Budak sekolah - 4

Bookmark and Share
Aku permainkan lidahku di dalam mulutnya dan dengan mesra Lisa mulai berani membalas cumbuanku dengan menggigit lembut dan mengulum lidahku dengan bibirnya. Terasa nikmat dan manis. Ketika kedua lidah kami bersentuhan, hangat dan basah. Lalu kukucup dan kukulum bibir atas dan bawahnya berganti-ganti. Terdengar bunyi kecapan-kecapan kecil saat bibirku dan bibirnya saling berlaga. Tak kusangka Lisa dapat membalas semua kucupan dengan ghairah begitu.

"Aah. Lisa. Pandaipun. Lisa pernah ada boyfriend ya?", tanyaku.
"Mm. Lisa belum pernah ada boyfriend. Ini Lisa buat yang pertama. Bang.", jawabnya.
"Macam dah biasa aje. Lisa pernah tengok blue film yaa?", tanyaku kembali.
"I. Iya Bang. Ada beberapa kali.", jawab Lisa lalu tersenyum. Tunduk. Malu.

Aku tersenyum. Jemari tangan kananku yang masih berada di kelangkangnya mulai bergerak menekan bukit cipapnya semula. Kuusap-usap ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Lisa menjerit kecil dan mengeluh perlahan, kedua matanya dipejamkannya rapat-rapat, sementara mulutnya yang kecil terbuka sedikit. Wajahnya nampak berpeluh sedikit. Kucium telinganya dengan lembut.

"Oohmm. Bb.. Bangg..", bisiknya perlahan.
"Sedap tak Abang buat begini", tanyaku bernafsu.
"Hh.. I.. Iyyaa.. Sedap Bang..", bisiknya terus terang. Dia ni dah naik nafsunya ni. Fikirku dalam hati.

Aku merangkul tubuhnya lebih rapat ke badanku lalu kami kembali berkucupan. Tangan kirinya menarik pinggangku dan memegang kemejaku kuat-kuat. Bila puas mengusap-usap bukit cipapnya, kini jemari tangan kananku bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal pehanya terus ke atas. Di bawah baju kurungnya. Menyelusuri pinggangnya yang kecil ramping tapi padat, sambil terus mengusap. Kurasakan hujung jemariku mulai berada di antara dua buah dadanya. Jemari tanganku merasakan betapa padat buah dadanya. Aku usap perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan-lahan. Kekadang jemari tanganku meramas buah dadanya terlalu kuat. Lembut dan semakin kenyal. Ketika itu juga Lisa melepaskan bibirnya dari kuluman bibirku. Mulutnya menjerit kecil.

"Aaww.. Bang sakitt.. Jangan kuat-kuat..", protes Lisa tapi tetap tersenyum.

Kini secara berganti-ganti aku meramas kedua buah dadanya dengan lebih lembut. Lisa menatapku dengan senyumnya yang mesra. Ia membiarkan saja tanganku menjamah dan meramas kedua buah dadanya sampai puas. Hanya sesekali ia merintih dan mendesah lembut bila aku ramas buah dadanya terlalu kuat. Aku sudah tak berdaya lagi menahan desakan batangku yang sudah kembang sekembang-kembangnya. Aku buka seluar panjangku di hadapannya. Tinggal seluar dalamku dengan baju kemejaku. Aku tak peduli, macamanapun dia akan lihat juga nanti adik kesayanganku ini. Lisa hanya memandangku. Agak terperanjat.

Aku ambil tangan kirinya dan kuletakkan di celah kelangkangku. Kulihat kedua matanya dipejamkan rapat-rapat. Dalam hatiku berkata. Eehh. Dia. Ni malu-malu tapi mau.,. Tangan Lisa itu mulai menyentuh batangku yang beralaskan seluar dalamku. Apalagi batangku tersengguk-sengguk tak boleh diam. Langsung aku buka seluar dalamku. Aku genggamkan tangannya pada batangku. Aku mengerang nikmat bila tiba-tiba saja Lisa bukannya menggenggam lagi tapi malah meramas dengan kuat. Aku mengeluh nikmat. Kulihat Lisa kini sudah berani menatap batangku yang sedang diramasnya, aku tak tahu apa yang sedang ada dalam fikirannya, aku tak peduli, yang penting kenikmatan.

Aku tarik tubuh Lisa rapat di sampingku dan aku peluk dengan kemas. Lisa menggeliat manja saat aku merapatkan badanku ke tubuhnya yang kecil sehingga buah dadanya yang terasa menekan dadaku. Mm asyikknya. Sementara itu aku cari bibirnya, Lisa merangkulkan kedua lengannya ke leherku, dengan gelojoh tiba-tiba ia pun mengucup bibirku, aku membalasnya dengan tak kurang ganasnya. Lisa termengah-mengah kehabisan nafas. Sementara itu aku tekan batangku kuat ke arah cipapnya. Semasa berkuluman, jemari tanganku mulai merayap ke bahagian belakang tubuhnya, sampai jemari kedua tanganku berada diatas bulatan kedua belah ponggongnya. Kuramas dan kuusap-usap. Aku goyang-goyang daging di ponggongnya sehingga aku dapat merasakan kekenyalan daging ponggongnya yang padat itu.

