Cerita berikut ini sedikit mengikuti cerita panas terdahulu jadi mohon maaf sebelumnya
Tantri & Chua dari kelompok band kotak dan bukan mereka saja mereka juga mengajak patner mereka citra idol salh satu pendatang baru jebolan indonesian idol.mereka sedang berlibur di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Mereka ingin sekali pergi dari hiruk pikuk kota Jakarta, dan juga memanfaatkan waktu kosong selama tiga bulan karena sepinya panggilan untuk show. Akan tetapi ternyata liburan itu berubah menjadi sebuah mimpi bagi mereka bertiga.
Mereka sedang beristirahat di pondok, setelah sehari penuh berlari-lari dan bersenang-senang di pantai, ketika terdengar ketukan di pintu. Citra membuka pintu. Dan dengan segera tiga orang polisi masuk ke pondok itu. Ketiga gadis itu tidak mempunyai kesempatan bertanya apa yang terjadi karena dengan segera tangan mereka diborgol dan mereka digiring ke mobil tahanan yang menunggu di luar. Ketiga polisi itu juga mengemasi semua pakaian ketiga gadis itu dan membawanya pergi sehingga tidak ada tanda-tanda seseorang pernah tinggal di pondok itu. Kemudian mereka dibawa ke sebuah markas polisi. Setelah sampai mereka digiring ke ruang interogasi di bawah tanah. Ketiga gadis itu ditubuh menggunakan exctasy selama mereka berlibur di pulau itu. Mereka memprotes tuduhan itu tapi polisi itu tidak peduli atas sanggahan Citra,Chua dan Tantri. Ketiga gadis itu ditanyai secara bersamaan pada awal pemeriksaan. Mereka sangat ketakutan, tapi karena tuduhan itu sama sekali tidak benar, mereka sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari para polisi itu. Dua dari polisi tersebut yang satu berbadan besar dan hitam, sedang yang satu lagi berkepala botak. Kemudian Citra ditarik berdiri untuk digeledah. Sedangkan Chua dan Tantri masih terborgol dan duduk di atas kursi melihat penggeledahan tersebut.
Polisi yang berkulit hitam berdiri di belakang Citra dan memegangi bahunya. Tangan Citra masih terborgol ke belakang. Lalu mulai menggeledah seluruh tubuh Citra, mulai dari dada, pinggang kemudian turun ke paha dan kakinya. Ketika ia tidak menemukan apapun ia mengangguk kepada polisi yang berkepala botak dan melanjutkan pencarian secara lebih seksama. Polisi yang berkepala botak itu mendekat dan mulai melepaskan kancing baju Citra. Citra ketakutan dan mulai berteriak dan meronta-ronta. Ia menutup mulut dengan tangannya dan menyuruhnya untuk diam.
Citra terus berteriak, ia kemudian menjepit hidung Citra dan menutup mulut Citra. Citra mulai kehabisan nafas dan terus meronta-ronta. Polisi yang berkulit hitam itu menyuruhnya untuk diam. Temannya yang berkepala botak melepaskan tangannya dan berkata "Diam, atau kamu mati!" Citra tidak dapat berbuat apa-apa selain mematuhi perintah itu.
Polisi yang berkepala botak melanjutkan menelanjangi Citra. Ia melepaskan kancing baju Citra dan melepaskannya hingga bagian depan tubuh Citra terbuka. Kedua polisi itu sejenak memandangi buah dada Citra yang tertutup oleh BH putih berenda. Polisi yang berkulit hitam meraba toket Citra yang masih tertutup BH itu. Kemudian ia mulai melepaskan kancing dan restleting jeans Citra. Jenas itu dengan segera dapat ditarik turun. Ia menarik sepatu Citra dan kemudian melepaskan jeans dan kaki Citra. Selangkangan Citra juga tertutup oleh celana dalam putih yang dihiasi oleh renda kecil, ia dengan tidak sabar langsung menarik celana dalam itu membuat memek Citra terlihat. Jembut memek Citra yang ditumbuhi bulu bulu halus menutupi bukit memek yang tampak sempit itu. Keduanya memperhatikan memek itu selama beberapa saat tapi tanpa menyentuhnya.
Karena tangan Citra masih terborgol ke belakang, baju dan BH Citra tidak bisa dilepaskan. Polisi yang berkepala botak mengambil kunci borgol dan melepaskan borgol itu dari tangan Citra. Kemudian baju dan BH Citra segera dilucuti dari tubuh Citra. Itu membuat buah dada Citra yang bulat sedang terpampang dengan jelas di hadapan kedua polisi itu dihiasi pentilnya yang berwarna kemerahan. Citra sekarang berdiri telanjang bulat ditengah ruangan dihadapan polisi itu. Kedua polisi itu seakan-akan lupa dengan tugas penggeladahannya dan mulai merabai tubuh Citra. Ketika Citra mulai meronta, yang berwajah hitam memukul buah dada Citra dengan tangannya keras-keras. Jerit kesakitan Citra segera diredam oleh tangan yang berkepala botak yang menutup mulutnya. Citra diperingati untuk tetap diam dan tidak bersuara. Citra denga putus asa diam ketika tubuhnya diraba-raba oleh tangan kedua polisi tadi. Sementara Chua dan Tantri melihat semua yang terjadi dan ketakutan menyadari mereka akan mendapat perlakuan yang sama.
Citra yang kadang masih meronta, membuat kedua polisi tersebut sadar tujuan mereka menelanjangi Citra. Mereka segera mulai menggeledah tubuh Citra secara seksama. Rambut Citra diperiksa diikuti dengan mulut kemudian kulitnya. Kemudian Citra dibaringkan di atas sebuah meja dan dipaksa untuk menangkat kakinya hingga menempel ke dadanya, membuat memek itu terlihat dengan sangat jelas ke atas. Tampak liang memek yang dikelilingi bulu bulu halus itu menganga berwarna kemerahan. Yang hitam memasukan jari tengahnya ke dalam memek Citra dan mulai mencari-cari dengan jarinya itu. Citra merasa sangat kesakitan, dan malu mendapati seseorang memasukan jarinya ke dalam alat kelaminya.
Ketika tidak juga ditemukan sesuatu, kedua polisi tadi memutuskan untuk memeriksa anus Citra. Citra ditarik berdiri dan diperintahkan untuk membungkuk berpegangan pada meja tadi. Yang hitam membuka kaki Citra dan berjongkok di belakang Citra. Kemudian ia mendorong jari tengahnya masuk ke dalam liang anus Citra. Citra mulai menjerit kesakitan lagi, tapi yang berkepala botak mendekatinya dan mengancamnya akan memukuli Citrajika ia terus berteriak. Citra dipaksa untuk merasakan anusnya diperiksa secara brutal oleh si hitam tanpa mengeluarkan suara. Chua dan Tantri dapat mendengar nafas Citra tersentak dan tubuh Citra mengejang setiap kali jari si hitam berputar-putar di dalam anus Citra.
Setelah mereka selesai memeriksa tubuh Citra, dengan tangan kembali terborgol ke belakang dan telanjang bulat, Citra dibawa mendekati Chua dan Tantri. Citra didudukan di atas kursi sementara kedua polisi tadi membawa Chua ke tengah ruangan. Proses pencarian pada Chua sama dengan yang dilakukan pada Citra, tapi Chua ditemukan membawa beberapa obat-obatan untuk dirinya. Ketika polisi menemukan itu, si hitam langsung segera menelanjangi Chua kembali memeriksa tubuh Chua secara seksama. Tubuh Chua yang putih mulus itu tampak sangat terawat dengan baik dengan susunya yang juga berukuran sedang dihiasi dengan puting susunya yang berwarna merah kecoklatan, sementara memeknya tampak juga ditumbuhi dengan jembut jembut yang tipis , sungguh pemandangan yang sangat merangsang bagi kedua polisi itu maupun bagi siapapun yang melihatnya. Kedua polisi itu secara bergantian memasukan jari mereka ke lubang dan anus Chua. Setelah mereka selesai air mata sudah meleleh di seluruh wajah Chua.
Selanjutnya Tantri mendapat giliran untuk diperiksa. Dan tetap tidak ditemukan sesuatu. Kedua polisi itu juga memeriksa memek dan pantat Tantri dengan jarinya. Rontaan Tantri hanya membuat mereka semakin brutal memeriksa memek dan anusnya. Si hitam memasukan jari tengah dan telunjuknya ke dalam memek Tantri, kemudian menekuknya dan memutarnya sehingga ia bisa memeriksa seluruh bagian dalam dari memek Tantri. Kemudian setelah mereka selesai mereka mulai menanyai ketiga gadis itu yang masih duduk terborgol, telanjang bulat.
Karena obat yang ditemukan pada dirinya kedua polisi itu mulai menanyai Chua. Ketiga gadis itu digiring masuk ke ruangan kedua. Ketika masuk terlihat bahwa ruangan itu kedap suara. Borgol pada tangan Citra dan Tantri diikatkan pada rantai di dinding ruangan itu sehingga terikat di atas kepala mereka. Sedangkan Chua dibawa di tengah ruangan. Tangan dan kaki Chua diikat, pertama kedua tangannya ditarik oleh tali itu hingga tubuh Chua terangkat dari lantai dengan hanya bergantung pada tangannya. Kemudian kaki Chua dikat dan ditarik hingga terbuka dan kedua talinya diikat ke gelang besi di lantai.
Sekarang Chua tergantung tanpa menyentuh lantai menyerupai huruf X, seluruh berat badan Chua bergantung pada tangan Chua yang terikat ke atas.
Kedua polisi itu mulai menanyai Chua mengenai obat yang dibawanya. Chua berusaha keras menjelaskan itu adalah obat yang diberikan dokter pada dirinya dan bukan obat terlarang. Keterangan itu hanya membuat polisi itu semakin marah. Hitam mendekati lemari yang ada di ruangan itu dan kembali dengan membawa sebuah pecut. Pecutannya yang pertama tepat mendarat di puting susu Chua. Sunyi sejenak selama Chua berusaha menghirup udara, sebelum akhirnya sebuah jerit kesakitan terdengar dari mulutnya. Chua merasa puting susunya serasa terbakar. Pecutan kembali datang dan jeritan Chua kembali membahana ke seluruh ruangan. Kedua polisi itu menyiksa Chua dengan sekuat tenaga, tanpa peduli dengan aturan dalam menanyai seorang tersangka. Dua pecutan kembali diarahkan ke kedua puting susu Chua. Kemudian si hitam berhenti sejenak menunggu hingga Chua dapat mengumpulkan tenaga untuk berbicara lagi.
Chua memohon pada mereka untuk berhenti menyiksanya, tapi mereka tetap terus menanyai Chua tentang obat yang ia punyai dan hubungannya dengan para pengedar exctasy. Botak kemudian berbalik menuju lemari, dan kembali dengan mendorong sebuah unit yang mirip dengan mesin las yang biasa dibawa oleh tukang las keliling. Unit itu disambungkan dengan saluran listrik di dinding. Si botak kemudian mengambil dua buah sambungan dari mesin itu dan mendekati Chua. Di ujung sambungan itu terdapat jepitan buaya berukuran besar yang biasa digunakan untuk mengisi sebuah aki. Si botak kemudian memilin dan memijat puting susu Chua hingga perlahan tapi pasti puting susu Chua mengeras dan mengacung, yang dengan segera dijepit oleh jepitan buaya tadi. Kembali Chua menjerit-jerit kesakitan. Si botak kembali mengulangi itu pada puting susu Chua yang lain. Chua hanya bisa menjerit-jerit ketika rasa sakit menyerang kedua puting susunya sekaligus.
