Cerita Sex | Kenikmatan Dari Gadis Desa Yang Mulus Sexi

Bookmark and Share
Cerita seks ini merupakan cerita yang di kirim oleh salah satu sorang yang tidak mau di sebut namanya mungkin karena malu. Cerita sex kiriman ini merupakan hal yang masih baru dan juga bisa dikatakan masih fresh dech karena juga baru di tulis dari sebuah pengalaman di saat bercinta dengan gadis desa yang memang dikatakan cantik juga anaknya. Kalau kita melihat dia mungkin juga bisa ngaceng dech kontol kita karena selain cantik juga sexi bentuk tubuh dan wajahnya juga pkoknya menyenangkan. Kehidupan keluarga di desa yg kurang mampu membuat Nakim berniat pergi merantau ke kota, disertai izin org tuanya Nakim pun menerima tawaranku utk pergi ke kota dan bekerja di toko kaset tanteku di jakarta.
Sambil menunggu kberangkatan pegawai di toko tanteku yg ingin pulang kampung dan menikah, Nakim sementara tinggal dirumahku.
Nakim memiliki tubuh yg tegap,dgn tinggi 155cm dan usia yg baru 14 tahun.
Walaupun agak pendiam,Nakim tergolong anak yg penurut dan rajin.
Sikap Nakim yg santun, mau belajar dan bertanya membuat istriku senang dgn kehadiran Nakim dirumah. Apalagi terkadang sifat lugu si Nakim kerap membuat istriku tertawa.
Akupun simpatik dgn sikap dan sifat Nakim, sehingga aku tak sungkan utk ikut menyiapkan keperluan Nakim sebelum nanti berangkat kerumah tanteku.
Baju kaos,kemeja, celana panjang, sampai celana pendek, entah baru dibeli maupun bekas dimasukkan ke kardus agar bisa Nakim bawa saat berangkat nanti.
Tak ada hal yg negatif yg muncul dari kehadiran Nakim dirumahku. Andaikata ada, mungkin itu adalah tatapan Nakim yg agak tajam saat menangkap belahan dada istriku yg kadang tak sengaja terlihat saat membungkuk.
Sering kutangkap moment itu yg kemudian membuatku akhirnya bertanya pada istriku.
Ternyata istriku pun tahu dan juga menceritakan kejadian di siang hari waktu Nakim naik keatas bangku utk mengganti lampu dapur, dimana kala itu istriku yg memegangi bangkunya. Bisa kubayangkan apa yg dilihat Nakim, apalg kaos ketat dgn bagian dada rendah adalah kostumnya saat itu.
Tambah lagi dgn Senyum dan cubitan istriku saat bercerita, jadi tanda bhw hal2 tadi terkadang juga disengaja oleh istriku.
“Jgn marah ya,pa..abis lucu liat mukanya”,goda istriku.Aku cuma bisa mesem saja.
Hal itu membuatku juga jd iseng mau mengetes si Nakim.
Suatu malam,istriku sudah tidur duluan dikamarnya, seperti biasa Nakim dan aku msh menonton Tv.
“bosen ya,kim..acaranya gini2 aja”,ujarku santai.
“iya yah,mas..aku jg ga ngerti film’nya nyeritain apa”,sahut Nakim.
“kita nyetel DVD aja ya,kim”,kataku sambil bangkit dr dudukku.
“emang pilem apa,mas ?”,tanya Nakim dgn nada bersemangat.
“pilem org gede..”,jwbku sambil nyengir.
Nakim manggut2 saja, tp kulihat ada tanda paham dari wajahnya.
Ku setel salah satu koleksi Miyabi ku dan ambil posisi duduk bersampingan dgn Nakim.
Kusulut sebatang rokok berbarengan dgn adegan film yg sudah dimulai.
Maria Ozawa yg cantik mulai berlenggak lenggok di layar kaca, menunjukkan keseksiannya didepan dua orang laki2 sbg ‘lawan’nya di film ini.
Ada rasa lucu didalam pikiranku,sejak 20menit film berjalan, Nakim diam saja, matanya tak lepas dari Tv didepannya, apalg saat adegan blow job yg ditampilkan sang Miyabi, nafas Nakim kulihat agak berat, kedua kakinya menjepit rapat.
“pernah nonton pilem ginian ga,kim ?”,ujarku menyela.
“udah pernah,mas..dulu dirmh temen, tp artisnya orang barat”,jwb Nakim tetap dgn nada yg sopan.
“ooh,baguslah..ga pa2 kok,udah gede”,jwbku cepat.
