali ke kamar dan mendorongnya ke tempat tidur. Kembali kita berciuman ditempat tidur.

Tangan Dewi dengan cepat membuka kemeja dan celana panjangku sedangkan saya langsung membuka baju, BH, rok mini dan celana dalamnya. Tubuh Dewi yang putih dan telanjang bulat membuat nafsuku membara. Dengan gemas saya meremas payudaranya yang berukuran 32B sambil menghisap putingnya. Nafas Dewi memburu dengan cepat apalagi saat saya mulai beralih ke vaginanya. Dewi bagaikan kuda liar saat klitorisnya saya jilat. Tak henti-hentinya saya menjilat seluruh vagina dan selangkangannya. Saya membalikkan tubuh Dewi untuk bergaya 69.

Di pantat kiri Dewi ada tattoo kupu-kupu kecil berwarna pink, saya tersenyum melihatnya. Dalam posisi 69, dengan rakus Dewi menggenggam tongkolku dan mulai menghisapnya. Saya pun membalas dengan menjilat anus dan vaginanya. Goyangan pantat Dewi terasa semakin keras saat dijilat vaginanya sehingga harus saya tahan pantatnya dengan kedua tangan saya. Tiba-tiba Dewi melepaskan genggaman tangannya dari tongkol saya dan melenguh dengan keras, rupanya ia mengalami orgasme. Vaginanya yang sudah basah menjadi tambah basah dari cairan orgasmenya.

Kemudian Dewi nungging dan bersandar dipinggir tempat tidur Rudi. Saya mengikuti kemauannya, saya merenggangkan kakinya dan mengarahkan tongkolku ke vaginanya. Dengan penuh gairah saya setubuhi Dewi yang seksi. Dewi rupanya tidak diam saja saat disetubuhi. Tangannya menggapai ke celana Rudi dan membuka risletingnya kemudian menurunkan celana Rudi. Dewi mengeluarkan tongkol Rudi dari balik celana dalamnya lalu mulai meremas tongkol Rudi.

Saya memperhatikan Dewi yang mulai mengulum tongkol Rudi yang masih lemas sedangkan Rudi tertidur tanpa menyadari ada wanita cantik yang sedang menghisap tongkolnya. Tak henti-hentinya payudara Dewi saya remas dan pencet putingnya. Tak berapa lama kemudian, Dewi kembali mengalami orgasme. Saya mengganti gaya ke gaya missionary. Kaki Dewi saya rentangkan dan kembali tongkolku mengisi vaginanya yang sudah becek. Suara clipak-clipuk terdengar dengan keras tiap kali tongkol saya keluar masuk vagina Dewi.

Tujuh menit menggenjot Dewi, saya merasakan akan ejakulasi. Saya percepat gerakanku dan tak lama tongkolku memuntahkan peju didalam vagina Dewi. Dengan terengah-engah saya mengeluarkan tongkolku lalu menindih Dewi dan mencium bibirnya. Kami berciuman beberapa menit dan saya baru menyadari ternyata Rudi sudah berdiri disamping kami

“Wah, ter.. ternya.. ta.. ka.. kalian sudah mm.. mulai duluan” kata Rudi dengan tergagap dan sedikit sempoyongan.
“Tenang Rudi, kamu dapat giliran kok” kata Dewi sambil tertawa lalu menghampiri Rudi.

Sambil berlutut di tempat tidur, Dewi meremas tongkol Rudi yang perlahan mulai berdiri. Rudi memejamkan matanya menikmati Dewi yang mulai menghisap tongkolnya. Setelah puas menghisap tongkol, Dewi berdiri ditempat tidur kemudian mencium Rudi. Dengan kasar Rudi menggendong Dewi sambil menciumnya. Kemudian Dewi dibaringkan ditempat tidur dalam posisi doggy style dan Rudi langsung menyetubuhi Dewi. Kelihatannya pengaruh alkohol membuat Rudi menjadi sedikit kasar. Sambil menggenjot vagina Dewi, tak henti-hentinya Rudi menampar pantat Dewi sambil berkata

“Satisfy me, bitch, suck my dick”

Sekali-sekali rambutnya yang panjang dijambak sehingga kepala Dewi sampai menoleh kebelakang lalu Rudi mencium bibirnya. Dewi kelihatannya justru semakin liar mendapat perlakukan kasar dari Rudi. Saya kemudian berlutut didepan Dewi lalu menyodorkan tongkolku. Dewi menyambut tongkolku lalu mulai mengulumnya. Setiap kali Rudi menyodokkan tongkolnya dalam vagina Dewi dengan keras, tongkol saya otomatis ikut tersodok ke mulut Dewi. Tapi beberapa kali kuluman Dewi terlepas karena Rudi suka menarik rambutnya. Tapi karena Dewi tidak protes, maka saya biarkan saja.