Mesin yang terletak dihadapan Chua mempunyai tombol putar yang berguna untuk mengatur besar arus listrik yang mengalir ke kabel yang tersambung ke jepitan buaya tadi. Chua melihat dengan mata ketakutan melihat si botak meletakan tangannya di atas tombol putar tadi. Si botak memutar tombol itu sedikit dan jarum penunjuk tampak melompat sedikit. Chua dapat merasakan getaran di kedua puting susunya. Kembali si botak menanyai Chua tentang obat-obatan tadi. Dan ketika jawaban Chua tidak memuaskan dirinya, si botak memutar tombol tadi lebih jauh.Chua kembali menjerit kesakitan ketika getaran di puting susunya berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan dan terus menyebar hingga menyakiti seluruh buah dadanya. Akhirnya rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuhnya yang terkejang-kejang. Itu berlangsung selama beberapa menit, dan setiap kali si botak memutar tombol itu lebih jauh lagi setelah berhenti untuk beberapa detik. Dan setiap kali rasa sakit yang terasa membuat Chua menjerit semakin keras. Kemudian si botak melepaskan salah satu jepitan buaya tadi dari puting susu Chua dan menjepitkannya ke itil Chua yang berwarna merah. Chua sangat berharap ia bisa pingsan saat itu juga tapi tidak berhasil, dan ia harus merasakan rasa sakit yang kali ini menyerang puting susu dan itilnya sekaligus.
Chua masih tetap tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan pada si botak. Dan ia hampir tidak bisa menahan rasa sakit karena aliran listrik yang dialirkan ke seluruh tubunya. Tetapi tetap saja kedua polisi tadi terus menyiksanya. Kaki Chua terbuka lebar membuat lubang memek itu terbuka terlihat jelas dengan tubuhnya yang tergantung. Si botak kemudian melepaskan jepitan buaya itu dari puting susu dan itil Chua. Dan mengambil sebuah ******* ******an yang terbuat dari logam. Panjangnya sekitar 30 senti dengan diameter sekitar 5 senti. Si botak kemudian menyambungkan kabel yang tadi tersambung ke jepitan buaya tadi, ke pangkal ****** ******an tadi. Si botak kemudian mendekati Chua. Ia mengacungkan ****** ******an tadi di wajah Chua sambil mengulangi pertanyaannya soal obat tadi. Chua sangat ingin menjawab pertanyaan itu, tapi ia sama sekali tidak tahu menahu soal obat-obatan terlarang yang selalu ditanyakan. Si botak kemudian menyalakan mesin tadi. Si botak memegang ****** ******an tadi pada pangkalnya yang dilapisi oleh karet dan plastik keras. Dan ujung ****** ******an tadi didekatkan pada memek Chua.
Si botak menyeringai ketika ia menempelkan ujung ****** ******an itu pada itil Chua. Dan arus listrik kembali mengalir dari ****** ******an tadi ke itil Chua. Tubuh Chua kembali mengejang kesakitan ketika aliran listrik kembali mengalir ke seluruh tubuhnya. Chua kembali menjerit kesakitan. Si botak kemudian mengarahkan ujung ****** ******an tadi ke bibir memek Chua dan memasukannya ke dalam memek Chua.
Rasa sakit karena aliran listrik tadi dan masuknya ****** ******an besar tadi yang membuka liang memek dan merobek selaput daranya dengan brutal, membuat Chua tidak bisa lagi bertahan, setelah dua puluh detik Chua jatuh lemas dan pingsan.
Si botak terus menggerakan ****** ******an tadi keluar masuk ke memek Chua selama sepuluh detik lagi. Kemudian ia menarik ****** ******an itu keluar dan mematikan mesin tadi. Setalah ****** ******an itu lepas dari lubang memek Chua tampaklah lendir kental dan berwarna putih bening yang cukup banyak mengalir dari dalam memek itu bercampur dengan darah keperawanan Chua. Ia membiarkan Chua yang tak sadarkan diri tetap tergantung dan berbalik mendekati Citra dan Tantri. Kedua gadis itu melihat semua penyiksaan pada diri Chua dengan penuh ketakutan. Mereka sangat ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi pada diri mereka selanjutnya.
Kedua polisi itu sudah menyadari ketiga gadis itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengedar obat terlarang tapi mereka memutuskan untuk tetap menanyai Citra dan Tantri. Giliran selanjutnya adalah Citra. Citra dibawa ke tengah ruangan tepat disebelah Chua dan diikat dengan cara yang sama dengan Chua. Tapi tangan dan kakinya tidak terlalu ditarik hingga Citra bisa berdiri di atas kedua kakinya di lantai. Dan Citra kembali ditanyai, dan jawaban yang di dapat tetap tidak memuaskan.
Si hitam mengambil sebuah kuda-kuda dari lemari. Kemudian ia memasang ****** ******an logam tadi pada kuda-kuda tadi hingga berdiri tegak dengan ujung menghadap ke atas. Si hitam kemudian mendorong kuda-kuda tadi hingga terletak diantara kedua kaki Citra yang terbuka. Si hitam kemudian merendahkan kuda kuda tadi untuk kemudian memasukan ****** ******an tadi ke dalam memekCitra. Mesin tadi masih belum dinyalakan sehingga ****** ******an tadi tidak dialiri oleh listrik. Ketika kuda kuda tadi telah mencapai tingginya, ****** ******an tadi telah masuk sekitar 20 senti ke memek Citra. Citra dengan kesakitan berusaha berjingkat untuk mengurangi rasa nyeri di selangkangannya.
Si botak kemudian mengambil sepasang jepitan dan menjepitkannya ke kedua puting susu Citra. Jepitan itu mempunyai desain khusus, sehingga setiap kali kabel yang ada diujungnya ditarik, jepitan itu akan semakin menjepit dengan gigi giginya yang tajam. Citra menjerit kesakitan ketika kedua puting susunya dijepit oleh jepitan tadi. Si botak kemudian memasukan kabel yang ada diujung jepitan itu pada gelang besi yang ada di langit langit hingga sekarang setiap kali kabel itu ditarik Citra akan menjerit kesakitan karena gigi jepitan itu menancap makin dalam di puting susunya. Dan kedua polisi tadi mulai penyiksaan pada Citra. Si hitam memulai dengan menanyai Citra. Dan setiap kali jawaban Citra tidak memuaskan, sebuah pemberat digantungkan pada ujung kabel tadi. Dengan pemberat tadi kabel itu langsung tertarik dan menyebabkan jepitan tadi makin menancap ke puting susu Citra. Dengan segera puting susu dan buah dada Citra tertarik oleh pemberat yang terus ditambah di ujung kabel tadi. Citra berusaha bergerak maju untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan, tapi kuda kuda dan ****** ******an yang dimasukan dalam memeknya membuat ia tidak bisa bergerak. Setiap pemberat ditambah semakin keras Citra menjerit-jerit minta ampun. Jeritan Citra makin lama makin keras, karena Citra merasa puting susunya seakan telah dijepit hampir putus oleh jepitan tadi.
Akhirnya, si hitam mendekati mesin listrik tadi dan mulai menyalakannya. Tubuh Citra melonjak ketika aliran listrik tiba-tiba mengalir, membuat tubuhnya menarik jepitan itu mundur dan membuat puting susunya makin sakit. Setiap lima detik sekali sebuah kejutan listrik mengalir melalui ****** ******an tadi. Dan si botak terus menambah pemberat di ujung kabel jepitan tadi. Si hitam terus menanyai Citra, tapi Citra terlalu kesakitan untuk bisa menjawab setiap pertanyaan. Citra hanya bisa menagis dan menjerit-jerit, berteriak minta ampun setiap kali kejutan listrik itu mengaliri tubuhnya. Kedua polisi tadi akhirnya memutuskan bahwa Citra tidak bisa memberikan keterangan apapun. Aliran listrik tadi mulai dilemahkan kekuatannya hingga tidak sekuat tadi, tapi Citra tetap dibiarkan tergantung pada posisi seperti semula, sementara kedua polisi itu mendekati Tantri untuk mulai menanyainya.
Chua masih tergantung tak sadarkan diri, sementara Citra dengan kaki terbuka, dan ****** ******an logam dengan aliran listrik dimasukan dalam memeknya, dan Tantri mulai dipersiapkan untuk mulai ditanyai. Kedua polisi tadi menurunkan Chua dan memborgolnya untuk kemudian menggantungkan borgol tadi pada gelang besi di dinding dan kakinya yang tergantung diikat pada gelang besi di lantai. Borgol di tangan Tantri dilepaskan dan Tantri digiring ke tengah ruangan tepat di tempat Chua tergantung tadi. Tantri diperintahkan untuk berbaring terlentang. Kemudian kedua pergelangan kakinya diikat dengan tali yang tergantung pada gelang di langit-langit. Kemudian tali-tali itu ditarik, menyebabkan Tantri tergantung dengan kepala di bawah, dan kakinya di atas terbuka lebar. Kepala Tantri tergantung sekitar 15 senti dari lantai, dan kedua tangannya diikatkan pada gelang besi yang ada di lantai.
Si hitam mulai menanyai Tantri, masih tentang pengedar obat terlarang. Si hitam menyadari Tantri juga tidak akan bisa memberinya informasi, tapi ia dan si botak akan tetap menanyainya untuk memuaskan mereka.
Si botak mendekati Tantri dari belakang. Dengan posisi tergantung terbalik dan kaki terbuka lebar, memek Tantri terlihat jelas oleh si botak. Kemudian ia mengambil pentung polisi yang dibawanya dan memasukkanya ke dalam memek Tantri. Tantri menjerit-jerit kesakitan, berteriak memohon si botak berhenti menyakiti dirinya, tapi si botak tidak mempedulikannya. Ia malah terus menekan petungannya makin dalam ke memek Tantri. Tantri meronta-ronta menarik-narik ikatan di tangannya tanpa hasil. Ia mulai menggerakan pentungan itu keluar masuk memek Tantri, sementara si hitam melihatnya sambil tertawa senang. Si botak akhirnya menarik pentungan itu keluar dan memasukan jarinya ke dalam memek Tantri untuk memeriksa apakah memek Tantri sudah mengeluarkan cairan.
Si botak melihat selain cairan lendir birahi menempel pada jarinya, darah perawan Tantri terlihat melumuri jarinya. Si hitam masih terus menanyai Tantri tanpa bisa dijawab oleh Tantri. Ia kemudian mengambil sebuah pecut. Pegangan pecut tadi adalah sebuah ****** ******an dan pecut itu terdiri dari sepuluh jalinan sekaligus dengan panjang sekitar 40 senti. Si hitam memperlihatkan pecut itu pada Tantri, dan Tantri kembali menjerit-jerit minta ampun. Ia hanya tersenyum dan kembali menanyainya. Ketika Tantri masih tidak bisa menjawab, Ia mendekati Tantri dan mengayunkan pecutnya ke selangkangan Tantri. Sepuluh jalinan pecut tadi tepat mendarat di memek Tantri, berlanjut ke perutnya. Rasa sakit yang ditimbulkan membuat Tantri tersentak dan tidak bisa bernafas selama beberapa detik. Selanjutnya jerit kesakitan Tantri terdengar melengking. Ia terus mengayunkan pecutnya ke selangkangan Tantri. Sebelum akhirnya ia berhenti sejenak beristirahat. Sedangkan Tantri terus menjerit-jerit ketika rasa sakit di memeknya terus menyegat menyakiti seluruh tubuhnya. Ketika jeritan Tantri berhenti, kembali ia mengajukan pertanyaan. Ketika masih tidak bisa dijawab oleh Tantri, empat ayunan pecut kembali diayukan ke selangkangan. Tantri. Jeritan Tantri kembali terdengar. Tantri tak berdaya melindungi dirinya. Dan ia tidak bisa menjawab pertanyaan si hitam untuk bisa menghentikan ia terus memecuti dirinya. Tantri masih terus dipecut untuk beberapa menit kemudian.