Nakim kembali lagi menatap layar Tv, kini terlihat sang artis sdg menikmati jilatan pada vagina’nya sambil terus memberi blow job. Untuk melayani dua org laki2, artis satu ini termasuk sudah sangat berpengalaman.
“suka ngocok,kim ?”,tanyaku langsung saja.
Nakim agak kaget mendengar pertanyaanku,tp ia tetap brusaha tersenyum.
“eh iya, mas..pernah”,jwb Nakim agak malu.
“kamu ampe ngempet gt”,ujarku pelan.
Nakim spontan membuka kakinya. Kulihat ia berusaha menutupi rasa malunya dgn merapikan posisi duduknya menjadi bersila.
“ga apa2,kim..mas juga dulu gitu”,ujarku santai.
Nakim pun tersenyum lagi dan mengangguk pelan.
Selanjutnya kuciptakan obrolan akrab agar dia tak grogi, skalian mengorek kebiasaan serta berapa besar ketertarikan Nakim trhadap yg namanya seks.
Sengaja kuselipkan sosok istriku dalam obrolan utk melihat respon si Nakim. Dan saat kubahas mengenai buah dada istriku yg montok,kulihat Nakim manggut2 sambil nyengir.
“pasti kamu pernah ga sengaja liat, kim”,pancingku pada Nakim.
“iya,mas..emang montok”,jwb Nakim pelan.
Aku dan Nakim pun tertawa kecil.
“penasaran ya,kim”,godaku sambil nyengir.
Nakim tak menjawab, tp cengiran’nya sudah jadi tanda bhw ia setuju dgn ucapanku.
Kulanjut obrolanku supaya Nakim bisa tambah berani mengungkapkan gairah seksnya.
Dari situ akhirnya aku tahu kalau dia sering onani, dan sering ngintip sepupu perempuannya waktu di kampung. Walau demikian,dia belum pernah ML dgn gadis manapun alias masih perjaka. Lain cerita kalau meraba payudara, biarpun agak malu2, ia mengakui pernah meremas payudara seorang gadis yg jadi temannya mengaji waktu di kampung ada hajatan yg menggelar layar tancap.
Dan yg terpenting dan terdengar agak menggelitik adalah saat ia menceritakan istriku yg pernah memakai tanktop tanpa bra sehingga puting susunya terlihat menantang.
Aku tersenyum mendengar cerita itu dan yakin sekali kalau kejadian itu pasti disengaja istriku.
“ga apa2,kim..ga usah malu, yg penting kamu kan ga kurang ajar, yg namanya keliatan, ya nikmati aja”,ujarku dgn nada dewasa agar Nakim tdk kuatir dgn apa yg telah ia ceritakan kepadaku.
“kamu berarti hobi ngintip ya?”,kataku melanjutkan obrolan.
“yah,itu juga kalo ada sela’nya,mas”,jwb Nakim yg nampak lbh santai dari sebelumnya.
Aku tersenyum dan otakku terinspirasi jawaban si Nakim.
“hbs nonton ginian juga pasti langsung ngajakin mbaknya maen”,ujarku sambil menyulut lg rokokku.
Nakim nyengir lebar,”ya iyalah,mas”
Aku bangkit kearah Tv, kumatikan film yg sedang berlangsung, Nakim menatapku tak mengerti, apalg saat kumatikan semua lampu2 yg biasa padam diwaktu malam.
Setelah itu kududuk lg disebelah Nakim yg masih bengong.
“mas mau masuk kamar yah..nanti pintu kamar ga aku tutup semua”,ucapku setengah berbisik.
Nakim agak terkejut, jelas sekali ia tak menyangka dgn apa yg ku ucapkan.
“tapi,mas..”,jwb Nakim ragu2.
“ga apa2, udah gede, biar tahu caranya”,sahutku dgn nada dewasa.
Nakim mengangguk pelan. Aku pun mengedipkan mataku agar Nakim bisa kembali rileks. Kumatikan rokok yg baru kunyalakan tadi di asbak dan bangkit berjalan masuk ke kamar tidur.
Kubangunkan istriku dgn kecupan lembut disertai dgn belaian dirambutnya.
“Mama,aku pengen nih”,bisikku sambil mencumbu lehernya.
Sambil menggeliatkan tubuhnya, istriku menoleh kearah pintu yg setengah terbuka. Aku tahu itu dan segera mengedipkan mata,memberi kode kepada istriku. Satu cubitan kecil jadi pertanda bhw ia mengerti maksudku. Perlahan diraih bahuku dan mulai menenggelamkan diri kedalam permainan.