Rudi kemudian menarik punggung Dewi sehingga punggung Dewi tegak. Saya menjilat dan menghisap seluruh payudara Dewi. Tapi itu tidak bertahan lama karena tangan Rudi menjalar keseluruh tubuh Dewi. Akhirnya saya mengambil bir di mini bar lalu duduk dikursi menikmati adegan seksual yang liar itu. Beberapa kali Dewi melenguh pertanda ia mengalami orgasme tapi Rudi tidak berhenti sedikit pun.

Dewi kemudian melepaskan dirinya dan mendorong Rudi untuk duduk ditempat tidur. Dewi duduk dipangkuan Rudi dan mulai menggoyang pinggulnya. Pinggul dan pantat Dewi terlihat merah karena ditampar Rudi. Tak henti-hentinya Dewi berceracau disetubuhi Rudi. Akhirnya tidak lama kemudian Rudi ejakulasi. Rudi memegang pinggul Dewi dan meremasnya dengan keras. Dewi pun kembali orgasme lalu mereka berdua berebahan ditempat tidur dengan lemas.

Tiba-tiba telepon berbunyi..

“Halo, ini Henri, sudah tidur kalian?” tanya Henri.
“Belum, kita lagi bersenang-senang. Ada Dewi disini” jawab saya.
“Wah, habis seks ya?” tanya Henri dengan semangat.
“Hehehe, begitulah. Kamu tidur ya? Atau jangan-jangan habis seks dengan Carol” tanya saya menduga-duga.
“Saya ditempat Carol. Saya ketempat kalian deh” kata Henri.

Waduh, ternyata Henri baru selesai menyetubuhi Carol. Saya menceritakan ke Dewi percakapan tadi. Dewi tertawa lalu pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian, pintu bel kamar berbunyi dan saya bukakan. Tampak Henri mengenakan celana pendek dan kaos sedangkan Carol mengenakan kaos tidur yang panjang hingga ke dengkul. Dari balik bajunya terlihat ia tidak memakai BH.

“Wah, kalian abis pesta pora nih” kata Henri sambil tertawa melihat saya yang telanjang dan Rudi yang juga telanjang tapi tidak sadarkan diri.
“Kamu juga nih abis pesta dengan Carol” kata saya. Carol pun ikut tertawa. Mata Carol terus tertuju pada tongkolku yang sudah berdiri.
“Mana Dewi?” tanya Henri.
“Di kamar mandi” jawabku.

Henri mengetuk pintu kamar mandi lalu masuk kedalam. Terdengar suara Dewi dan Henri tertawa-tawa kemudian hening.

“Kelihatannya mereka sudah mulai” kata saya kepada Carol.

Carol menghampiri diriku lalu mencium bibirku. Saya langsung membalasnya dan kita saling berpagutan. Tanganku mulai mengangkat kaos yang dipakai Carol dan membukanya. Kemudian saya melihat tubuh Carol yang telanjang bulat. Payudaranya besar sekali, ukuran 36C. Tubuhnya yang ramping terlihat indah dan bulu kemaluannya hanya disisakan sedikit didaerah vaginanya.

Dengan gemas, saya menghisap payudaranya sambil jongkok didepan Carol. Carol meremas kepalaku menahan gairah. Lalu ciumanku turun ke perut Carol dan ke vaginanya. Carol mengangkat satu kakinya sehingga dengan mudah saya menjilat vaginanya. Tercium bau sabun di daerah vagina Carol. Syukurlah Carol masih sempat membersihkan dirinya setelah bersetubuh dengan Henri. Saya membuka bibir vagina Carol dan menyedot vaginanya. Carol mengerang dengan penuh nikmat.

Puas melahap vaginanya, saya mengangkat tubuh Carol. Kaki Carol melingkar dipinggangku dan saya memasukkan tongkolku ke vaginanya. Dalam posisi menggendong, saya menyandarkan punggung Carol ke dinding lalu saya mulai menggenjot Carol. Payudara Carol yang besar meliuk ke kiri dan kanan mengikuti irama goyangan. Tak henti-hentinya saya mencium bibirnya yang merah dan mungil. Benar-benar gemas aku dibuatnya.

Dari dalam kamar mandi, terdengar suara Dewi yang melenguh. Carol pun ikut melenguh tiap kali tongkol saya menghunjam ke vaginanya. Posisi ini hanya bertahan beberapa menit karena cukup berat menggendong Carol sambil menyetubuhinya. Saya duduk di kursi dan Carol duduk dipangkuanku menghadap saya. Vagina Carol terasa mendenyut-denyut di ujung kepala tongkolku.