Akhirnya kedua polisi tadi berhenti dan menjauhi Tantri sambil berdiskusi. Mereka berbisik dan menunjuk nunjuk ketiga gadis itu, kadang tertawa senang, sampai akhirnya mencapai sebuah keputusan. Si botak mengambil sebuah botol minuman keras dari lemari. Kedua polisi itu masing-masing meneguk botol itu, sebelum mereka kembali mendekati ketiga gadis itu. Tangan Tantri dilepaskan dari ikatan di lantai. Kemudian kedua pergelangan tangan Tantri diikat dengan tali yang tergantung pada langit-langit. Ketika tali-tali itu ditarik dan dikencangkan, Tantri sudah tergantung pada kaki dan tangannya. Posisi tubuh Tantri tergantung dengan bagian depan menghadap ke atas, kepalanya terdongak tergantung, dengan ketinggian tepat untuk diperkosa. Sedangkan Citra hampir kehabisan nafas, setelah sekian lama disengat oleh aliran listrik setiap lima detik sekali. Setiap kali listrik itu mneyengat rintihan terdengar dari bibir Citra yang memucat. Si hitam kemudian mematikan mesin listrik tadi, membuat tubuh Citra terjatuh lemah lunglai, membuat ****** ******an logam tadi terbenam makin dalam ke memek Citra, dan Citra mengerang kesakitan. Tubuhnya masih tergantung dengan tangan terikat ke langit langit dan kakinya masih terbuka lebar.
Kuda kuda tadi dipindahkan, ****** ******an logam juga dikeluarkan dari memek Citra. Ikatan pada kaki Citra dikendorkan, sedangkan tali pada pergelangan tangan Citra ditarik. Sekarang Citra tergantung terangkat dari lantai dengan kaki terbuka lebar dan seluruh berat badannya bergantung pada ikatan pada tangannya. Persis dengan posisi Chua pada permulaan tadi. Citra baru berusaha mengumpulkan tenaganya kembali ketika si botak mendekati dirinya. Ia kemudian menuangkan minuman keras dari botol yang dipegangnya ke dalam mulut Citra. Citra menelan cairan itu, lalu terbatuk-batuk ketika tenggorokannya terasa panas karena minuman itu.
Kemudian ikatan pada tangan Citra dilepaskan dan Citra dibantu untuk berdiri di kedua kakinya. Ia terus menuangkan minuman keras ke mulut Citra, perlahan pucat dari wajah Citra mulai menghilang. Ketika kesadaran Citra pulih seluruhnya, ia melihat Chua yang tergantung di dinding dan Tantri yang digantung pada kedua tangan dan kakinya di tengah ruangan. Kedua polisi tadi telah melepaskan seluruh pakaiannya.
Si botak kemudian mendorong tubuh Citra hingga jatuh berlutut.
Kemudian si botak mendekatkan ******nya yang masih lemas ke mulut Citra dan memerintahkannya untuk mengulum ****** itu.
Citra teringat pada sebuah film dewasa yang pernah dilihatnya bersama Chua dan Tantri, dan ia menyadari apa yang diinginkan oleh polisi itu, Citra juga terlalu takut untuk menolak perintah itu. Citra kemudian memasukan ****** itu dalam mulutnya dan mulai mengulumnya membuat ****** itu mengeras dan membesar. Si hitam berbalik mendekati Tantri. Kepala dan memek Tantri tepat tergantung setinggi pinggang si hitam. Ia kemudian mendekati kepala Tantri. Tantri berusaha mengangkat kepalanya berusaha melihat semua yang dilakukan oleh kedua polisi tadi. Si hitam menarik kepala Tantri hingga terdongak ke atas lagi dan mendekatkan ******nya pada mulut Tantri. Tantri juga menuruti kemauannya, mengulum dan menjilati ******nya, takut akan apa yang mungkin akan terjadi jika ia menolaknya.
Kedua ****** polisi tadi segera mengeras dan membesar. Keduanya sudah sangat bernafsu. Si botak yang sedang memperkosa mulut Citra sedang bersiap-siap untuk memperkosa . Karena tubuh Chua yang tergantung tinggi dari lantai, ia membutuhkan sebuah kotak untuk bisa menambah tingginya hingga ******nya bisa masuk ke memek Chua.
Tapi ternyata kotak itu terlalu tinggi hingga terpaksa ia menekuk kakinya untuk bisa mengarahkan kepala ******nya ke bibir memek Chua. Ketika ia meluruskan kakinya, penisnya terdorong masuk ke memek Chua yang terluka karena penyiksaan tadi. Chua kembali mengeluarkan jerit kesakitan. Kakinya yang terikat erat membuat ia tidak ikut terangkat ke atas ketika ****** si botak mulai masuk ke memeknya. Si botak mulai bergerak keluar masuk, membuat memek Chua yang sudah terluka bertambah sakit dan nyeri. Ia terus bergerak selama beberapa menit sebelum akhirnya mengerang dan menyemburkan pejunya ke dalam memek Chua. Si hitam sudah mulai memperkosa Tantri. Dengan tubuh tergantung demikian, ia dengan mudah dapat berdiri di antara kedua kaki Tantri dan memasukan ******nya ke dalam memek Tantri. Tali-tali yang mengikat. Tantri membuat tubuh Tantri dapat berayun ke segala arah. Si hitam berdiri tepat di depan selangkangan Tantri. Ia memasukan dua jarinya ke dalam memek Tantri dan mulai menggerakannya keluar masuk sampai cairan keluar dari memek Tantri. Ia kemudian mendekat dan memasukan ******nya ke dalam memek Tantri. Tubuh Tantri mulai berayun ke depan. Ia memegangi pinggang Tantri dan menariknya kembali ke belakang membuat ******nya terbenam makin dalam ke memek Tantri. Kemudian si hitam hanya perlu berdiri dan memegangi pinggang Tantri sambil menarik dan mendorong tubuh ke depan dan ke belakang membuat ******nya keluar masuk memek Tantri. Ia terus menikmati memek Tantri untuk beberapa saat. Sedangkan Tantri hanya bisa berteriak kesakitan setiap kali ****** yang besar menerobos masuk ke memeknya yang masih sempit. Akhirnya setelah beberapa menit si hitam mencapai orgasme, dan menyemprotkan pejunya ke memek Tantri.
Kedua polisi itu sudah puas dengan orgasme pertama mereka, dan mereka berdua bersiap untuk kembali mempermaikan ketiga gadis itu lagi. Citra, Tantri dan Chua masing-masing diberi minuman keras oleh mereka untuk menyadarkan mereka dari shock perkosaan yang baru mereka alami. Chua dan Tantri dibiarkan tergantung pada posisi mereka ketika diperkosa tadi. Si hitam mendekati lemari dan kembali dengan membawa sebuah alat kejutan listrik. Di ujung alat yang berbentuk seperti ketapel itu terdapat bulatan lugam. Jika bulatan logam itu ditempelkan pada tubuh seseorang maka tubuh orang itu akan disengat oleh aliran listrik yang kuat. Ia mendekat pada Citra dan menempelkan ujung alat itu pada pantat Citra. Kejutan listrik yang terjadi membuat tubuh Citra terlompat dan mengejang disertai jerit kesakitan Citra.
Kemudian Citra ditarik mendekat pada Chua. Citra berlutut di hadapan Chua. Kemudian ia diperintahkan untuk memasukan jarinya ke memek Chua. Citra mulanya menolak, tapi ia berubah pikiran melihat ujung alat yang dipegang oleh si hitam mendekat ke susunya. Citra mulai memasukan dua buah jarinya ke memek Chua yang baru saja diperkosa oleh si botak. Jari Citra dengan mudah masuk karena peju si botak masih terlihat mengalir keluar dari memek Chua. Si hitam kemudian memerintahkan agar Citra memasukan satu jari lagi. Tiga jari Citra masih dapat dengan mudah masuk ke memek Chua. Ketika Citra mendorong masuk keempat jarinya sekaligus, memek Chua mulai terasa sempit. Citra harus mendorong lebih keras agar jari-jarinya bisa masuk, yang mengakibatkan Chua mengerang kesakitan. Akhirnya dengan dorongan keras keemapt jari Citra bisa masuk ke memek Chua. Setelah itu si hitam akhirnya menyuruh Citra memasukan seluruh jari dan tangannya masuk ke memek Chua.
Citra menarik jarinya dari memek Chua dan menggelengkan kepalnya menolak perintah si hitam. Ujung alat si hitam menempel ke buah dada Citra. Citra berteriak kesakitan, dan tubuhnya terlempar ke lantai. Ia terus mendekati tubuh Citra. Alat itu selanjutnya menempel di selangkangan Citra. Citra kembali berteriak kesakitan. Citra kemudian merangkak mendekati Chua yang tergantung di dinding. Ketika tubuh Citra kembali disentuh oleh alat tadi, Citra memasukan seluruh jarinya ke memek Chua. Chua menjerit-jerit kesakitan. Citra berusaha keras agar dirinya tidak disakiti lagi oleh si hitam, berusaha memasukan tangannya ke memek Chua yang makin lama menjerit makin keras dan memilukan. Citra terus berusaha mendorong kelima jarinya masuk ke memek Chua, perlahan berusaha mengurangai rasa sakit yang diderita oleh Chua. Tapi tangan Citra adalah benda terbesar yang pernah berusaha masuk ke memek Chua. Dan ketika bibir memek Chua melebar berusaha dimasuki oleh tangan Citra, rasa sakit yang ditimbul semakin menjadi-jadi.
Akhirnya dengan satu dorongan keras seluruh jari Citra masuk ke dalam memek Chua. Ketika pangkal ibu jari Citra masuk bersamaan dengan keempat jari Citra dan membuat bibir memek Chua membuka tambah lebar,Chua berteriak dan menronta-ronta kesakitan. Ketika seluruh telapak tangan Citra masuk, bibir memek Chua menjepit erat pergelangan tangan Citra. Citra dapat merasakan bagian dalam memek Chua berdenyut-denyut. Sedangkan Chua merasa dirinya seperti hamil merasakan tangan Citra masuk seluruhnya. Si hitam kemudian menempelkan kembali alat listrik tadi ke susu Citra. Ketika tubuh Citra terlompat kesakitan, tangan Citra tertarik dari memek Chua. Tangan Citra tertarik sebagian keluar dan tersangkut pada memek Chua. Chua kembali menjerit kesakitan. Sedangkan Citra hanya bisa menangis. Perlahan Citra berhasil menguasai dirinya dan menyadari sebagian tangannya masih ada di dalam memek Chua. Citra kemudian berusaha menarik tangannya dan setelah beberapa saat tangan itu berhasil ditariknya keluar dari memek Chua. Chua terus berteriak dan menjerit kesakitan sementara si botak dan si hitam menonton sambil tertawa senang melihat Chua meronta-ronta kesakitan. Si hitam kemudian mendekatkan alatnya pada memek Chua. Jeritan Chua, terdengar seperti binatang yang sangat kesakitan, melolong tinggi. Chua terus dibiarkan tergantung pada dinding. Sementara itu Chua sendiri masih terus menangis dan merintih kesakitan, merasakan memeknya yang bagaikan terobek oleh masuknya tangan Citra tadi.