Sambil mengulum bibir istriku kubuka kancing baju tidurnya satu persatu dan dgn perlahan kepalaku mulai turun ke dadanya.
Kujelajahi daging kenyal yg montok milik istriku dgn menjilati kulit halusnya, pelan tapi pasti hingga akhirnya terpusat ke puting susunya yg tegang terangsang.
Belum kulihat ada tanda2 org mengintip dari arah pintu kamar, sementara itu nampaknya istriku sudah mulai membalas rangsanganku dgn gigitan2 kecil didadaku dan beringsut makin kebawah.
Kuambil posisi duduk bersandar pada tumpukan bantal saat istriku mulai menjilati perutku dan perlahan menurunkan celana pendek yg kukenakan.
Rasa gemas dan gairah membuatku tak sabar, kuloloskan saja sekalian celana yg kupakai hingga kini tampaklah penisku yg tegang menantang.
Merespon tindakanku, istriku pun mulai melancarkan serangannya pada batang penisku.
Diawali dgn satu jilatan kecil yg menyapu lendir bening dikepala penis, disusul dgn jilatan lembut pada bagian batang hingga kebawah, istriku memulas penisku dgn mulutnya sedemikian telaten hingga kemudian dgn lembut ia memasukkan penisku kedalam mulutnya.
Dgn perlahan kepala istriku pun mulai turun naik, jilatan2 kecil diujung kepala penis didalam mulutnya,tambah lagi hisapan lembut dari mulutnya membuatku terlena.
Mungkin itulah yg membuatku baru tersadar bhw dipintu kamar sudah ada sepasang mata yg mengintip permainanku dgn istri.
Kurasa istriku lebih dulu menyadari itu sehingga ia memberiku cubitan khasnya sambil terus melakukan blow job.
Lenguhan dari mulut istriku yg melumat penisku, diiringi rasa nikmat yg kurasakan mengembalikan fokusku pada permainan.
Kuangkat kepala istriku agar bisa kulumat bibirnya, tanganku kembali bermain di dadanya yg kini terbuka dan nampak begitu menggairahkan tertimpa cahaya lampu tidur yg remang2.
Desahan istriku pun terdengar hebat, apalg saat mulutku kembali merangsang puting susunya yg kenyal. Nampak tangan istriku perlahan menurunkan celana tidurnya.
Tanganku cepat kebawah menyambut gairah istriku, belahan vaginanya yg basah kini jadi sasaran jari2 ku.
Dengan puting dihisap dan permainan jariku di vagina’nya,istriku terus mendesah sambil meremas rambutku.
“pa, udah dong, kapan nih”,tiba2 istriku merajuk.
Tak segera menjawab, kusempatkan mataku utk melirik kearah pintu, satu bayangan kepala kulihat disana. Aku yakin Nakim sudah betah dgn apa yg diintipnya.
Dorongan kecil membuat tubuhku kembali tersandar di tumpukan bantal dibelakangku.
Istriku melumat bibirku dgn nafsu. Tubuhnya menyusun posisi, dan tekanan telapak tangannya didadaku seakan-akan melarangku bergerak. Perlahan dalam cumbuan istriku, kurasakan satu liang lembab dan hangat kini perlahan menelan batang penisku, memulas dgn denyutnya, terus kebawah hingga masuk seluruhnya.
Aku menarik nafas sambil bersiap untuk menerima penetrasi.
Dgn tatapan lembut dan menantang, istriku pun mulai menari. Naik turun pinggulnya benar2 membuatku serasa jadi raja.
Tak segan tanganku meraih buah dadanya yg tersentak-sentak akibat gerakan tubuhnya.
Sesekali istriku terhenti dan menarik kepalaku ke dadanya sambil menekan penisku dalam2 ke vaginanya, saat itulah didalam vagina’nya, penisku seperti dilumuri lendir hangat. Beberapa saat istriku seperti melayang dalam nikmatnya utk kemudian mengayun lagi.
Melihat peluh istriku yg menetes didorong juga oleh hasrat ingin membalas, kupeluk istriku, kuatur kedua kakinya dan perlahan kuarahkan ia agar berbaring. Dan akupun mulai bekerja.
Dengan irama yg teratur, diselingi sentakan dan tekanan pada vagina istriku, kubuat istriku makin terlena.
“papa, ayo bareng2?,ucap istriku merajuk.
“iya,sayang..bentar yah”,jwbku sambil mencium kening istriku.
Tetap kuteruskan ayunan pinggulku, ku lesakkan terus menerus penisku ke vagina’nya.
Sampai pada satu titik, kurebahkan dadaku hingga menempel di dada istriku, kuatur kakiku lurus sejajar dgn istriku.