Dengan enerjik, Carol menggoyang pinggulnya naik turun sambil merangkul kepalaku. Saya menghisap payudaranya yang besar sambil menggigit putingnya. Tangan kananku meraih ke anusnya dan saya memasukkan jari telunjukku ke anusnya. Tampaknya ini membuat Carol semakin liar. Carol terus menerus menghujamkan tongkolku sampai ia mencapai orgasme. Di saat yang sama saya pun ejakulasi. Carol duduk terkulai lemas dipangkuanku. Saya menggendong Carol ketempat tidur lalu kita berdua tertidur sambil berpelukan.

Sabtu

Telepon berbunyi jam 6:30. Saya memang meminta ke operator untuk dibangunkan jam 6:30 karena hari ini akan ada tur. Saya melihat Carol masih tidur telanjang bulat dalam pelukan saya. Dewi dan Henri tidur dikarpet beralaskan comforter tempat tidur. Mereka pun masih telanjang bulat. Rudi masih tidur dalam posisi sama. Saya membangunkan mereka semua untuk siap-siap pergi tur. Berhubung Dewi, Carol dan Henri belum pernah ke Bali, maka mereka dengan semangat langsung kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap. Jam 8:00, kami berempat sudah di restaurant untuk sarapan. Rudi tidak ikut karena kepalanya masih sakit.

Tur menggunakan 2 buah bis. Tujuan pertama adalah ke Tanah Lot, lalu ke Ubud, Kintamani lalu menonton pertujukkan Kecak. Saat sedang menonton tari Kecak, saya menerima SMS dari Rudi

“Gue lagi di Kuta nih. Kenalan sama cewek bule. Cuantik banget. Sekarang lagi di kamar hotel si cewek di Kuta. Have fun ya di tur karena gue juga sedang having fun”

Saya tertawa melihatnya. Tur berjalan dengan menyenangkan. Saya memfoto banyak obyek yang menarik. Tak lupa saya memfoto Dewi dan Carol sebagai modelku. Jam 18:00, tur akhirnya tiba kembali di hotel. Semua peserta terlihat senang dan puas.

Di lobby hotel, Henri buru-buru naik taksi karena ia mau ke Legian untuk beli beberapa cinderamata yang tidak sempat dia beli. Dia menawarkan ke kita untuk ikut tapi kita semua capek. Akhirnya Henri pergi sendiri naik taksi ke Legian.

“Mau ngapain nih malam ini? Malam terakhir” tanya saya.
“Saya capek banget, pengen bubble bath” kata Carol.
“Saya juga, enak nih kalau berendam air hangat” kata Dewi.
“Kita bertiga berendam aja yuk” saya menawarkan dengan semangat. Dewi dan Carol tertawa lalu kita menuju ke kamar Carol.

Kamar Carol walaupun single bed tetapi kamarnya sedikit lebih besar karena terletak di ujung gang. Bath tub diisi air hangat oleh Carol dan dituang sabun bubble. Kita bertiga lalu membuka baju dan berendam ke bath tub. Ukuran bath tubnya terlalu pas untuk kita bertiga apalagi tubuh saya yang tinggi. Carol duduk dipangkuan saya sementara saya berselonjor di bath tub sedangkan Dewi duduk diujung bath tub.

tongkol saya yang berdiri sekali-sekali terlihat menyembul dari balik air. Payudara Carol pun terlihat setengah menyembul dari balik air. Dewi terlihat sedang menikmati air hangat. Ia mengikat rambutnya keatas. Kaki kanan saya menyelip ketengah kaki Dewi dan sekali-sekali saya menggelitik selangkangan Dewi dengan jempol kaki. Dewi kegelian lalu meremas biji saya. Carol tertawa-tawa melihat tingkah kita berdua.

Tangan kiri saya pun mulai meremas payudara Carol dengan gemas. Carol mulai memejamkan matanya menikmati remasan tanganku sementara tangan kanannya dengan perlahan mengocok tongkolku. Gairah saya kembali bangkit, saya menarik Carol keatas dan medudukkannya diujung bath tub. Saya membuka kakinya dan mulai menjilat vaginanya. Saya dalam posisi nungging didepan Dewi.

Dewi kemudian menyelinapkan tangannya dari antara kakiku dan meremas tongkolku. Wah nikmat sekali rasanya merasakan tangan Dewi yang mengocok tongkolku sambil menjilat vagina Carol. Tiba-tiba kenikmatan saya semakin bertambah saat Dewi membuka lipatan pantatku danmenjilat anusku, gairahku terasa meningkat dengan pesat dan saya serasa seperti terbang di awang-awang. Masih dalam posisi menungging, saya terus menjilat vagina dan anus Carol, Carol menikmati itu semua sambil meremas payudaranya.