Kedua polisi itu bersiap untuk menyiksa Citra sekarang. Pertama-tama mereka membawa Citra kembali ke tengah ruangan. Si botak kemudian mengambil sebuah benda yang membuat wajah Citra memucat ketakutan. Benda itu berupa logam sepanjang satu meter dengan dua buah ****** ******an logam dilas pada tengah-tengahnya. ****** ******an yang satu berukuran besar, sekitar 25 senti panjang dan berdiameter 10 senti. Yang satu lagi panjangnya 15 senti dan berdiameter sekitar 3 senti. Tangan Citra kembali diborgol ke belakang. Kedua puting susunya dijepit oleh jepitan yang pernah dijepitkan pada puting susunya tadi. Jepitan yang akan menjepit makin keras jika kabel yang ada diujungnya ditarik. Kembali Citra menjerit ketika puting susunya yang sekarang berwarna ungu kembali dijepit oleh jepitan buaya itu. Kemudian kabel tadi ditarik dan kemudian diikatkan pada gelang besi yang ada di langit-langit. Sekarang puting susu dan susu Citra tertarik keatas sehingga Citra berusaha berjinjit untuk mengurangi rasa sakit yang timbul. Selanjutnya batang besi tadi diletakan diantara kedua kaki Citra dengan ****** ******an yang berukuran besar di depan. Tali-tali dari langit-langit diikatkan pada kedua ujung batang logam tadi dan untuk kemudian tali itu ditarik hingga batang logam tadi terangkat ke atas, menuju ke arah memek dan pantat Citra. ****** ******an yang besar bersentuhan dengan bibir memek Citra. Si hitam mengarahkan agar ujung ****** ******an logam itu tepat di liang memek Citra. Si botak terus menraik tali yang mengikat batang tadi. ****** ******an itu mulai membuka bibir memek Citra dan menerobos masuk. Citra menjerit kesakitan ketika memeknya melebar berusaha dibuka oleh ****** ******an logam tadi yang terus masuk karena batang tadi ditarik ke atas oleh si botak. Kemudian ****** ******an yang lebih kecil mulai menempel ke liang pantat Citra. Citra menjerit ketakutan menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ketika ****** ******an kecil itu mulai menempel, tubuh Citra ikut terangkat ke atas. Liang duburnya tidak membuka untuk ****** ******an yang kecil itu. Tapi berat tubuh Citra, membuat tubuh Citra yang pada mulanya ikut terangkat perlahan turun. Dan itu menyebabkan liang pantat Citra mulai membuka perlahan dimasuki oleh ****** ******an kecil tadi. Rasa sakit yang dirasakan oleh Citra tak terkira. Citra belum pernah merasakan satu bendapun masuk ke dalam duburnya yang kecil dan sempit. Tapi sekarang liang dubur itu terbuka perlahan, diterobos oleh ****** ******an logam itu. Untuk sesaat Citra melupakan ****** ******an besar yang juga terus terbenam masuk ke memeknya karena sakit yang terasa amat sangat terdapat pada duburnya. Perlahan seluruh ****** ******an tadi terbenam seluruhnya ke memek dan pantat Citra. Tapi logam itu terus terangkat membuat tubuh Citra juga ikut terangkat dari lantai.
Dengan tangan terborgol ke belakang Citra tidak bisa menjaga keseimbangannya ketika tubuhnya terangkat dari lantai. Tubuh Citra mulai terjatuh ke depan, sampai akhirnya tertahan oleh kabel yang terikat pada jepitan di puting susu Citra. Citra menjerit-jerit ketika jepitan itu menjepit makin dalam karena tertarik oleh tubuhnya yang jatuh ke depan. Citra terus menerus menjerit sampai akhirnya tubuh Citra benar-benar terangkat dari lantai dengan tergantung pada kabel yang ada di puting susunya dan dua ****** ******an yang masuk dan mengangkat tubuhnya dari lantai. Ketika selesai, tubuh Citra tergantung sekitar satu meter dari lantai. Kedua polisi itu bergantian mendorong tubuh Citra hingga terayun-ayun membuat Citra menjerit kesakitan karena kabel jepitan yang ada di puting susunya ikut tertarik. Puting susu dan buah dada Citra tampak memerah dan kemudian berubah menjadi ungu karena terus menerus ditarik dan dijepit makin keras. Akhirnya mereka puas mendengar jerit kesakitan dari Citra. Mereka menurunkan batang logam tadi sehingga sekarang Citra bisa berdiri di atas kedua kakinya tapi kedua ****** ******an yang jepitan tadi masih ada di tempatnya masing-masing.
Penyiksaan pada diri Citra membuat nafsu pada kedua polisi itu bangkit lagi. Satu-satunya gadis yang masih tersisa adalah Tantri, yang masih tergantung terlentang pada kaki dan tangannya. Mereka berdua mendekati Tantri. Si hitam mendekati kepala Tantri sedangkan si botak berdiri di depan selangkangan Tantri. Si hitam memasukan ******nya yang masih lemas ke mulut Tantri, sementara si botak memasukan tiga jarinya ke dalam memek Tantri dan melebarkan bibir memek Tantri. Tantri meronta kesakitan, tapi ia hanya bisa berayun-ayun dalam ikatannya, sedangkan mulutnya sudah dipenuhi oleh ****** yang terus membesar dan mengeras. Ketika ****** telah mengeras seluruhnya, ia memberi tanda pada si botak dan mereka bertukar tempat.
Mereka mulai memperkosa Tantri secara bersamaan. Sebuah ****** yang lemas kembali masuk ke dalam mulutnya dan ****** si hitam yang keras dan tegang masuk ke dalam Memeknya. Kembali tubuh Tantri berayun kedepan dan belakang. Dan ketika ****** si botak telah mengeras seluruhnya ia mendorong ****** itu makin dalam ke tenggorokan. Tantri. Dalam sesaat memek dan tenggorokan Tantri mulai diperkosa oleh ****** si hitam dan si botak. Setelah beberapa menit kedua polisi itu mencapai puncak dan keduanya menyemburkan pejunya ke memek dan mulutTantri.
Ketiga gadis itu tergantung kesakitan dalam ruangan itu. Chua tergantung di dinding. Kakinya terikat pada lantai dan terbuka lebar. Tangannya terasa sakit karena terikat dan menanggung berat tubuhnya. Citra berdiri dengan tangan terborgol ke belakang. Jepitan pada puting susunya membuat Citra tidak berani bergerak sedikitpun. Dan di antara kedua kakinya terdapat batang logam dengan dua buah ****** ******an logam yang terbenam masuk ke memek dan pantatnya. Tantri terikat dan tergantung pada kedua kai dan tangannya. Memeknya teluka karena dipecuti dan dirinya baru diperkosa secara bersamaan.
Setelah beristirahat sejenak kedua polisi tadi mulai lagi membuat ketiga gadis itu saling menyiksa temannya masing-masing. Tantri diturunkan dari ikatan. Si hitam memberinya minuman keras untuk memulihkan seluruh kesadarannya. Ia kemudian menyerahkan pecut yang tadi dipergunakannya pada Tantri sendiri. Sedangkan Chua serta Citra masih terikat dan tergantung di ruangan itu. Si hitam kemudian memerintahkan Tantri agar mulai memecuti mereka, sampai mereka menyuruh Tantri berhenti. Dan jika ia tidak menuruti perintah itu, Tantri sendiri yang akan merasakan pecut itu sekali lagi. Tantri tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah itu.
Tantri mendekati tubuh Chua yang masih tergantung. Seluruh tubuh Chua terpampang dan dapat dipecuti oleh Tantri. Tantri berbisik mohon maaf ketika dirinya makin dekat dengan Chua. Dengan ragu-ragu ia mengayunkan pecutnya ke paha Chua. Chua menjerit kesakitan, tapi si hitam berteriak agar Tantri mengayunkan pecut itu lebih keras lagi. Kembali Tantri mengayunkan pecutnya ke paha Chua, yang membuat Chua menjerit lebih keras lagi. Hitam kemudian merampas pecut itu dari tangan Tantri dan menyuruh Tantri membungkukan badannya. Tantri terdiam. Si hitam mengancam akan menghukum Tantri lebih menyakitkan jika Tantri tidak menuruti perintahnya. Tantri berbalik dan membungkukan badannya. Si hitam mengayunkan pecut tadi sekuat tenaga mengarah pada pantat Tantri. Tantri menjerit dan jatuh tersungkur ke lantai, tangannya menutupi bekas merah yang timbul pada pantatnya. "Bangun!" si hitam berteriak. Tubuh Tantri tidak bertenaga untuk bangkit setelah pecutan yang sangat menyakitkan tadi. Ketika melihat Tantri tetap berbaring di lantai ia mulai mengayukan pecutnya lagi. Pecut itu mendarat di perut Tantri kemudian pada punggung Tantri. Tantri berusaha bangkit untuk menghentikan pecutan tersebut. Dan ketika ia berhasil berdiri dengan sempoyongan, ia menghentikan pecutannya.
Ia menunggu hingga Tantri membungkuk lagi. Pecutan yang datang lebih keras dari sebelumnya. Tantri berusaha bertahan dengan menggigit bibirnya agar tidak tersungkur lagi. Ia terus menjerit kesakitan tapi tetap berdiri membungkuk. Ia kemudian menyerahkan pecutnya kembali ke Tantri dan menyuruhnya agar menggunakan tenaganya.
Tantri mengambil pecut itu dan berjalan tertatih-tatih mendekati Chua. Pantatnya terasa sangat sakit dan ia tidak ingin si hitam kembali memecutnya. Tantri kemudian mengayunkan pecut pada paha Chua sekuat tenaganya. Chua kembali menjerit. Si hitam mengangguk dan melihat Tantri mengayunkan pecutnya lagi. Kembali jeritan Chua terdengar.
Ia kemudian menyuruh Tantri memecuti Chua dari depan. Tantri menangis selain karena sakit yang dirasakannya pada pantatnya, juga karena ia menyiksa sahabatnya Chua. Tantri mengayunkan pecutnya ke puting susu Chua. Chua menjerit dan mengejang. Kembali pecut itu mendarat di puting susu Chua. Selanjutnya pecut itu mengarah ke memek Chua. Jeritan Chua makin tinggi dan keras sekarang. Ia membiarkan Tantri memecuti puting susu dan memek. Chua untuk beberapa saat. Si hitam kemudian memerintahkan agar Tantri memasukan gagang pecut yang berbentuk ****** itu ke memek Chua. Tantri memandang gagang itu ketakutan, tapi si hitam mendekatinya membuat ia segera melaksanakan perintah tadi. Tantri mulai mendorong gagang pecut tadi masuk ke memek Chua. Chua mengerang kesakitan ketika dirasakannya ujung gagang itu mulai memasuki memek yang terluka tadi. Tantri perlahan berhasil memasukan sekitar 20 senti dari gagang itu ke dalam memek Chua. Sementara Chua terus merintih kesakitan.
Si hitam kemudian menyuruh Tantri menggerakan gagang pecut itu. Tantri segera menggerakan gagang pecut tadi keluar masuk memek Chua. Chua menrintih dan meronta-ronta ketika memek yang telah terluka karena tangan Citra tadi kembali digesek-gesek oleh gagang pecut yang kasar. Tantri terus menggerakan gagang tadi selama beberapa menit, sebelum si hitam menyuruhnya untuk berhenti.
Si botak kemudian mendekati Chua dan melepaskan ikatannya. Tubuh Chua langsung ambruk ke tanah. Memau-memar dan garis-garis merah terlihat di sekujur tubuh Chua. Ia kembali menuangkan minuman keras ke mulut Chua untuk menyadarkannya. Setelah beberapa saat Chua mampu berdiri di atas kakinya. Sementara itu Tantri kembali diperintahkan untuk memecuti tubuh Citra. Tantri mengayunkan pecutnya ke punggung Citra. Tubuh Citra terlonjak sehingga puting susunya makin terjepit dan membuat ia berteriak kesakitan. Tantri memecut Citra sebanyak empat kali. Perut, pantat, dan susunya mendapat pecutan dari Tantri dan Citra menangis keras ketika akhirnya Tantri berhenti.
Citra kemudian dilepaskan. Jepitan dari puting susunya dilepaskan dan kedua tangannya juga dibebaskan dari borgol. Citra berusaha mengeluarkan kedua ****** ******an tadi dari memek dan pantatnya tapi ia merasa kesakitan setiap kali ia berusaha menariknya keluar. Akhirnya si botak dan si hitam secara bersamaan menarik batang loga tadi dengan brutal. Ketika mereka menarik batang logam tadi, kedua ****** ******an itu tertarik keluar dan membuat Citra menjerit, dan terlihat darah melumuri kedua ****** ******an tadi. Citra menutupi memek dan pantatnya denga tangannya berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Sekarang ketiga gadis itu telah selesai disiksa oleh si botak dan si hitam. Kelima orang di ruangan itu semuanya telanjang bulat. Ketiga gadis itu telah dibebaskan dari semua ikatan mereka. Kedua polisi itu lalu berpakaian kembali, dan membakar pakaian ketiga gadis itu.dan akhirnya mereka akn dibiarkan bugil sampai waktu yang ditentukan oleh polisi polisi bejat itu .