Istriku mengerti dan memeluk pinggangku dgn kedua tangannya.
Dgn gerakan yg seirama, kami berdua berjuang mencari satu titik yg sama.Titik yg jadi final dari tiap percintaan. Dan saat kami menemukan, kami berdua pun terbang bersama-sama, beberapa saat kami seperti lupa dan terus menikmati sampai akhirnya mereda.
Kecupan kecil dikening istriku sudah jadi kbiasaan yg kulakukan tiap selesai bercinta.
Perlahan ku turun dari tubuh istriku yg masih terkulai lelah. Sambil memberi selimut, kukedipkan mata kepada istriku sambil beranjak keluar.
“aku ke kamar mandi duluan ya,ma”,suaraku agak lantang mengiringi langkahku menuju pintu kamar.
Diluar kamar,ternyata Nakim sudah berdiri didepan pintu kamar mandi menungguku.
“gimana,kim?”,tanyaku berbisik.
Nakim tak mau bersuara krn takut terdengar, dia hanya mengangkat jempolnya sambil menunjukkan wajah salut.
Aku mengerti dan pasang senyum,”ya udah, tidur gih, besok aja bahasnya”,ucapku masih berbisik. Nakim mengangguk, pelan2 dia masuk ke kamarnya sendiri.Tak lupa ia agak membungkuk sbg tanda dia pamit masuk kamar.
Tak berlama-lama lagi kuteruskan niatku ke kamar mandi, disusul oleh istriku yg juga mau bersih2. Baru kemudian kembali ke kamar dan tidur.
Selang seharian aku tetap berangkat kerja seperti biasa sehingga blm sempat menanyakan kesan dan komentar Nakim atas kejadian semalam. Namun saat jam makan siang lewat telpon istriku menjelaskan kalau sikap Nakim tampak biasa saja, malah jadi lebih malu2 dibanding sebelumnya.
“pokoknya kamu tenang aja,pa..ini aku habis ngetes lagi nih”,ujar istriku ditelpon.
“ngetes apaan ?”,tanyaku heran.
“pokoknya nanti pulang aku kasih tau kamu”,jwb istriku singkat sebelum pembicaraan lewat telepon ini berakhir.
Sekitar pukul setengah enam aku sampai rumah,setelah mandi dan makan, istriku meminta diantar ke apotik utk membeli antibiotik, sementara itu kulihat Nakim bersikap seperti biasa.
Setelah belanja obat,istriku mengajak aku mampir utk minum es campur kesukaannya.
Sambil menikmati es campur, istriku pun bercerita bhw tadi siang dia sengaja memakai kaos ketat tanpa bra dan nonton Tv bersama Nakim.
Dan istriku pura2 tertidur diatas kasur tipis didepan Tv,dimana ia sengaja mengatur posisi terlentang agar bagian dadanya yg tanpa bra bisa terlihat oleh Nakim.
Dan dlm posisi pura2 tidur itulah istriku membiarkan Nakim yg ternyata berani membelai dada istriku. Menurut istriku, Nakim cukup lama membelai dada dan memainkan puting istriku yg menonjol di kaos ketatnya.
Istriku bercerita dgn nada lucu, sehingga aku jadi ikutan tertawa.
“nah,kamu nakal yah”,godaku pada istri.
“habis anaknya ngegregetin”,sahut istriku mencibir.
“huuu, demen yah”,kataku sambil mencubit dagu istriku.
“kaya ga cemburu aja kamunya”,jwb istriku cepat.
“tergantung..”,ucapku sambil menatap wajah istriku.
“tergantung apaan?”,tanya istriku.
“tergantung kamu ngapain”,sahutku nyengir.
“alaaa,nanti kamu ngambek”,goda istriku.
“emang kamu mau ngapain?”,tanyaku.
Istriku tertawa kecil. Dan matanya menatap ke wajahku lamat2.
“papa maunya aku ngapain?”,tanya istriku sambil senyum menggodaku.
“wah,ga tau ya,ma..”,jwbku bingung.
“emang kalo aku ngapa2in,kamu ga marah?”,tanya istriku masih dgn nada menggoda.
“marah dong, apalagi aku ga tau”,jwbku cepat.
“kalo kamunya tau, boleh dong?”,tanya istriku makin berani.
Aku tak menjawab dan mengajak istriku bergegas pulang. Istriku tertawa menggodaku, aku pun ikut tertawa.
Sampai dirumah, Nakim spt biasa membukakan pintu,menyambut kami dgn santunnya. Setelah kejadian tadi malam apalg tadi siang, Nakim nampak pandai dalam bersikap.