“Balik dong badannya” kata Dewi.

Saya membalikkan tubuhku sehingga saya kembali berselonjoran di bath tub, Dewi membungkukkan tubuhnya dan mulai menghisap tongkolku. Carol mengangkang didepan mukaku dan menyodorkan vaginanya ke mulutku. Langsung kembali saya jilat vaginanya. Posisi ini berlangsung sekitar 5 menit. Dewi kemudian mengangkang dipinggulku lalu memasukkan tongkolku ke vaginanya.

Air dan buih meluap keluar bath tub saat Dewi mulai mengocok tongkolku dalam vaginanya. Carol pun memerosotkan tubuhnya sehingga ia duduk diatas perutku dan saya bisa mencium payudaranya. Tangan Dewi meraih ke punggung Carol lalu memijit punggung Carol. Carol tersenyum saat dipijit Dewi. Kemudian dengan nakalnya tangan Dewi menyusuri punggung dan pantat Carol lalu menyelinapkan tangannya ke vagina Carol. Carol buru-buru mengangkat pantatnya dan berkata

“Aduh maaf Dewi, tapi saya belum pernah bercinta dengan wanita” kata Carol.
“Just go with the flow, jangan dilawan” kata Dewi.

Saya mendudukkan kembali Carol di perutku lalu kembali mencium payudaranya. Mata Carol terpejam dengan erat saat tangan Dewi mulai masuk ke selangkangannya dan memainkan klitorisnya. Carol menggigit bibirnya tiap kali jari Dewi menyentuh vaginanya. Tak lama tangan Dewi tidak lagi berada di vagina Carol karena Dewi sendiri sudah semakin liar menggoyang pinggulnya. Carol rebahan di sampingku lalu memeluk tubuhku sambil menyaksikan Dewi yang bagaikan kuda liar beraksi diatas tongkolku. Beberapa menit kemudian saya ejakulasi bersamaan dengan Dewi. Setelah seluruh peju saya keluar dalam vagina Dewi, Dewi keluar dari bath tub lalu membersihkan vaginanya kemudian kembali masuk ke bath tub.

Carol belum mendapat giliran. Saya meminta Carol keluar dari bath tub lalu nungging dengan bersandar pada wastafel. Payudara Carol yang besar terlihat menggelantung dengan indah. Saya berdiri dibelakang Carol lalu mulai menyetubuhinya. Carol mendesah-desah dengan penuh nikmat saat kontoku keluar masuk vaginanya. Dewi ikut keluar dari bath tub lalu jongkok dibawah Carol. Ia meraih payudara Carol dam mulai meremasnya. Mulut Carol terbuka lebar menikmati kocokan dari tongkol dan remasan dari Dewi.

Tubuh kami bertiga yang basah dan penuh sabun membuat suasana menjadi tambah erotis. Dengan rakus, Dewi melahap kedua buah dada Carol dan kelihatannya Carol sudah mulai terbuka dengan Dewi. Ia membalas dengan membelai-belai kepala Dewi. Karena pegal dengan posisi ini, saya minta mengubah posisi. Saya menarik Carol dan Dewi keluar dari kamar mandi. Carol saya dudukkan ditepi tempat tidur. Kakinya saya buka lebar dan kembali tongkolku menghunjam ke vaginanya. Dewi tak kalah asyik, ia berbaring di sebelah Carol dan perlahan mulai mencium bibir Carol. Carol tidak beraksi dan membiarkan Dewi mencium bibir sambil meremas payudaranya.

Beberapa menit berlalu dan Carol mulai membalas ciuman Dewi. Keduanya saling berpagutan dan french kiss. Dewi lalu berlutut diatas muka Carol dan menyodorkan vaginanya ke Carol. Carol meremas pantat Dewi dan mulai menjilat vagina Dewi. Nafas Dewi terdengar memburu menahan nafsu. Pemandangan indah ini membuat saya semakin bergairah sehingga saya ejakulasi. Carol rupanya telah orgasme berkali-kali saat disetubuhi di kamar mandi dan ketika sedang menjilat vagina Dewi.

*****

Malam itu, saya, Carol dan Dewi kembali bersetubuh. Kami sempat beristirahat sebentar dan kembali bersetubuh ketika Henri dan Rudi sudah kembali. Malam di Bali yang sungguh indah. Hari Minggu, kami semuanya terpaksa berpisah dan kembali ke tempat masing-masing.