Tantri & Chua dari kelompok band kotak dan bukan mereka saja mereka juga mengajak patner mereka citra idol salh satu pendatang baru jebolan indonesian idol.mereka sedang berlibur di salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Mereka ingin sekali pergi dari hiruk pikuk kota Jakarta, dan juga memanfaatkan waktu kosong selama tiga bulan karena sepinya panggilan untuk show. Akan tetapi ternyata liburan itu berubah menjadi sebuah mimpi bagi mereka bertiga.
Mereka sedang beristirahat di pondok, setelah sehari penuh berlari-lari dan bersenang-senang di pantai, ketika terdengar ketukan di pintu. Citra membuka pintu. Dan dengan segera tiga orang polisi masuk ke pondok itu. Ketiga gadis itu tidak mempunyai kesempatan bertanya apa yang terjadi karena dengan segera tangan mereka diborgol dan mereka digiring ke mobil tahanan yang menunggu di luar. Ketiga polisi itu juga mengemasi semua pakaian ketiga gadis itu dan membawanya pergi sehingga tidak ada tanda-tanda seseorang pernah tinggal di pondok itu. Kemudian mereka dibawa ke sebuah markas polisi. Setelah sampai mereka digiring ke ruang interogasi di bawah tanah. Ketiga gadis itu ditubuh menggunakan exctasy selama mereka berlibur di pulau itu. Mereka memprotes tuduhan itu tapi polisi itu tidak peduli atas sanggahan Citra,Chua dan Tantri. Ketiga gadis itu ditanyai secara bersamaan pada awal pemeriksaan. Mereka sangat ketakutan, tapi karena tuduhan itu sama sekali tidak benar, mereka sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari para polisi itu. Dua dari polisi tersebut yang satu berbadan besar dan hitam, sedang yang satu lagi berkepala botak. Kemudian Citra ditarik berdiri untuk digeledah. Sedangkan Chua dan Tantri masih terborgol dan duduk di atas kursi melihat penggeledahan tersebut.
Polisi yang berkulit hitam berdiri di belakang Citra dan memegangi bahunya. Tangan Citra masih terborgol ke belakang. Lalu mulai menggeledah seluruh tubuh Citra, mulai dari dada, pinggang kemudian turun ke paha dan kakinya. Ketika ia tidak menemukan apapun ia mengangguk kepada polisi yang berkepala botak dan melanjutkan pencarian secara lebih seksama. Polisi yang berkepala botak itu mendekat dan mulai melepaskan kancing baju Citra. Citra ketakutan dan mulai berteriak dan meronta-ronta. Ia menutup mulut dengan tangannya dan menyuruhnya untuk diam.
Citra terus berteriak, ia kemudian menjepit hidung Citra dan menutup mulut Citra. Citra mulai kehabisan nafas dan terus meronta-ronta. Polisi yang berkulit hitam itu menyuruhnya untuk diam. Temannya yang berkepala botak melepaskan tangannya dan berkata "Diam, atau kamu mati!" Citra tidak dapat berbuat apa-apa selain mematuhi perintah itu.
Polisi yang berkepala botak melanjutkan menelanjangi Citra. Ia melepaskan kancing baju Citra dan melepaskannya hingga bagian depan tubuh Citra terbuka. Kedua polisi itu sejenak memandangi buah dada Citra yang tertutup oleh BH putih berenda. Polisi yang berkulit hitam meraba toket Citra yang masih tertutup BH itu. Kemudian ia mulai melepaskan kancing dan restleting jeans Citra. Jenas itu dengan segera dapat ditarik turun. Ia menarik sepatu Citra dan kemudian melepaskan jeans dan kaki Citra. Selangkangan Citra juga tertutup oleh celana dalam putih yang dihiasi oleh renda kecil, ia dengan tidak sabar langsung menarik celana dalam itu membuat memek Citra terlihat. Jembut memek Citra yang ditumbuhi bulu bulu halus menutupi bukit memek yang tampak sempit itu. Keduanya memperhatikan memek itu selama beberapa saat tapi tanpa menyentuhnya.
Karena tangan Citra masih terborgol ke belakang, baju dan BH Citra tidak bisa dilepaskan. Polisi yang berkepala botak mengambil kunci borgol dan melepaskan borgol itu dari tangan Citra. Kemudian baju dan BH Citra segera dilucuti dari tubuh Citra. Itu membuat buah dada Citra yang bulat sedang terpampang dengan jelas di hadapan kedua polisi itu dihiasi pentilnya yang berwarna kemerahan. Citra sekarang berdiri telanjang bulat ditengah ruangan dihadapan polisi itu. Kedua polisi itu seakan-akan lupa dengan tugas penggeladahannya dan mulai merabai tubuh Citra. Ketika Citra mulai meronta, yang berwajah hitam memukul buah dada Citra dengan tangannya keras-keras. Jerit kesakitan Citra segera diredam oleh tangan yang berkepala botak yang menutup mulutnya. Citra diperingati untuk tetap diam dan tidak bersuara. Citra denga putus asa diam ketika tubuhnya diraba-raba oleh tangan kedua polisi tadi. Sementara Chua dan Tantri melihat semua yang terjadi dan ketakutan menyadari mereka akan mendapat perlakuan yang sama.
Citra yang kadang masih meronta, membuat kedua polisi tersebut sadar tujuan mereka menelanjangi Citra. Mereka segera mulai menggeledah tubuh Citra secara seksama. Rambut Citra diperiksa diikuti dengan mulut kemudian kulitnya. Kemudian Citra dibaringkan di atas sebuah meja dan dipaksa untuk menangkat kakinya hingga menempel ke dadanya, membuat memek itu terlihat dengan sangat jelas ke atas. Tampak liang memek yang dikelilingi bulu bulu halus itu menganga berwarna kemerahan. Yang hitam memasukan jari tengahnya ke dalam memek Citra dan mulai mencari-cari dengan jarinya itu. Citra merasa sangat kesakitan, dan malu mendapati seseorang memasukan jarinya ke dalam alat kelaminya.
Ketika tidak juga ditemukan sesuatu, kedua polisi tadi memutuskan untuk memeriksa anus Citra. Citra ditarik berdiri dan diperintahkan untuk membungkuk berpegangan pada meja tadi. Yang hitam membuka kaki Citra dan berjongkok di belakang Citra. Kemudian ia mendorong jari tengahnya masuk ke dalam liang anus Citra. Citra mulai menjerit kesakitan lagi, tapi yang berkepala botak mendekatinya dan mengancamnya akan memukuli Citrajika ia terus berteriak. Citra dipaksa untuk merasakan anusnya diperiksa secara brutal oleh si hitam tanpa mengeluarkan suara. Chua dan Tantri dapat mendengar nafas Citra tersentak dan tubuh Citra mengejang setiap kali jari si hitam berputar-putar di dalam anus Citra.
Setelah mereka selesai memeriksa tubuh Citra, dengan tangan kembali terborgol ke belakang dan telanjang bulat, Citra dibawa mendekati Chua dan Tantri. Citra didudukan di atas kursi sementara kedua polisi tadi membawa Chua ke tengah ruangan. Proses pencarian pada Chua sama dengan yang dilakukan pada Citra, tapi Chua ditemukan membawa beberapa obat-obatan untuk dirinya. Ketika polisi menemukan itu, si hitam langsung segera menelanjangi Chua kembali memeriksa tubuh Chua secara seksama. Tubuh Chua yang putih mulus itu tampak sangat terawat dengan baik dengan susunya yang juga berukuran sedang dihiasi dengan puting susunya yang berwarna merah kecoklatan, sementara memeknya tampak juga ditumbuhi dengan jembut jembut yang tipis , sungguh pemandangan yang sangat merangsang bagi kedua polisi itu maupun bagi siapapun yang melihatnya. Kedua polisi itu secara bergantian memasukan jari mereka ke lubang dan anus Chua. Setelah mereka selesai air mata sudah meleleh di seluruh wajah Chua.
Selanjutnya Tantri mendapat giliran untuk diperiksa. Dan tetap tidak ditemukan sesuatu. Kedua polisi itu juga memeriksa memek dan pantat Tantri dengan jarinya. Rontaan Tantri hanya membuat mereka semakin brutal memeriksa memek dan anusnya. Si hitam memasukan jari tengah dan telunjuknya ke dalam memek Tantri, kemudian menekuknya dan memutarnya sehingga ia bisa memeriksa seluruh bagian dalam dari memek Tantri. Kemudian setelah mereka selesai mereka mulai menanyai ketiga gadis itu yang masih duduk terborgol, telanjang bulat.
Karena obat yang ditemukan pada dirinya kedua polisi itu mulai menanyai Chua. Ketiga gadis itu digiring masuk ke ruangan kedua. Ketika masuk terlihat bahwa ruangan itu kedap suara. Borgol pada tangan Citra dan Tantri diikatkan pada rantai di dinding ruangan itu sehingga terikat di atas kepala mereka. Sedangkan Chua dibawa di tengah ruangan. Tangan dan kaki Chua diikat, pertama kedua tangannya ditarik oleh tali itu hingga tubuh Chua terangkat dari lantai dengan hanya bergantung pada tangannya. Kemudian kaki Chua dikat dan ditarik hingga terbuka dan kedua talinya diikat ke gelang besi di lantai.
Sekarang Chua tergantung tanpa menyentuh lantai menyerupai huruf X, seluruh berat badan Chua bergantung pada tangan Chua yang terikat ke atas.
Kedua polisi itu mulai menanyai Chua mengenai obat yang dibawanya. Chua berusaha keras menjelaskan itu adalah obat yang diberikan dokter pada dirinya dan bukan obat terlarang. Keterangan itu hanya membuat polisi itu semakin marah. Hitam mendekati lemari yang ada di ruangan itu dan kembali dengan membawa sebuah pecut. Pecutannya yang pertama tepat mendarat di puting susu Chua. Sunyi sejenak selama Chua berusaha menghirup udara, sebelum akhirnya sebuah jerit kesakitan terdengar dari mulutnya. Chua merasa puting susunya serasa terbakar. Pecutan kembali datang dan jeritan Chua kembali membahana ke seluruh ruangan. Kedua polisi itu menyiksa Chua dengan sekuat tenaga, tanpa peduli dengan aturan dalam menanyai seorang tersangka. Dua pecutan kembali diarahkan ke kedua puting susu Chua. Kemudian si hitam berhenti sejenak menunggu hingga Chua dapat mengumpulkan tenaga untuk berbicara lagi.
Chua memohon pada mereka untuk berhenti menyiksanya, tapi mereka tetap terus menanyai Chua tentang obat yang ia punyai dan hubungannya dengan para pengedar exctasy. Botak kemudian berbalik menuju lemari, dan kembali dengan mendorong sebuah unit yang mirip dengan mesin las yang biasa dibawa oleh tukang las keliling. Unit itu disambungkan dengan saluran listrik di dinding. Si botak kemudian mengambil dua buah sambungan dari mesin itu dan mendekati Chua. Di ujung sambungan itu terdapat jepitan buaya berukuran besar yang biasa digunakan untuk mengisi sebuah aki. Si botak kemudian memilin dan memijat puting susu Chua hingga perlahan tapi pasti puting susu Chua mengeras dan mengacung, yang dengan segera dijepit oleh jepitan buaya tadi. Kembali Chua menjerit-jerit kesakitan. Si botak kembali mengulangi itu pada puting susu Chua yang lain. Chua hanya bisa menjerit-jerit ketika rasa sakit menyerang kedua puting susunya sekaligus.