Setelah menutup pintu pagar, Nakim langsung sigap menyapu teras rumah.Kususul istriku yg sudah masuk ke kamarnya.
Senyumanku dibalas cibiran oleh istriku. Kulihat ia bersiap utk mandi. Baju tidur model terusan berbahan lembut sudah ia siapkan ditepi ranjang.
“ma, kamu nanti pura2 mabuk bisa ga?”,tanyaku sambil senyum.
“pura2 mabuk gimana?”,ucap istriku bingung.
“pura2 mabuk obat perangsang gitu..jd kamu kaya fly, tp tetap ada respon”,jelasku tetap mengulum senyum.
Istriku tampak berpikir sebentar utk mencerna kalimatku.
“maksud kamu buat…”,istriku berujar agak sangsi.
“ya iyalah, pokoknya kalo nanti kamu disuguhin teh manis, selang berapa menit, kamu awali dgn pusing aja”,jwbku cepat.
Istriku nyengir, cubitannya pun mulai beraksi.
“tapi kan susah juga lho,pa”,ujar istriku.
“ga usah ribet, targetnya juga ga ngerti kok soal mabuk2 gitu”,jwbku.
“pokoknya kamu atur setelah minum teh manis,ok”,kataku sambil mencolek dagu istriku.
Istriku mencibir dan mulai bergegas utk mandi. Akupun menghampiri meja rias di kamar utk mencari botol obat tetes mata yg terakhir kulihat sudah hampir habis.
Dengan cepat kubawa botol kecil itu ke dapur, segera kucuci bersih dan kuganti isinya dgn air putih biasa.
Selesai itu, dgn langkah cepat, kuhampiri Nakim yg sekarang sedang mengepel lantai teras depan.
“Kim, bentar deh”,panggilku dgn nada santai.Nakim pun menghampiri.
“habis ini kamu bikinin teh manis buat mbak, bisa kan?”,tanyaku agak berbisik.
“bisalah,mas”,jwb Nakim cepat.
“Nah, kamu masukin ini kedalam teh manisnya”,tambahku sambil memberikan botol kecil bekas obat tetes mata kepada Nakim.
“apaan nih,Mas?”,tanya Nakim heran.
“obat perangsang,udah..lakuin aja,ok”,jwbku singkat.
Nakim masih ragu tapi senyum tipis terlihat saat mendengar jawabanku.
“oke deh,mas”,kata Nakim sambil manggut2.
“tuang aja semua, biar makin mantep”,ujarku menambahkan.
Nakim mengangguk tanda mengerti dan memasukkan botol kecil tadi ke saku celananya.
Akupun masuk kedalam rumah dan duduk didepan Tv,tak berapa lama terdengar suara langkah istriku keluar dari kamar mandi yg kemudian menuju ke kamar tidur.
Dari teras depan, Nakim langsung ke dapur, tak lama kemudian terdengarlah suara sendok mengaduk pertanda Nakim telah membuat teh manis utk disuguhkan ke istriku.Diletakkan teh manis tadi diatas meja makan sambil mengangkat jempolnya kepadaku. Aku mengangguk sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, muncullah istriku dgn baju tidur terusan bertali kecil dan berwarna pink yg tadi ia sudah siapkan.
“wah,Nakim tau aja..belum diminta,udah dibikinin”,ucap istriku segar mengomentari segelas teh manis hangat diatas meja.
“iya,mbak..”,jwb Nakim agak tersendat. Matanya melirik sebentar kepadaku.Kubalas lirikannya dgn satu kedipan mata.
Kulihat istriku pelan meminum teh manis buatan Nakim yg masih agak panas. Belum habis semua, dibawanya gelas teh itu dan duduk disampingku.
Kusetel Tv utk memberi kesan santai.
“kita nonton Tv,kim..”,ajakku dgn nada rileks.
Nakim senyum dan ikut duduk agak jauh dariku,matanya tertuju kearah Tv sambil sesekali melirik istriku yg juga menatap Tv sambil meminum teh manis sedikit demi sedikit.
Bra merah yg terbungkus baju warna pink menampakkan kesan seksi pada penampilan istriku malam ini.Kurasa itu juga yg jadi perhatian Nakim saat melirik istriku, apalg mengingat tadi siang ia sudah meraba dada istriku yg pura2 tertidur, pasti sensasinya masih terbayang di benak Nakim.
Istriku melirik kearahku saat segelas teh manis di tangannya telah habis ia minum.Sebentar ia bangkit ke dapur utk menaruh gelas kosong ditempat cucian piring, dan kembali duduk disampingku sambil terus menatap acara Tv didepannya.