Lisa merintih dan mengerang kecil dalam cumbuanku. Lalu kurapatkan ke bahagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau batangku yang telah keras itu berlaga dengan cipapnya yang masih berbungkus. Aku mulai menggesel-geselkan batangku. Lisa diam saja. Mungkin terasa nikmatnya.

Kedua tanganku mulai berleluasa. Mencari kancingnya. Aku turunkan badanku sehingga mukaku berada di depan kelangkangnya. Setelah aku buka kancing kainnya segera aku tarik ke bawah sampai terbuka, pandanganku tak lepas dari kelangkangnya, dan kini terpampanglah di depanku seluar dalam yang berwarna putih. Tampak kesan basah air mazinya di tengah-tengah. Aku memandang ke atas dan Lisa menatapku sambil tetap tersenyum. Wajahnya tampak merah padam menahan malu.

"Abang buka yaa.. Ya?", tanyaku pura-pura. Meminta izin.

Lisa hanya menganggukan kepalanya perlahan. Kedua tanganku kembali merayap ke atas menyelusuri kedua betisnya yang kecil terus ke atas sampai kedua belah pehanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun, halus sekali kulit pehanya, aku usap perlahan dan mulai meramas.

" Ooh.. Bang..", Lisa merintih kecil.

Kemudian jemari kedua tanganku merayap ke belakang. Ke ponggongnya yang bulat. Aku ramas-ramas ganas. Aahh. Begitu halus, kenyal dan padat. Ternyata Lisa pandai menjaga diri. Ketika jemari tanganku menyentuh tali bahagian atas seluar dalamnya, aku tarik ke bawah. Betapa indahnya bentuk cipapnya. Seperti kuih putu piring aje. Di bahagian tengah bukit cipapnya terbelah. Masih tertutup rapat liang cipapnya.

Di sekitar kawasan itu hanya terlihat beberapa helai bulu cipapnya. Itupun halus-halus. Begitu bersih dan putih cipap milik Lisa ni, bisik hatiku. Sedang aku menghayati keindahan cipapnya itu. Aku lihat Lisa membuka baju kurungnya. Kemudian aku tolong dia buka branya. Wajahnya sedikit kemerahan menahan malu namun ia berusaha untuk tetap tersenyum. Aduhai. Buah dadanya itu memang cantik. Berbentuk bulat seperti bola tennis, warnanya putih. Bersih. Puting-putingnya masih kecil. Berwarna merah muda brownish pun ada sikit-sikit. Sungguh cantik. Fikirku.

"Lisa ni cantik sekali", bisikku perlahan.

Batangku semakin tersengguk-sengguk tak tentu hala. Lalu Lisa menghulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri. Kini rasanya kami seperti sepasang kekasih saja.

"Bang. Lisa dah siap. Lisa akan serahkan semuanya. Seperti yang Abang. Dan Lisa inginkan", bisiknya.

Aku memeluknya. Badanku seperti terkena medan elektrik statik saat kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika kedua buah dadanya yang bulat menekan lembut dadaku. Jemari tanganku tak berhenti-henti mengusap ponggongnya yang telanjang. Begitu halus dan mulus. aku tak sanggup menahan nafsuku lagi.

"Aahh. Atas katil jom. Abang dah tak tahan ni", bisikku tanpa malu-malu lagi. Lisa tersenyum.
"Terserah Bang. Abang nak buat kat manapun", sahutnya.

Tooiinng. Batangku tersengguk-sengguk seolah-olah bersetuju. Dengan penuh nafsu aku segera menarik tubuhnya ke katil. Kurebahkan tubuh Lisa yang telanjang bulat itu di atas katil, Tubuh Lisa yang telanjang bulat kelihatan dengan jelas dari hujung rambut sampai hujung kaki. Lisa memandangku. Menunggu apa yang akan berlaku seterusnya.

Aku buka baju kemejaku. Aku merayap keatas katil. Dan baring di sebelahnya. Kami berkulumam lidah sebentar. Sementara tanganku merayap ke seluruh tubuhnya. Aku usap kedua buah dadanya sambil meramas-ramas perlahan. Kemudian tanganku turun ke bawah. Ke celah kelangkangnya. Sambil mengusap-usap di situ. Sampai terasa lelehan air mazinya di jariku. Lisa merintih-rintih kecil.

Aku geserkan mukaku tepat berada di atas kedua bulatan buah dadanya, Jemari kedua tanganku mulai merayap di dua gunung miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua buah dadanya. Dan aku uli secukupnya gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok. Lisa merintih dan menggeliat antara geli dan nikmat.

"Bang.. Mm.. Mm.. Iih.. Geli Bang..", erangnya perlahan.

Beberapa saat kumainkan kedua puting-puting buah dadanya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Lisa menggeliat lagi. Aku gentel sedikit putingnya dengan lembut.

"Mm Bang", Lisa semakin mendesah tak karuan dan aku ramas-ramas kedua buah.
"Aaww. Bbaa.. Nngg..", Lisa mengerang dan kedua tangannya memegang kain cadar dengan kuat.


Bersambung . . . . .