Mesin yang terletak dihadapan Chua mempunyai tombol putar yang berguna untuk mengatur besar arus listrik yang mengalir ke kabel yang tersambung ke jepitan buaya tadi. Chua melihat dengan mata ketakutan melihat si botak meletakan tangannya di atas tombol putar tadi. Si botak memutar tombol itu sedikit dan jarum penunjuk tampak melompat sedikit. Chua dapat merasakan getaran di kedua puting susunya. Kembali si botak menanyai Chua tentang obat-obatan tadi. Dan ketika jawaban Chua tidak memuaskan dirinya, si botak memutar tombol tadi lebih jauh.Chua kembali menjerit kesakitan ketika getaran di puting susunya berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan dan terus menyebar hingga menyakiti seluruh buah dadanya. Akhirnya rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuhnya yang terkejang-kejang. Itu berlangsung selama beberapa menit, dan setiap kali si botak memutar tombol itu lebih jauh lagi setelah berhenti untuk beberapa detik. Dan setiap kali rasa sakit yang terasa membuat Chua menjerit semakin keras. Kemudian si botak melepaskan salah satu jepitan buaya tadi dari puting susu Chua dan menjepitkannya ke itil Chua yang berwarna merah. Chua sangat berharap ia bisa pingsan saat itu juga tapi tidak berhasil, dan ia harus merasakan rasa sakit yang kali ini menyerang puting susu dan itilnya sekaligus.
Chua masih tetap tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan pada si botak. Dan ia hampir tidak bisa menahan rasa sakit karena aliran listrik yang dialirkan ke seluruh tubunya. Tetapi tetap saja kedua polisi tadi terus menyiksanya. Kaki Chua terbuka lebar membuat lubang memek itu terbuka terlihat jelas dengan tubuhnya yang tergantung. Si botak kemudian melepaskan jepitan buaya itu dari puting susu dan itil Chua. Dan mengambil sebuah ******* ******an yang terbuat dari logam. Panjangnya sekitar 30 senti dengan diameter sekitar 5 senti. Si botak kemudian menyambungkan kabel yang tadi tersambung ke jepitan buaya tadi, ke pangkal ****** ******an tadi. Si botak kemudian mendekati Chua. Ia mengacungkan ****** ******an tadi di wajah Chua sambil mengulangi pertanyaannya soal obat tadi. Chua sangat ingin menjawab pertanyaan itu, tapi ia sama sekali tidak tahu menahu soal obat-obatan terlarang yang selalu ditanyakan. Si botak kemudian menyalakan mesin tadi. Si botak memegang ****** ******an tadi pada pangkalnya yang dilapisi oleh karet dan plastik keras. Dan ujung ****** ******an tadi didekatkan pada memek Chua.
Si botak menyeringai ketika ia menempelkan ujung ****** ******an itu pada itil Chua. Dan arus listrik kembali mengalir dari ****** ******an tadi ke itil Chua. Tubuh Chua kembali mengejang kesakitan ketika aliran listrik kembali mengalir ke seluruh tubuhnya. Chua kembali menjerit kesakitan. Si botak kemudian mengarahkan ujung ****** ******an tadi ke bibir memek Chua dan memasukannya ke dalam memek Chua.
Rasa sakit karena aliran listrik tadi dan masuknya ****** ******an besar tadi yang membuka liang memek dan merobek selaput daranya dengan brutal, membuat Chua tidak bisa lagi bertahan, setelah dua puluh detik Chua jatuh lemas dan pingsan.
Si botak terus menggerakan ****** ******an tadi keluar masuk ke memek Chua selama sepuluh detik lagi. Kemudian ia menarik ****** ******an itu keluar dan mematikan mesin tadi. Setalah ****** ******an itu lepas dari lubang memek Chua tampaklah lendir kental dan berwarna putih bening yang cukup banyak mengalir dari dalam memek itu bercampur dengan darah keperawanan Chua. Ia membiarkan Chua yang tak sadarkan diri tetap tergantung dan berbalik mendekati Citra dan Tantri. Kedua gadis itu melihat semua penyiksaan pada diri Chua dengan penuh ketakutan. Mereka sangat ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi pada diri mereka selanjutnya.
Kedua polisi itu sudah menyadari ketiga gadis itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengedar obat terlarang tapi mereka memutuskan untuk tetap menanyai Citra dan Tantri. Giliran selanjutnya adalah Citra. Citra dibawa ke tengah ruangan tepat disebelah Chua dan diikat dengan cara yang sama dengan Chua. Tapi tangan dan kakinya tidak terlalu ditarik hingga Citra bisa berdiri di atas kedua kakinya di lantai. Dan Citra kembali ditanyai, dan jawaban yang di dapat tetap tidak memuaskan.
Si hitam mengambil sebuah kuda-kuda dari lemari. Kemudian ia memasang ****** ******an logam tadi pada kuda-kuda tadi hingga berdiri tegak dengan ujung menghadap ke atas. Si hitam kemudian mendorong kuda-kuda tadi hingga terletak diantara kedua kaki Citra yang terbuka. Si hitam kemudian merendahkan kuda kuda tadi untuk kemudian memasukan ****** ******an tadi ke dalam memekCitra. Mesin tadi masih belum dinyalakan sehingga ****** ******an tadi tidak dialiri oleh listrik. Ketika kuda kuda tadi telah mencapai tingginya, ****** ******an tadi telah masuk sekitar 20 senti ke memek Citra. Citra dengan kesakitan berusaha berjingkat untuk mengurangi rasa nyeri di selangkangannya.
Si botak kemudian mengambil sepasang jepitan dan menjepitkannya ke kedua puting susu Citra. Jepitan itu mempunyai desain khusus, sehingga setiap kali kabel yang ada diujungnya ditarik, jepitan itu akan semakin menjepit dengan gigi giginya yang tajam. Citra menjerit kesakitan ketika kedua puting susunya dijepit oleh jepitan tadi. Si botak kemudian memasukan kabel yang ada diujung jepitan itu pada gelang besi yang ada di langit langit hingga sekarang setiap kali kabel itu ditarik Citra akan menjerit kesakitan karena gigi jepitan itu menancap makin dalam di puting susunya. Dan kedua polisi tadi mulai penyiksaan pada Citra. Si hitam memulai dengan menanyai Citra. Dan setiap kali jawaban Citra tidak memuaskan, sebuah pemberat digantungkan pada ujung kabel tadi. Dengan pemberat tadi kabel itu langsung tertarik dan menyebabkan jepitan tadi makin menancap ke puting susu Citra. Dengan segera puting susu dan buah dada Citra tertarik oleh pemberat yang terus ditambah di ujung kabel tadi. Citra berusaha bergerak maju untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan, tapi kuda kuda dan ****** ******an yang dimasukan dalam memeknya membuat ia tidak bisa bergerak. Setiap pemberat ditambah semakin keras Citra menjerit-jerit minta ampun. Jeritan Citra makin lama makin keras, karena Citra merasa puting susunya seakan telah dijepit hampir putus oleh jepitan tadi.
Akhirnya, si hitam mendekati mesin listrik tadi dan mulai menyalakannya. Tubuh Citra melonjak ketika aliran listrik tiba-tiba mengalir, membuat tubuhnya menarik jepitan itu mundur dan membuat puting susunya makin sakit. Setiap lima detik sekali sebuah kejutan listrik mengalir melalui ****** ******an tadi. Dan si botak terus menambah pemberat di ujung kabel jepitan tadi. Si hitam terus menanyai Citra, tapi Citra terlalu kesakitan untuk bisa menjawab setiap pertanyaan. Citra hanya bisa menagis dan menjerit-jerit, berteriak minta ampun setiap kali kejutan listrik itu mengaliri tubuhnya. Kedua polisi tadi akhirnya memutuskan bahwa Citra tidak bisa memberikan keterangan apapun. Aliran listrik tadi mulai dilemahkan kekuatannya hingga tidak sekuat tadi, tapi Citra tetap dibiarkan tergantung pada posisi seperti semula, sementara kedua polisi itu mendekati Tantri untuk mulai menanyainya.
Chua masih tergantung tak sadarkan diri, sementara Citra dengan kaki terbuka, dan ****** ******an logam dengan aliran listrik dimasukan dalam memeknya, dan Tantri mulai dipersiapkan untuk mulai ditanyai. Kedua polisi tadi menurunkan Chua dan memborgolnya untuk kemudian menggantungkan borgol tadi pada gelang besi di dinding dan kakinya yang tergantung diikat pada gelang besi di lantai. Borgol di tangan Tantri dilepaskan dan Tantri digiring ke tengah ruangan tepat di tempat Chua tergantung tadi. Tantri diperintahkan untuk berbaring terlentang. Kemudian kedua pergelangan kakinya diikat dengan tali yang tergantung pada gelang di langit-langit. Kemudian tali-tali itu ditarik, menyebabkan Tantri tergantung dengan kepala di bawah, dan kakinya di atas terbuka lebar. Kepala Tantri tergantung sekitar 15 senti dari lantai, dan kedua tangannya diikatkan pada gelang besi yang ada di lantai.
Si hitam mulai menanyai Tantri, masih tentang pengedar obat terlarang. Si hitam menyadari Tantri juga tidak akan bisa memberinya informasi, tapi ia dan si botak akan tetap menanyainya untuk memuaskan mereka.
Si botak mendekati Tantri dari belakang. Dengan posisi tergantung terbalik dan kaki terbuka lebar, memek Tantri terlihat jelas oleh si botak. Kemudian ia mengambil pentung polisi yang dibawanya dan memasukkanya ke dalam memek Tantri. Tantri menjerit-jerit kesakitan, berteriak memohon si botak berhenti menyakiti dirinya, tapi si botak tidak mempedulikannya. Ia malah terus menekan petungannya makin dalam ke memek Tantri. Tantri meronta-ronta menarik-narik ikatan di tangannya tanpa hasil. Ia mulai menggerakan pentungan itu keluar masuk memek Tantri, sementara si hitam melihatnya sambil tertawa senang. Si botak akhirnya menarik pentungan itu keluar dan memasukan jarinya ke dalam memek Tantri untuk memeriksa apakah memek Tantri sudah mengeluarkan cairan.
Si botak melihat selain cairan lendir birahi menempel pada jarinya, darah perawan Tantri terlihat melumuri jarinya. Si hitam masih terus menanyai Tantri tanpa bisa dijawab oleh Tantri. Ia kemudian mengambil sebuah pecut. Pegangan pecut tadi adalah sebuah ****** ******an dan pecut itu terdiri dari sepuluh jalinan sekaligus dengan panjang sekitar 40 senti. Si hitam memperlihatkan pecut itu pada Tantri, dan Tantri kembali menjerit-jerit minta ampun. Ia hanya tersenyum dan kembali menanyainya. Ketika Tantri masih tidak bisa menjawab, Ia mendekati Tantri dan mengayunkan pecutnya ke selangkangan Tantri. Sepuluh jalinan pecut tadi tepat mendarat di memek Tantri, berlanjut ke perutnya. Rasa sakit yang ditimbulkan membuat Tantri tersentak dan tidak bisa bernafas selama beberapa detik. Selanjutnya jerit kesakitan Tantri terdengar melengking. Ia terus mengayunkan pecutnya ke selangkangan Tantri. Sebelum akhirnya ia berhenti sejenak beristirahat. Sedangkan Tantri terus menjerit-jerit ketika rasa sakit di memeknya terus menyegat menyakiti seluruh tubuhnya. Ketika jeritan Tantri berhenti, kembali ia mengajukan pertanyaan. Ketika masih tidak bisa dijawab oleh Tantri, empat ayunan pecut kembali diayukan ke selangkangan. Tantri. Jeritan Tantri kembali terdengar. Tantri tak berdaya melindungi dirinya. Dan ia tidak bisa menjawab pertanyaan si hitam untuk bisa menghentikan ia terus memecuti dirinya. Tantri masih terus dipecut untuk beberapa menit kemudian.