Kulirik Nakim yg kurasa juga melihat hal itu, dan kini yg kulakukan adalah menunggu istriku beraksi.
Kurang lebih 15menit kemudian, istriku pun memulai.
“kepalaku kok puyeng ya,pa”,ujar istriku
“kok bisa?”,sahutku pendek sambil melirik Nakim.Nakim pun menatapku.
Perlahan istriku menyandarkan kepalanya dibahuku.
“pijitin kepalanya,pa”,ucap istriku dgn nada merajuk.
Kuatur posisi agar bisa menunaikan permintaan istriku. Kupijat keningnya pelan dan sementara sengaja kuatur sedemikian rupa menggeser-geser tali kecil baju tidur istriku agar lolos dari pundaknya.
Sesekali kulirik Nakim yg dari wajahnya sudah mulai tegang.Apalg waktu tali kecil dipundak istriku lolos turun dari tempatnya. Dgn begitu belahan dada istriku yg dibalut bra merah jadi lebih terlihat daripada sebelumnya.
Pijatanku mulai turun ke tengkuk istriku, mata istriku nampak terpejam dan bergerak seperti gontai, kudekatkan wajahku ke telinga kirinya, agar ia bisa merasakan hembusan lembut dari nafasku.
Terdengar desahan manja dari mulut istriku yg kemudian semakin merapatkan tubuhnya kepadaku. Utk seorang Nakim yg masih lugu, kurasa sikap istriku sudah cukup meyakinkan.
Kulirik Nakim yg tak henti2nya menatap istriku yg kini seperti lemah tak berdaya, senyum kecil terulas kearahku saat ia lihat istriku tak sadar waktu telapak tangan kananku mulai membelai dada montoknya. Tak segan sesekali kuremas dgn lembut dada istriku utk meyakinkan Nakim bhw obat perangsang yg ia taruh dalam teh manis tadi sudah bekerja.
Kuberi isyarat agar Nakim mendekat, ia pun menurut, kini tubuh istriku berada tepat didepannya. Remasanku di dada montok istriku pun lbh jelas terlihat. Sedangkan istriku bersikap spt orang ketiduran, sesekali saja desahannya terdengar pelan mengiringi rangsangan yg kuberikan kepadanya.
Melihat mata istriku yg terpejam, Nakim tak malu2 lagi menatap tubuh istriku.
Kusingkap lagi bagian depan baju istriku, Nakim nampak makin bernafsu.
Kuarahkan belaianku lebih kedalam, istriku menggeliat pelan, bibirnya membuka mengeluarkan desahan lembut yg semakin membangkitkan gairah.
Kuberi kode buat Nakim memberi tawaran kepada Nakim agar ikut menyentuh dada montok istriku.
Nakim mengulas senyum tipis. Dgn pelan, tangannya pun mulai terulur kearah belahan dada istriku, kuturunkan jemariku membiarkan Nakim bermain di dada istriku. Sbg gantinya, ku beri kecupan2 kecil di leher istriku.
Istriku menggeliat lagi. Segera kutangkap bibir merahnya dgn bibirku, bersamaan dgn itu Nakim pun meremas dada istriku dgn telapak tangannya.
Remasan Nakim membuat buah dada istriku tergerak naik jadi hampir keluar dari balutan bra merahnya. Melihat itu Nakim makin semangat, nafasnya memburu, Nakim pun semakin berani. Tangan kirinya mulai membelai paha istriku sementara tangan kanannya sudah mulai bermain di puting istriku yg kini mencuat keluar dari bra merahnya yg turun akibat remasan tadi.
Desah istriku makin jelas terdengar, Nakim tambah bernafsu, apalg saat melihat istriku menciumi leherku dgn mata terpejam. Kukedipkan mataku skali lagi pada Nakim. Senyum tipisnya kembali terulas, namun kini bercampur aduk dgn gejolak gairahnya yg menyala.
Kulumat lagi bibir istriku sambil perlahan mengatur posisi agar Nakim lebih leluasa menikmati dada istriku. Benar saja, tanpa ragu lagi, Nakim pun menggerakkan kepalanya kedepan dan dgn gemas menangkap puting susu istriku yg menegang dgn mulutnya.