Akhirnya kedua polisi tadi berhenti dan menjauhi Tantri sambil berdiskusi. Mereka berbisik dan menunjuk nunjuk ketiga gadis itu, kadang tertawa senang, sampai akhirnya mencapai sebuah keputusan. Si botak mengambil sebuah botol minuman keras dari lemari. Kedua polisi itu masing-masing meneguk botol itu, sebelum mereka kembali mendekati ketiga gadis itu. Tangan Tantri dilepaskan dari ikatan di lantai. Kemudian kedua pergelangan tangan Tantri diikat dengan tali yang tergantung pada langit-langit. Ketika tali-tali itu ditarik dan dikencangkan, Tantri sudah tergantung pada kaki dan tangannya. Posisi tubuh Tantri tergantung dengan bagian depan menghadap ke atas, kepalanya terdongak tergantung, dengan ketinggian tepat untuk diperkosa. Sedangkan Citra hampir kehabisan nafas, setelah sekian lama disengat oleh aliran listrik setiap lima detik sekali. Setiap kali listrik itu mneyengat rintihan terdengar dari bibir Citra yang memucat. Si hitam kemudian mematikan mesin listrik tadi, membuat tubuh Citra terjatuh lemah lunglai, membuat ****** ******an logam tadi terbenam makin dalam ke memek Citra, dan Citra mengerang kesakitan. Tubuhnya masih tergantung dengan tangan terikat ke langit langit dan kakinya masih terbuka lebar.
Kuda kuda tadi dipindahkan, ****** ******an logam juga dikeluarkan dari memek Citra. Ikatan pada kaki Citra dikendorkan, sedangkan tali pada pergelangan tangan Citra ditarik. Sekarang Citra tergantung terangkat dari lantai dengan kaki terbuka lebar dan seluruh berat badannya bergantung pada ikatan pada tangannya. Persis dengan posisi Chua pada permulaan tadi. Citra baru berusaha mengumpulkan tenaganya kembali ketika si botak mendekati dirinya. Ia kemudian menuangkan minuman keras dari botol yang dipegangnya ke dalam mulut Citra. Citra menelan cairan itu, lalu terbatuk-batuk ketika tenggorokannya terasa panas karena minuman itu.
Kemudian ikatan pada tangan Citra dilepaskan dan Citra dibantu untuk berdiri di kedua kakinya. Ia terus menuangkan minuman keras ke mulut Citra, perlahan pucat dari wajah Citra mulai menghilang. Ketika kesadaran Citra pulih seluruhnya, ia melihat Chua yang tergantung di dinding dan Tantri yang digantung pada kedua tangan dan kakinya di tengah ruangan. Kedua polisi tadi telah melepaskan seluruh pakaiannya.
Si botak kemudian mendorong tubuh Citra hingga jatuh berlutut.
Kemudian si botak mendekatkan ******nya yang masih lemas ke mulut Citra dan memerintahkannya untuk mengulum ****** itu.
Citra teringat pada sebuah film dewasa yang pernah dilihatnya bersama Chua dan Tantri, dan ia menyadari apa yang diinginkan oleh polisi itu, Citra juga terlalu takut untuk menolak perintah itu. Citra kemudian memasukan ****** itu dalam mulutnya dan mulai mengulumnya membuat ****** itu mengeras dan membesar. Si hitam berbalik mendekati Tantri. Kepala dan memek Tantri tepat tergantung setinggi pinggang si hitam. Ia kemudian mendekati kepala Tantri. Tantri berusaha mengangkat kepalanya berusaha melihat semua yang dilakukan oleh kedua polisi tadi. Si hitam menarik kepala Tantri hingga terdongak ke atas lagi dan mendekatkan ******nya pada mulut Tantri. Tantri juga menuruti kemauannya, mengulum dan menjilati ******nya, takut akan apa yang mungkin akan terjadi jika ia menolaknya.
Kedua ****** polisi tadi segera mengeras dan membesar. Keduanya sudah sangat bernafsu. Si botak yang sedang memperkosa mulut Citra sedang bersiap-siap untuk memperkosa . Karena tubuh Chua yang tergantung tinggi dari lantai, ia membutuhkan sebuah kotak untuk bisa menambah tingginya hingga ******nya bisa masuk ke memek Chua.
Tapi ternyata kotak itu terlalu tinggi hingga terpaksa ia menekuk kakinya untuk bisa mengarahkan kepala ******nya ke bibir memek Chua. Ketika ia meluruskan kakinya, penisnya terdorong masuk ke memek Chua yang terluka karena penyiksaan tadi. Chua kembali mengeluarkan jerit kesakitan. Kakinya yang terikat erat membuat ia tidak ikut terangkat ke atas ketika ****** si botak mulai masuk ke memeknya. Si botak mulai bergerak keluar masuk, membuat memek Chua yang sudah terluka bertambah sakit dan nyeri. Ia terus bergerak selama beberapa menit sebelum akhirnya mengerang dan menyemburkan pejunya ke dalam memek Chua. Si hitam sudah mulai memperkosa Tantri. Dengan tubuh tergantung demikian, ia dengan mudah dapat berdiri di antara kedua kaki Tantri dan memasukan ******nya ke dalam memek Tantri. Tali-tali yang mengikat. Tantri membuat tubuh Tantri dapat berayun ke segala arah. Si hitam berdiri tepat di depan selangkangan Tantri. Ia memasukan dua jarinya ke dalam memek Tantri dan mulai menggerakannya keluar masuk sampai cairan keluar dari memek Tantri. Ia kemudian mendekat dan memasukan ******nya ke dalam memek Tantri. Tubuh Tantri mulai berayun ke depan. Ia memegangi pinggang Tantri dan menariknya kembali ke belakang membuat ******nya terbenam makin dalam ke memek Tantri. Kemudian si hitam hanya perlu berdiri dan memegangi pinggang Tantri sambil menarik dan mendorong tubuh ke depan dan ke belakang membuat ******nya keluar masuk memek Tantri. Ia terus menikmati memek Tantri untuk beberapa saat. Sedangkan Tantri hanya bisa berteriak kesakitan setiap kali ****** yang besar menerobos masuk ke memeknya yang masih sempit. Akhirnya setelah beberapa menit si hitam mencapai orgasme, dan menyemprotkan pejunya ke memek Tantri.
Kedua polisi itu sudah puas dengan orgasme pertama mereka, dan mereka berdua bersiap untuk kembali mempermaikan ketiga gadis itu lagi. Citra, Tantri dan Chua masing-masing diberi minuman keras oleh mereka untuk menyadarkan mereka dari shock perkosaan yang baru mereka alami. Chua dan Tantri dibiarkan tergantung pada posisi mereka ketika diperkosa tadi. Si hitam mendekati lemari dan kembali dengan membawa sebuah alat kejutan listrik. Di ujung alat yang berbentuk seperti ketapel itu terdapat bulatan lugam. Jika bulatan logam itu ditempelkan pada tubuh seseorang maka tubuh orang itu akan disengat oleh aliran listrik yang kuat. Ia mendekat pada Citra dan menempelkan ujung alat itu pada pantat Citra. Kejutan listrik yang terjadi membuat tubuh Citra terlompat dan mengejang disertai jerit kesakitan Citra.
Kemudian Citra ditarik mendekat pada Chua. Citra berlutut di hadapan Chua. Kemudian ia diperintahkan untuk memasukan jarinya ke memek Chua. Citra mulanya menolak, tapi ia berubah pikiran melihat ujung alat yang dipegang oleh si hitam mendekat ke susunya. Citra mulai memasukan dua buah jarinya ke memek Chua yang baru saja diperkosa oleh si botak. Jari Citra dengan mudah masuk karena peju si botak masih terlihat mengalir keluar dari memek Chua. Si hitam kemudian memerintahkan agar Citra memasukan satu jari lagi. Tiga jari Citra masih dapat dengan mudah masuk ke memek Chua. Ketika Citra mendorong masuk keempat jarinya sekaligus, memek Chua mulai terasa sempit. Citra harus mendorong lebih keras agar jari-jarinya bisa masuk, yang mengakibatkan Chua mengerang kesakitan. Akhirnya dengan dorongan keras keemapt jari Citra bisa masuk ke memek Chua. Setelah itu si hitam akhirnya menyuruh Citra memasukan seluruh jari dan tangannya masuk ke memek Chua.
Citra menarik jarinya dari memek Chua dan menggelengkan kepalnya menolak perintah si hitam. Ujung alat si hitam menempel ke buah dada Citra. Citra berteriak kesakitan, dan tubuhnya terlempar ke lantai. Ia terus mendekati tubuh Citra. Alat itu selanjutnya menempel di selangkangan Citra. Citra kembali berteriak kesakitan. Citra kemudian merangkak mendekati Chua yang tergantung di dinding. Ketika tubuh Citra kembali disentuh oleh alat tadi, Citra memasukan seluruh jarinya ke memek Chua. Chua menjerit-jerit kesakitan. Citra berusaha keras agar dirinya tidak disakiti lagi oleh si hitam, berusaha memasukan tangannya ke memek Chua yang makin lama menjerit makin keras dan memilukan. Citra terus berusaha mendorong kelima jarinya masuk ke memek Chua, perlahan berusaha mengurangai rasa sakit yang diderita oleh Chua. Tapi tangan Citra adalah benda terbesar yang pernah berusaha masuk ke memek Chua. Dan ketika bibir memek Chua melebar berusaha dimasuki oleh tangan Citra, rasa sakit yang ditimbul semakin menjadi-jadi.
Akhirnya dengan satu dorongan keras seluruh jari Citra masuk ke dalam memek Chua. Ketika pangkal ibu jari Citra masuk bersamaan dengan keempat jari Citra dan membuat bibir memek Chua membuka tambah lebar,Chua berteriak dan menronta-ronta kesakitan. Ketika seluruh telapak tangan Citra masuk, bibir memek Chua menjepit erat pergelangan tangan Citra. Citra dapat merasakan bagian dalam memek Chua berdenyut-denyut. Sedangkan Chua merasa dirinya seperti hamil merasakan tangan Citra masuk seluruhnya. Si hitam kemudian menempelkan kembali alat listrik tadi ke susu Citra. Ketika tubuh Citra terlompat kesakitan, tangan Citra tertarik dari memek Chua. Tangan Citra tertarik sebagian keluar dan tersangkut pada memek Chua. Chua kembali menjerit kesakitan. Sedangkan Citra hanya bisa menangis. Perlahan Citra berhasil menguasai dirinya dan menyadari sebagian tangannya masih ada di dalam memek Chua. Citra kemudian berusaha menarik tangannya dan setelah beberapa saat tangan itu berhasil ditariknya keluar dari memek Chua. Chua terus berteriak dan menjerit kesakitan sementara si botak dan si hitam menonton sambil tertawa senang melihat Chua meronta-ronta kesakitan. Si hitam kemudian mendekatkan alatnya pada memek Chua. Jeritan Chua, terdengar seperti binatang yang sangat kesakitan, melolong tinggi. Chua terus dibiarkan tergantung pada dinding. Sementara itu Chua sendiri masih terus menangis dan merintih kesakitan, merasakan memeknya yang bagaikan terobek oleh masuknya tangan Citra tadi.