Istriku sempat tersentak menerima rangsangan itu. Rasa nikmat menjalari tubuhnya kian dalam, tangannya pun meraih kepala Nakim yg sedang terbenam didadanya. Nakim sempat melirik kepadaku, kurespon dgn mengangkat jempolku sesaat. Tampaknya Nakim yakin dgn iming2 obat perangsang pemberianku yg telah ia tuang di teh manis yg diminum istriku. Ia pun kembali membenamkan wajahnya ke dada istriku dan membasuh kenyalnya dada montok istriku dgn lidahnya.
Tangan istriku meremas rambut Nakim, sementara itu bibirnya menciumi leherku. Tangan Nakim yg tadi membelai-belai paha istriku pun kini sudah mulai naik keatas, menuju daerah lembab di selangkangan.
“enak ga,ma?”,tanyaku mesra.
“uuh,papa jahat”,jwb istriku ditengah gairahnya. Matanya setengah terpejam dan kulihat ia sebentar melirik Nakim yg makin terlena didadanya.
Sekali lagi istriku tersentak, jari2 Nakim ternyata telah sampai di tujuannya,perlahan masuk ke balik celana dalam istriku dan mulai bermain disana.
Menyesuaikan permainan Nakim, kuarahkan istriku agar berbaring, dgn begitu tangan Nakim bisa bebas bermain di vagina istriku.
Dengan posisi terlentang begitu, berganti aku yg memberi rangsangan di dada istriku, sementara Nakim kubiarkan menjelajahi vagina istriku dgn jemarinya.
Tak henti2nya istriku mendesah sampai satu pekikan kecil pun terdengar saat celana dalamnya disingkap dan jari Nakim menyeruak masuk ke liang vagina’nya. Tanpa rasa malu lagi Nakim pun tak segan sesekali menggunakan mulutnya utk memberi rangsangan di daerah itu.
“buka ya,ma”,ujarku lembut pada istriku yg cuma dijwb dgn anggukan pelan.
Kuberi isyarat pada Nakim, Nakim pun mengerti dan perlahan membuka celana dalam istriku.
Melihat liang kenikmatan didepan matanya, Nakim seperti gelap mata, tak ayal lagi kepalanya maju utk mencicipi vagina istriku dgn mulutnya.
Hal ini tentu diluar dugaan, lidah Nakim yg liar menjilati vagina istriku dgn rakusnya. Istriku lagi2 tersentak menerima rangsangan yg dilancarkan Nakim di vaginanya.
Rasa nafsu mulai menguasaiku, kukeluarkan penisku dari celana yg cepat diraih oleh istriku diiringi desahnya yg kian rapat.
Perlahan mulai kuatur lagi posisi dudukku, mendekatkan penisku ke wajah istriku. Merasakan gelagat itu,istriku sempat membuka matanya dan menatap ku tajam, tp ku tak terlalu menghiraukan, dgn lembut kubelai rambut istriku dan menempelkan ujung penisku dibibirnya.
Lumatan Nakim yg liar membuyarkan tatapan istriku, gejolak nafsu kembali melanda, dgn menoleh ke kiri,diraihlah penisku masuk ke mulutnya.
Kepala dan pinggul istriku terjebak dalam sensasi nikmatnya memberi dan menerima. Mungkin ia pun sudah lupa rencana awal yg mana dia harus bersikap spt orang mabuk, yg kulihat kini nafsunya yg bicara.
Setelah puas menjilati selangkangan istriku, Nakim mengangkat kepalanya, cepat kuulur tanganku dan mengirim jariku utk bermain di vagina istriku. Hal itu sengaja kulakukan agar tak ada yg hilang dari sensasi yg dirasakan istriku, sementara kuberi isyarat agar Nakim berganti posisi.
Nakim pun pindah kini ke sebelah kanan tubuh istriku, kuberi isyarat lagi pada anak itu utk membuka celananya. Pertama Nakim tampak ragu, namun tatapan mataku membuatnya memilih utk menurut saja.
Nakim membuka celananya, tampak penis Nakim yg tak terlalu besar namun sudah sangat tegang.
“bentar ya,ma”,ucapku mesra sambil memundurkan pantatku agar penisku keluar dari mulut istriku. Istriku mengeluarkan desahan merajuk, ku arahkan kepalanya dgn lembut kearah kanan, Nakim menatapku seakan tak percaya. Dgn mata setengah terpejam istriku memecah kebisuan dgn meraih penis Nakim masuk ke mulutnya. Kulihat Nakim mengejang. Nafasnya makin memburu. Kini lebih mirip orang megap2. Bersahut2an dgn lenguhan dari mulut istriku yg sedang melumat penisnya.
Melihat itu kurasa sudah waktunya aku bekerja, cepat ku ambil posisi setengah duduk diantara kedua paha istriku dan menggapai dada istriku dgn telapak tanganku, perlahan tapi pasti, ujung penisku mencari sarangnya.