Kedua polisi itu bersiap untuk menyiksa Citra sekarang. Pertama-tama mereka membawa Citra kembali ke tengah ruangan. Si botak kemudian mengambil sebuah benda yang membuat wajah Citra memucat ketakutan. Benda itu berupa logam sepanjang satu meter dengan dua buah ****** ******an logam dilas pada tengah-tengahnya. ****** ******an yang satu berukuran besar, sekitar 25 senti panjang dan berdiameter 10 senti. Yang satu lagi panjangnya 15 senti dan berdiameter sekitar 3 senti. Tangan Citra kembali diborgol ke belakang. Kedua puting susunya dijepit oleh jepitan yang pernah dijepitkan pada puting susunya tadi. Jepitan yang akan menjepit makin keras jika kabel yang ada diujungnya ditarik. Kembali Citra menjerit ketika puting susunya yang sekarang berwarna ungu kembali dijepit oleh jepitan buaya itu. Kemudian kabel tadi ditarik dan kemudian diikatkan pada gelang besi yang ada di langit-langit. Sekarang puting susu dan susu Citra tertarik keatas sehingga Citra berusaha berjinjit untuk mengurangi rasa sakit yang timbul. Selanjutnya batang besi tadi diletakan diantara kedua kaki Citra dengan ****** ******an yang berukuran besar di depan. Tali-tali dari langit-langit diikatkan pada kedua ujung batang logam tadi dan untuk kemudian tali itu ditarik hingga batang logam tadi terangkat ke atas, menuju ke arah memek dan pantat Citra. ****** ******an yang besar bersentuhan dengan bibir memek Citra. Si hitam mengarahkan agar ujung ****** ******an logam itu tepat di liang memek Citra. Si botak terus menraik tali yang mengikat batang tadi. ****** ******an itu mulai membuka bibir memek Citra dan menerobos masuk. Citra menjerit kesakitan ketika memeknya melebar berusaha dibuka oleh ****** ******an logam tadi yang terus masuk karena batang tadi ditarik ke atas oleh si botak. Kemudian ****** ******an yang lebih kecil mulai menempel ke liang pantat Citra. Citra menjerit ketakutan menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ketika ****** ******an kecil itu mulai menempel, tubuh Citra ikut terangkat ke atas. Liang duburnya tidak membuka untuk ****** ******an yang kecil itu. Tapi berat tubuh Citra, membuat tubuh Citra yang pada mulanya ikut terangkat perlahan turun. Dan itu menyebabkan liang pantat Citra mulai membuka perlahan dimasuki oleh ****** ******an kecil tadi. Rasa sakit yang dirasakan oleh Citra tak terkira. Citra belum pernah merasakan satu bendapun masuk ke dalam duburnya yang kecil dan sempit. Tapi sekarang liang dubur itu terbuka perlahan, diterobos oleh ****** ******an logam itu. Untuk sesaat Citra melupakan ****** ******an besar yang juga terus terbenam masuk ke memeknya karena sakit yang terasa amat sangat terdapat pada duburnya. Perlahan seluruh ****** ******an tadi terbenam seluruhnya ke memek dan pantat Citra. Tapi logam itu terus terangkat membuat tubuh Citra juga ikut terangkat dari lantai.
Dengan tangan terborgol ke belakang Citra tidak bisa menjaga keseimbangannya ketika tubuhnya terangkat dari lantai. Tubuh Citra mulai terjatuh ke depan, sampai akhirnya tertahan oleh kabel yang terikat pada jepitan di puting susu Citra. Citra menjerit-jerit ketika jepitan itu menjepit makin dalam karena tertarik oleh tubuhnya yang jatuh ke depan. Citra terus menerus menjerit sampai akhirnya tubuh Citra benar-benar terangkat dari lantai dengan tergantung pada kabel yang ada di puting susunya dan dua ****** ******an yang masuk dan mengangkat tubuhnya dari lantai. Ketika selesai, tubuh Citra tergantung sekitar satu meter dari lantai. Kedua polisi itu bergantian mendorong tubuh Citra hingga terayun-ayun membuat Citra menjerit kesakitan karena kabel jepitan yang ada di puting susunya ikut tertarik. Puting susu dan buah dada Citra tampak memerah dan kemudian berubah menjadi ungu karena terus menerus ditarik dan dijepit makin keras. Akhirnya mereka puas mendengar jerit kesakitan dari Citra. Mereka menurunkan batang logam tadi sehingga sekarang Citra bisa berdiri di atas kedua kakinya tapi kedua ****** ******an yang jepitan tadi masih ada di tempatnya masing-masing.
Penyiksaan pada diri Citra membuat nafsu pada kedua polisi itu bangkit lagi. Satu-satunya gadis yang masih tersisa adalah Tantri, yang masih tergantung terlentang pada kaki dan tangannya. Mereka berdua mendekati Tantri. Si hitam mendekati kepala Tantri sedangkan si botak berdiri di depan selangkangan Tantri. Si hitam memasukan ******nya yang masih lemas ke mulut Tantri, sementara si botak memasukan tiga jarinya ke dalam memek Tantri dan melebarkan bibir memek Tantri. Tantri meronta kesakitan, tapi ia hanya bisa berayun-ayun dalam ikatannya, sedangkan mulutnya sudah dipenuhi oleh ****** yang terus membesar dan mengeras. Ketika ****** telah mengeras seluruhnya, ia memberi tanda pada si botak dan mereka bertukar tempat.
Mereka mulai memperkosa Tantri secara bersamaan. Sebuah ****** yang lemas kembali masuk ke dalam mulutnya dan ****** si hitam yang keras dan tegang masuk ke dalam Memeknya. Kembali tubuh Tantri berayun kedepan dan belakang. Dan ketika ****** si botak telah mengeras seluruhnya ia mendorong ****** itu makin dalam ke tenggorokan. Tantri. Dalam sesaat memek dan tenggorokan Tantri mulai diperkosa oleh ****** si hitam dan si botak. Setelah beberapa menit kedua polisi itu mencapai puncak dan keduanya menyemburkan pejunya ke memek dan mulutTantri.
Ketiga gadis itu tergantung kesakitan dalam ruangan itu. Chua tergantung di dinding. Kakinya terikat pada lantai dan terbuka lebar. Tangannya terasa sakit karena terikat dan menanggung berat tubuhnya. Citra berdiri dengan tangan terborgol ke belakang. Jepitan pada puting susunya membuat Citra tidak berani bergerak sedikitpun. Dan di antara kedua kakinya terdapat batang logam dengan dua buah ****** ******an logam yang terbenam masuk ke memek dan pantatnya. Tantri terikat dan tergantung pada kedua kai dan tangannya. Memeknya teluka karena dipecuti dan dirinya baru diperkosa secara bersamaan.
Setelah beristirahat sejenak kedua polisi tadi mulai lagi membuat ketiga gadis itu saling menyiksa temannya masing-masing. Tantri diturunkan dari ikatan. Si hitam memberinya minuman keras untuk memulihkan seluruh kesadarannya. Ia kemudian menyerahkan pecut yang tadi dipergunakannya pada Tantri sendiri. Sedangkan Chua serta Citra masih terikat dan tergantung di ruangan itu. Si hitam kemudian memerintahkan Tantri agar mulai memecuti mereka, sampai mereka menyuruh Tantri berhenti. Dan jika ia tidak menuruti perintah itu, Tantri sendiri yang akan merasakan pecut itu sekali lagi. Tantri tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah itu.
Tantri mendekati tubuh Chua yang masih tergantung. Seluruh tubuh Chua terpampang dan dapat dipecuti oleh Tantri. Tantri berbisik mohon maaf ketika dirinya makin dekat dengan Chua. Dengan ragu-ragu ia mengayunkan pecutnya ke paha Chua. Chua menjerit kesakitan, tapi si hitam berteriak agar Tantri mengayunkan pecut itu lebih keras lagi. Kembali Tantri mengayunkan pecutnya ke paha Chua, yang membuat Chua menjerit lebih keras lagi. Hitam kemudian merampas pecut itu dari tangan Tantri dan menyuruh Tantri membungkukan badannya. Tantri terdiam. Si hitam mengancam akan menghukum Tantri lebih menyakitkan jika Tantri tidak menuruti perintahnya. Tantri berbalik dan membungkukan badannya. Si hitam mengayunkan pecut tadi sekuat tenaga mengarah pada pantat Tantri. Tantri menjerit dan jatuh tersungkur ke lantai, tangannya menutupi bekas merah yang timbul pada pantatnya. "Bangun!" si hitam berteriak. Tubuh Tantri tidak bertenaga untuk bangkit setelah pecutan yang sangat menyakitkan tadi. Ketika melihat Tantri tetap berbaring di lantai ia mulai mengayukan pecutnya lagi. Pecut itu mendarat di perut Tantri kemudian pada punggung Tantri. Tantri berusaha bangkit untuk menghentikan pecutan tersebut. Dan ketika ia berhasil berdiri dengan sempoyongan, ia menghentikan pecutannya.
Ia menunggu hingga Tantri membungkuk lagi. Pecutan yang datang lebih keras dari sebelumnya. Tantri berusaha bertahan dengan menggigit bibirnya agar tidak tersungkur lagi. Ia terus menjerit kesakitan tapi tetap berdiri membungkuk. Ia kemudian menyerahkan pecutnya kembali ke Tantri dan menyuruhnya agar menggunakan tenaganya.
Tantri mengambil pecut itu dan berjalan tertatih-tatih mendekati Chua. Pantatnya terasa sangat sakit dan ia tidak ingin si hitam kembali memecutnya. Tantri kemudian mengayunkan pecut pada paha Chua sekuat tenaganya. Chua kembali menjerit. Si hitam mengangguk dan melihat Tantri mengayunkan pecutnya lagi. Kembali jeritan Chua terdengar.
Ia kemudian menyuruh Tantri memecuti Chua dari depan. Tantri menangis selain karena sakit yang dirasakannya pada pantatnya, juga karena ia menyiksa sahabatnya Chua. Tantri mengayunkan pecutnya ke puting susu Chua. Chua menjerit dan mengejang. Kembali pecut itu mendarat di puting susu Chua. Selanjutnya pecut itu mengarah ke memek Chua. Jeritan Chua makin tinggi dan keras sekarang. Ia membiarkan Tantri memecuti puting susu dan memek. Chua untuk beberapa saat. Si hitam kemudian memerintahkan agar Tantri memasukan gagang pecut yang berbentuk ****** itu ke memek Chua. Tantri memandang gagang itu ketakutan, tapi si hitam mendekatinya membuat ia segera melaksanakan perintah tadi. Tantri mulai mendorong gagang pecut tadi masuk ke memek Chua. Chua mengerang kesakitan ketika dirasakannya ujung gagang itu mulai memasuki memek yang terluka tadi. Tantri perlahan berhasil memasukan sekitar 20 senti dari gagang itu ke dalam memek Chua. Sementara Chua terus merintih kesakitan.
Si hitam kemudian menyuruh Tantri menggerakan gagang pecut itu. Tantri segera menggerakan gagang pecut tadi keluar masuk memek Chua. Chua menrintih dan meronta-ronta ketika memek yang telah terluka karena tangan Citra tadi kembali digesek-gesek oleh gagang pecut yang kasar. Tantri terus menggerakan gagang tadi selama beberapa menit, sebelum si hitam menyuruhnya untuk berhenti.
Si botak kemudian mendekati Chua dan melepaskan ikatannya. Tubuh Chua langsung ambruk ke tanah. Memau-memar dan garis-garis merah terlihat di sekujur tubuh Chua. Ia kembali menuangkan minuman keras ke mulut Chua untuk menyadarkannya. Setelah beberapa saat Chua mampu berdiri di atas kakinya. Sementara itu Tantri kembali diperintahkan untuk memecuti tubuh Citra. Tantri mengayunkan pecutnya ke punggung Citra. Tubuh Citra terlonjak sehingga puting susunya makin terjepit dan membuat ia berteriak kesakitan. Tantri memecut Citra sebanyak empat kali. Perut, pantat, dan susunya mendapat pecutan dari Tantri dan Citra menangis keras ketika akhirnya Tantri berhenti.
Citra kemudian dilepaskan. Jepitan dari puting susunya dilepaskan dan kedua tangannya juga dibebaskan dari borgol. Citra berusaha mengeluarkan kedua ****** ******an tadi dari memek dan pantatnya tapi ia merasa kesakitan setiap kali ia berusaha menariknya keluar. Akhirnya si botak dan si hitam secara bersamaan menarik batang loga tadi dengan brutal. Ketika mereka menarik batang logam tadi, kedua ****** ******an itu tertarik keluar dan membuat Citra menjerit, dan terlihat darah melumuri kedua ****** ******an tadi. Citra menutupi memek dan pantatnya denga tangannya berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Sekarang ketiga gadis itu telah selesai disiksa oleh si botak dan si hitam. Kelima orang di ruangan itu semuanya telanjang bulat. Ketiga gadis itu telah dibebaskan dari semua ikatan mereka. Kedua polisi itu lalu berpakaian kembali, dan membakar pakaian ketiga gadis itu.dan akhirnya mereka akn dibiarkan bugil sampai waktu yang ditentukan oleh polisi polisi bejat itu .