Pada satu titik yg hangat, penisku pun menyeruak masuk, rasa hangat meliputi penisku yg makin dalam menyusup. Kuteruskan dgn perlahan, dan kuberi tekanan saat benar2 masuk seluruhnya.
Lenguhan nikmat keluar dari mulut istriku yg tersumpal oleh penis Nakim. Dgn penuh perasaan akupun memulai tugasku. Kuayun pinggulku dgn ritme pelan sambil sesekali memberi sentakan.
Sensasi memberi dan menerima kembali istriku rasakan. Ia terus berusaha memberi kocokan pada penis Nakim dgn mulutnya, sementara itu penisku terus bermain mundur maju di vagina’nya.
Tak lama kemudian tiba2 Nakim menengadah. Terdengar lenguhan istriku seperti terkejut. Tangan Nakim menahan kepala istriku dgn kuatnya, desis dari mulut Nakim terdengar parau. Hingga beberapa detik terlihat Nakim seperti melayang.
Kuperlambat ayunan ku, kulihat ada cairan putih kental yg tercecer dari sela bibir istriku. Dan kini dgn telaten istriku pun mulai memberi sentuhan akhir pada penis Nakim yg barusan muntah dimulutnya.
Dgn wajah malu, seperti tersadar dari mimpi, Nakim melirik ke arahku dan memberi isyarat pamit ke kamar mandi. Kujawab dgn anggukan cepat, bergegas ia mengambil celananya dari lantai dan melangkah cepat kearah kamar mandi.
Aku kembali pada tugasku, cubitan kecil istriku seperti mengembalikan gairah yg tersendat barusan. Kuayunkan lagi penisku kini dgn ritme yg lebih cepat. Sampai pada akhirnya bersamaan dgn istriku mencapai klimaks’nya.
Istriku tampak kelelahan, begitu pun aku. Tapi harus kuabaikan lelahku, setelah meraih celanaku yg tercecer dilantai, bergegas aku menuju kamar mandi.
Kudapati Nakim ada disana baru selesai bersih2.
“kim,kamu langsung tidur aja,biar mas ya urus..mumpung mbak’nya belum sadar bener”,ucapku sambil berbisik. Nakim mengangguk cepat. Rasa malu, takut dan lelah memancar dari wajahnya, bergegas ia menuju kamar tidurnya dgn langkah tak bersuara.
Mendengar suara pintu kamar Nakim yg ditutup, istriku pun bangkit menuju kamar mandi. Dan kami pun mandi, membersihkan diri dari keringat dan lendir akibat permainan tadi. Karena lelah, kamipun segera masuk kamar dan tertidur.
Sudah tiga hari sejak malam penuh gairah yg kualami bersama istri dan Nakim.
Tak ada yg berubah dari sikap Nakim, malah kulihat ada malu yg amat sangat diwajahnya saat ku bertanya soal kejadian terakhir. Istriku pun kusuruh bersikap biasa saja. Karena Nakim benar2 percaya kalau waktu itu istriku dalam keadaan mabuk berat dan kemudian menyangka permainan itu adalah hanya antara aku dan istriku.
Beberapa hari kemudian Nakim pun berangkat kerumah tanteku. Tak ada yg berubah saat suatu hari aku mampir ke toko kaset tanteku. Nakim tetap santun, malah seperti malu membahas kejadian terakhir dirumahku.
Kurang lebih 6 tahun Nakim bekerja di toko kaset tanteku, hingga akhirnya Nakim pulang kampung karena bapaknya meninggal, dan tidak kembali lagi karena harus menjaga ibu dan adiknya.
Selang beberapa bulannya, Nakim pernah menelponku dari kampungnya, mengabarkan bhw ia ingin melangsungkan pernikahan, ia berharap sekali aku hadir. Namun karena jadwal kerjaku, aku tak bisa memenuhi undangannya.
Dan terakhir kali kudengar, Nakim sudah beranak dua.
Kusampaikan kabar baik itu ke istriku. Satu cubitan kecil yg khas mendarat di perutku.
“ih, kok nyubit sih”,ujarku sambil menangkap pegelangan tangan istriku.
“semua gara2 kamu tau..”,jwb istriku masih terus berusaha mencubit.
“iya, jadi si Nakim males kerja,malah kepengen kawin”,jwb istriku lagi.
Aku pun tertawa sambil mendekap tubuh istriku. Istriku pun ikut tertawa dan kembali mencubit perutku.
Dan kamipun larut dalam canda penuh kemesraa.